Bidadari
Suatu malam Majnun berkata-kata
kepada sebatang pohon korma yang kering kerontang :
Suatu malam yang dingin Majnun
duduk bersimpuh dengan kain selimut kumal, udara padang pasir yang
dingin di malam hari. Berkata-katalah Majnun dengan sebatang pohon
korma yang kering: 'Wahai pohon korma yang baik, malam ini engkau
kuangkat sebagai sahabat karibku, dan aku berjanji angkat mengangkat
engkau sebagai saudaraku lahir dan batin, di saat tiada siapa-siapa
di dunia ini, engkau menemaniku di malam sepi dan mencekam kalbu, aku
rindu kekasihku Laila, setiap saat diriku memikirkannya, tiada lagi
yang aku pikirkan di dunia ini selain kebahagiaan, bukankah engkau
tahu sahabatku wahai pohon korma ?'
Majnun melanjutkan cerita
kepedihan hatinya kepada saudara angkatnya pohon korma: 'Sahabatku,
sungguhkah engkau percaya bahwa bidadari itu nyata dan ada ? Apakah
ia seorang perempuan keturunan manusia, ataukah ia bangsa jin, apakah
ia bisa kusentuh dan kucium ? Apakah bidadari bisa jatuh cinta pada
manusia biasa sepertiku ?
Apakah ia memiliki hasrat layaknya
manusia ? Jawablah pertanyaanku ini wahai sahabat !'
Akhirnya sebatang pohon korma
kering itu menjawab pertanyaan Majnun: 'Wahai sahabatku Majnun yang
budiman dan penuh cinta, sejujurnya aku tak pernah melihat bangsa
bidadari itu, jikalau ia ada tentu aku mau melihatnya, sudah tentu
aku takkan kering kerontang lagi. Apakah ia cantik jelita ? Keturunan
bangsaku, bangsa korma sering mendengar para khalifah mondar-mandir
di padang pasir ini dan bercerita mengenai bidadari itu, nenek
moyangku seringkali mendengar namun mereka belum pernah melihatnya.
Hanya mendengar bahwa bidadari itu cantik nan menawan.'
'Sejujurnya Majnun sahabatku, aku
hanya mendengar cerita bidadari itu'. Percakapan semakin menghangat,
Majnun pun berpikir keras mencari tahu sebuah jawaban yang
mengganjalnya.
Akhirnya Majnun pun bercerita
tentang keluhan hatinya yang selama ini menghantuinya: 'Aku tak mau
menjadi milik bidadari di surga, yang tak pernah kulihat namun jatuh
cinta padaku, aku hanya ingin Laila kekasihku, bagiku ia nyata di
hatiku, aku rela mati deminya, Laila tak ada bandingnya dengan
bidadari, sebab jiwaku tahu tentang diriku, bahwa sesungguhnya Laila
adalah bagian dari jiwaku, tubuhku.'
Jakarta, 9 Oktober 2013
Sonny H. Sayangbati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar