"Bagai pungguk merindukan bulan"
Peribahasa
Tentu
saja Anda mengenal peribahasa ini, ungkapan yang sering kita ucapkan
jika menghadapi sesuatu yang menurut anggapan banyak orang adalah:
'tidak mungkin' atau sesuatu yang 'tidak terjadi', sesuatu yang
'sia-sia', menurut kamus populer Wikiquote disebutkan sebagai :
Bagai pungguk merindukan bulan (1)
- seseorang yang mencintai kekasihnya tetapi cintanya tidak berbalas
- merindukan kekasih yang tak mungkin didapat karena perbedaan derajat
Wikiquote
Apakah
Anda setuju dengan arti dari ungkapan legendaris ini ? Sebelum menjawab
pertanyaan ini ada baiknya diulas apa itu burung pungguk, apakah ia
sama dengan burung hantu atau celepuk, dan mengapa burung pungguk selalu
menatap cahaya bulan purnama dan sederet pertanyaan lainnya berkenaan
dengan asal-usul peribahasa ini yang juga mengilhami banyak penyair
untuk membuat puisi.
Burung pungguk adalah sejenis burung hantu, menurut kamus populer bahasa Melayu, burung ini memiliki nama latin Ninox scutulata (2), dan
sebenarnya ada banyak jenis burung hantu yang ada didunia termasuk
beberapa merupakan endemik burung hantu yang ada hanya di Indonesia.
Burung ini termasuk jenis burung yang suka keluar di malam hari, mungkin
itulah sebabnya peribahasa ada hubungannya dengan bulan.
Saya
pernah membaca artikel tentang burung pungguk ini, dan dalam artikel
itu dikatakan bahwa burung pungguk berbeda dengan burung hantu, sungguh
sayang sekali saya kehilangan sumber tersebut, dan dalam ilustrasi
gambar-gamber burung pungguk seperti yang tertera di atas, memang burung
pungguk tersebut digambarkan mirip dengan burung hantu. Dalam kutipan
di atas burung pungguk ini dalam bahasa Inggrisnya disebut sebagai Brown Boobook, saya juga heran kenapa tidak disebut 'Owl'
yang juga berarti burung hantu. Saya masih merasa kalau ada
perbedaannya, namun di sini bukannya ingin berdebat seru tentang burung
pungguk atau burung hantu, akan tetapi lebih kepada frasa kata
peribahasa tersebut.
Banyak bangsa dan kebudayaan mengenal
apa itu peribahasa, dan banyak bangsa memiliki peribahasanya yang
berkaitan erat dengan kebiasaan atau kepercayaan ataupun nilai-nilai
yang dikandung tersebut. Sebenarnya burung pungguk kalau benar itu
burung hantu, maka tradisi bangsa Melayu atau Indonesia merupakan salah
satunya, menganggap bahwa burung hantu merupakan kepercayaan yang ada
hubungannya dengan hal-hal gaib, atau suatu pertanda adanya (kejadian)
buruk yang menimpa atau melanda seseorang (3).
Di negeri barat burung hantu dilambangkan sebagai 'kebijaksanaan'.Kita
tidak tahu mengapa burung itu yang dilambangkan sebagai peribahasa,
tentu ada alasannya mengapa demikian, dan ada banyak referensi
mengatakan cerita itu berkaitan dengan cerita-cerita dongeng yang
melegenda tentang puteri bulan, di mana burung pungguk selalu merindukan
kehadirannya, dan ada banyak versi tentang hal ini.
Makna Di Balik Peribahasa
Umumnya
kita semua tahu bahwa peribahasa tersebut adalah seperti yang
dijelaskan di atas, namun ada suatu nilai lain yang menceritakan bahwa
peribahasa itu juga bisa diartikan sebagai lambang 'kesetiaan'.
Bagaimana seekor burung pungguk saban malam hadir di pucuk pohon yang
tertinggi yang ia bisa hinggap dan dengan setia mengharapkan dapat
(melihat) sang pujaannya bersinar purnama, adalah suatu kebahagiaan
dapat melihat rembulan.
Suatu upaya yang terus menerus
dilakukan, bisa dikatakan simbol dari mencintai tanpa syarat. Tentunya
jenis kasih sayang seperti ini (Agape) secara murni hanya ada pada Yang
Maha Penyayang saja, namun bukankah manusia sebagai ciptaan Yang Maha
Tinggi ini memiliki kemiripan dalam meniru kasih sayang serupa, walau
kasih sayang jenis ini bisa kita lihat pada kasih seorang ibu kepada
anaknya (Felicia).
Zaman sekarang nilai suatu 'kesetiaan'
ini sangat sulit di dapat, ada ungkapan yang mengatakan: 'Kesetiaan itu
sesuatu yang mulia, namun tidak praktis'. Kesetiaan seseorang itulah
yang paling mahal dalam dirinya, nilai ini yang paling dijunjung tinggi,
akan tetapi dalam berbagai pandangan bisnis, politik dan segi-segi lain
kesetiaan dianggap sebagai hal yang kurang praktis. Mengapa demikian ?
Burung Pungguk (4)
Sekian lama engkau menatap bulan
begitu setianya dirimu
malam ini aku menjelma
menjadi kekasih nyatamu
2013
Jack Phenomenon
Ada
yang berpendapat bahwa nilai-nilai sekarang sudah banyak yang berubah,
misalnya saja kita membicarakan kesukaan orang untuk mengganti-ganti
model handphone, mobil, gaya busana dan lain sebagainya, mereka adalah
korban iklan yang bertubi-tubi hadir setiap hari, hal ini bisa turut
serta merubah pola pikir manusia. Ataupun manusia lebih menyukai hal
yang praktis (makanan cepat saji, lift, dan Anda bisa menambahkannya
sendiri). Hal ini dipicu oleh penghargaan manusia akan waktu, dan
seringkali waktu dihubungkan dengan 'uang' (Time Is Money).
Produksi-produksi
diciptakan dengan cepat serta efisien dan dengan skala yang besar,
misalnya saja suatu pabrik besar memberlakukan kerja tiga shift, serta
penumpukkan barang-barang dan konsumsi makanan pokok seperti gandum,
terigu, beras dan lain sebagainya.
Sungguh disayangkan,
kecepatan produksi serta penumpukkan bahan baku tidak berbanding lurus
dengan kesejahteraan manusia di muka bumi, malah sebaliknya manusia
seolah-olah dikejar oleh waktu, diburu oleh sesuatu kebutuhan yang lain.
Apa itu ? Kekayaan, kehormatan, kesuksesan dan kemuliaan manusia.
Apapun itu manusia modern akan berupaya untuk hal ini. Suatu dilema.
Itulah sebabnya nilai kesetiaan itu dikatakan tidak praktis.
Kembali
kepada burung pungguk. Dalam kerinduan seseorang itu ada sebuah
nilai-nilai 'kesetiaan', ada upaya untuk menghargai nilai 'cinta',
janganlah sampai kita kehilangannya, sebab rindu, setia dan cinta
merupakan suatu paket yang dinamakan 'puisi'.
Jaga Blengko, 1/3/14
Jack Phenomenon
___________________
1). Wikiquote
2). http://id.wikipedia.org/wiki/Burung_hantu
3). http://www.thecrowdvoice.com/post/ragam-mitos-makhluk-halus-dan-burung-hantu-4511030.html
4). http://sonnysayangbati.blogspot.com/2013/09/puisi-burung-punguk.html
5). Koleksi Info For Us
6). Serta sumber-sumber lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar