Jumat, 13 September 2013

(Seluk Beluk Sastra) "Jurus Memperkaya DIKSI"

Seluk Beluk Sastra






Jurus Memperkaya DIKSI

Diksi – akar katanya dari bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi diction Kata kerja ini berarti: pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.

Dalam sejarah bahasa, Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics – salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.

William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman.

Tapi, bukan berarti hanya karya-karya Shakespeare yang dapat dijadikan guru untuk belajar memperkaya diksi. Semua bacaan bermanfaat, tergantung keperluan masing-masing pihak sebagai penimba ilmu. Yang jelas, jika seseorang bercita-cita ingin menjadi pengarang unggul, banyak membaca adalah wajib. Buku-buku yang dibacanya harus bermutu. Standarnya? Bacalah karya-karya pengarang kelas dunia, khususnya karya para pemenang nobel sastra. Untuk menulis sastra hijau, banyaklah membaca karya-karya pengarang genre sastra tersebut. Caranya, antara lain mencari tahu judul-judul buku sastra hijau melalui www.google.com searching dengan kata kunci Green Literary dan Green Literature.*




Oleh Naning Pranoto



________________

(Jika Anda mengutip tulisan ini sebagai sumber Anda menulis, harap sebutkan sumbernya)

http://www.rayakultura.net/jurus-memperkaya-diksi/



Catatan Pribadi Sonny H. Sayangbati :


Sebenarnya jauh sebelum Aristoteles menuliskan mengenai diksi, kitab Mazmur dan kesuasteraan Ibrani kuno sudah menuliskan mengenai diksi, akan tetapi secara ilmiah diakui bahwa Aristotes yang mempopulerkan, namun dia bukan yang pertama memperkenalkan diksi dalam tulisan.

Kutipan puisi di kitab Mazmur ini :

TUHAN adalah Gembalaku, 
takkan kekurangan aku. 
Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau... 
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, 
aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku...

http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Mazmur


Ada beberapa hal yang menarik di sini :

Para pakar sastra seringkali memiliki berbagai macam sudut pandang mereka, beragam difinisi puisi yang berbeda-beda menandakan bahwa arti puisi sebenarnya beragam dan belum mencapai kata sepakat dan belum selesai (hal ini wajar).

Demikian juga ada yang menganggap bahwa tulisan kudus tidak termasuk dalam karya sastra (hal ini wajar) juga dikatakan demikian.

Pendapat lain menganggap bahwa Kitab Mazmur berisi salah satunya adalah kesusasteraan Ibrani Kuno yang tercatat dalam sejarah sebagai salah satu buktinya.

Terserah kepada pandangan pembaca yang menilainya, pembaca memiliki kebebasan dalam menafsirnya.

Silahkan !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar