Rabu, 09 Oktober 2013

(Prosa) - B i d a d a r i

Prosa







Bidadari




Suatu malam Majnun berkata-kata kepada sebatang pohon korma yang kering kerontang :

Suatu malam yang dingin Majnun duduk bersimpuh dengan kain selimut kumal, udara padang pasir yang dingin di malam hari. Berkata-katalah Majnun dengan sebatang pohon korma yang kering: 'Wahai pohon korma yang baik, malam ini engkau kuangkat sebagai sahabat karibku, dan aku berjanji angkat mengangkat engkau sebagai saudaraku lahir dan batin, di saat tiada siapa-siapa di dunia ini, engkau menemaniku di malam sepi dan mencekam kalbu, aku rindu kekasihku Laila, setiap saat diriku memikirkannya, tiada lagi yang aku pikirkan di dunia ini selain kebahagiaan, bukankah engkau tahu sahabatku wahai pohon korma ?'

Majnun melanjutkan cerita kepedihan hatinya kepada saudara angkatnya pohon korma: 'Sahabatku, sungguhkah engkau percaya bahwa bidadari itu nyata dan ada ? Apakah ia seorang perempuan keturunan manusia, ataukah ia bangsa jin, apakah ia bisa kusentuh dan kucium ? Apakah bidadari bisa jatuh cinta pada manusia biasa sepertiku ?
Apakah ia memiliki hasrat layaknya manusia ? Jawablah pertanyaanku ini wahai sahabat !'

Akhirnya sebatang pohon korma kering itu menjawab pertanyaan Majnun: 'Wahai sahabatku Majnun yang budiman dan penuh cinta, sejujurnya aku tak pernah melihat bangsa bidadari itu, jikalau ia ada tentu aku mau melihatnya, sudah tentu aku takkan kering kerontang lagi. Apakah ia cantik jelita ? Keturunan bangsaku, bangsa korma sering mendengar para khalifah mondar-mandir di padang pasir ini dan bercerita mengenai bidadari itu, nenek moyangku seringkali mendengar namun mereka belum pernah melihatnya. Hanya mendengar bahwa bidadari itu cantik nan menawan.'

'Sejujurnya Majnun sahabatku, aku hanya mendengar cerita bidadari itu'. Percakapan semakin menghangat, Majnun pun berpikir keras mencari tahu sebuah jawaban yang mengganjalnya.

Akhirnya Majnun pun bercerita tentang keluhan hatinya yang selama ini menghantuinya: 'Aku tak mau menjadi milik bidadari di surga, yang tak pernah kulihat namun jatuh cinta padaku, aku hanya ingin Laila kekasihku, bagiku ia nyata di hatiku, aku rela mati deminya, Laila tak ada bandingnya dengan bidadari, sebab jiwaku tahu tentang diriku, bahwa sesungguhnya Laila adalah bagian dari jiwaku, tubuhku.'






Jakarta, 9 Oktober 2013
Sonny H. Sayangbati


Tidak ada komentar:

Posting Komentar