Seluk Beluk Sastra
Jurus Memperkaya DIKSI
Diksi – akar katanya dari bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke
dalam bahasa Inggris menjadi diction Kata kerja ini berarti: pilihan
kata. Maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif.
Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu
menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.
Dalam sejarah
bahasa, Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang
memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot.
Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics – salah
satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi,
harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles
dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair
menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan
berbagai genre-nya.
William
Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam
menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa
saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi
Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun
metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas
zaman.
Tapi, bukan berarti hanya karya-karya Shakespeare yang
dapat dijadikan guru untuk belajar memperkaya diksi. Semua bacaan
bermanfaat, tergantung keperluan masing-masing pihak sebagai penimba
ilmu. Yang jelas, jika seseorang bercita-cita ingin menjadi pengarang
unggul, banyak membaca adalah wajib. Buku-buku yang dibacanya harus
bermutu. Standarnya? Bacalah karya-karya pengarang kelas dunia,
khususnya karya para pemenang nobel sastra. Untuk menulis sastra hijau,
banyaklah membaca karya-karya pengarang genre sastra tersebut. Caranya,
antara lain mencari tahu judul-judul buku sastra hijau melalui www.google.com searching dengan kata kunci Green Literary dan Green Literature.*
Oleh Naning Pranoto
________________
(Jika Anda mengutip tulisan ini sebagai sumber Anda menulis, harap sebutkan sumbernya)
http://www.rayakultura.net/jurus-memperkaya-diksi/
Catatan Pribadi Sonny H. Sayangbati :
Sebenarnya
jauh sebelum Aristoteles menuliskan mengenai diksi, kitab Mazmur dan
kesuasteraan Ibrani kuno sudah menuliskan mengenai diksi, akan tetapi
secara ilmiah diakui bahwa Aristotes yang mempopulerkan, namun dia bukan
yang pertama memperkenalkan diksi dalam tulisan.
Kutipan puisi di kitab Mazmur ini :
TUHAN
adalah Gembalaku,
takkan kekurangan aku.
Ia membaringkan aku di padang
yang berumput hijau...
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman,
aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku...
http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Mazmur
Ada beberapa hal yang menarik di sini :
Para
pakar sastra seringkali memiliki berbagai macam sudut pandang mereka,
beragam difinisi puisi yang berbeda-beda menandakan bahwa arti puisi
sebenarnya beragam dan belum mencapai kata sepakat dan belum selesai (hal ini wajar).
Demikian juga ada yang menganggap bahwa tulisan kudus tidak termasuk dalam karya sastra (hal ini wajar) juga dikatakan demikian.
Pendapat
lain menganggap bahwa Kitab Mazmur berisi salah satunya adalah
kesusasteraan Ibrani Kuno yang tercatat dalam sejarah sebagai salah satu
buktinya.
Terserah kepada pandangan pembaca yang menilainya, pembaca memiliki kebebasan dalam menafsirnya.
Silahkan !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar