Dok. Pribadi |
Ada tiga istilah yang bisa kita
kenal menyangkut me-review buku,
yaitu resume, resensi, dan review.
Resume berasal dari kata re (kembali), sume dari bahasa inggris summary yang artinya ikhtisar atau
ringkasan. Maka resume dapat
diartikan meringkas kembali suatu tulisan
dengan mencatat kembali poin-poin penting dari tulisan tersebut.
Resensi berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere
yang artinya menimbang atau menilai. Dalam bahasa belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa inggris
dikenal dengan istilah review. Tindakan meresensi berarti memberikan
penilaian, mengkaji kembali isi jurnal/tulisan/buku, membahas dan memberikan
kritik.
Me-review dapat diartikan
mengkaji atau membuat kajian dari suatu jurnal. Me-review bukan meringkas tetapi memahami, mengolah referensi,
membandingkan dan memberikan pendapat pribadi berdasarkan referensi ilmiah
kemudian menyimpulkan/memberi pendapat pribadi.
Bisa dikatakan, resensi dan review itu sama. Dari tiga istilah
tersebut mengacu pada hal yang sama yaitu mengulas suatu karya berupa jurnal,
buku dsb.
Tujuan me-review adalah:
1. Memberikan
Informasi
Tidak semua
orang bisa membaca buku, atau ada buku-buku yang tidak diprioritaskan untuk dibaca. Review suatu buku dapat memberikan
informasi bagi siapa saja. Baik yang ingin membaca bukunya ataupun tidak.
Apalagi biasanya, buku yang di-review
adalah buku baru.
Informasi apa saja
yang bisa diketahui? Banyak. Misalnya, kenapa suatu buku bisa diterbitkan,
penulisnya siapa, dan apa isi buku tersebut
2. Media
Pembelajaran Menulis
Banyak orang
ingin jadi penulis. Salah satu media pembelajarannya adalah dengan membaca review suatu buku. Dengan begitu, kita
akan mengetahui kelebihan dan kekurangan buku tersebut. Dari sana, kita bisa
belajar menulis buku yang baik.
Reviewer telah melakukan pembacaan
terhadap suatu buku. Kita akan menemukan unsur-unsur buku yang bagus, kritikan
atau bahkan koreksi. Misalnya, koreksi terhadap EYD, pengembangan karakter, dan
logika cerita.
3. Media
Pembelajaran Desain
Bagi desainer
buku, layout dan tampilan kaver
sangatkah penting. Beberapa reviewer
yang juga membahas kaver dan layout.
Ini bisa menjadi bahan pembelajaran bagi para desainer. Bisa juga mengukur
selera pasar, kaver dan layout
seperti apa yang sedang disukai.
4. Bahan
Perbandingan Karya
Mengetahui
perbandingan buku yang telah dihasilkan penulis yang sama atau buku-buku karya
penulis lain yang sejenis. Reviewer
yang punya “jam terbang” tinggi, biasanya tidak melulu mengulas isi buku apa
adanya. Biasanya, mereka juga menghadirkan karya-karya sebelumnya yang telah
ditulis oleh pengarang buku tersebut atau buku-buku karya penulis lain yang
sejenis. Hal ini tentu akan lebih memperkaya wawasan pembaca nantinya.
5. Bahan Pembelajaran Bagi Penulis Buku yang Di-review
Karya bagi penulis
seperti seorang anak. Anak yang paling cantik dan ganteng. Karena itulah,
penulis sulit melihat kekurangan karyanya. Dengan adanya review dari orang lain, maka penulis bisa mendapat pembelajaran kelebihan
dan kekurangan bukunya. Pembelajaran ini menjadi bekal untuk membuat karya
penulis lebih baik lagi. Juga bagi
editor dan penerbitnya.
Langkah-langkah Me-review Buku
1. Memilih dan Membaca Buku
Fokus dalam
salah satu genre buku akan mengasah
tulisan review kita semakin apik. Ilmu
yang kita miliki dapat memperkaya sudut pandang tulisan. Misalnya, saya kuliah
di jurusan komunikasi, review buku
saya sisipkan keilmuan tentang teori komunikasi. Atau bisa juga pengetahuan
tentang hobi. Misalnya, teman saya membuat review
film tentang sepeda, karena dia hobi bersepeda, maka review-nya kaya akan pengetahuan.
Bacalah dengan saksama
dan sampai selesai. Bila perlu mencatat hal-hal penting seperti kutipan bagus,
pemikiran mendalam penulis atau kesalahan penulisan. Saya sarankan siapkan buku
khusus, jangan sampai mencorat-coret atau melipat buku.
Bukan sekadar
membaca tapi lakukanlah pembacaan, Ini yang membedakan antara pembaca biasa dan
reviewer buku. Pembacaan, menurut
saya, adalah sudut pandang reviewer dalam melihat karya.
Saya suka gemas
sendiri kalau menemukan review yang
mencantumkan kalimat-kalimat begini:
Buku ini memberi angin segar bagi dunia
literasi.
Atau,
Buku ini jelek.
Buku ini bagus.
Alangkah baiknya jika reviewer memberi alasan yang jelas kenapa buku ini jelek atau bagus. Dalam setiap buku, penulis dituntut untuk memberi motivasi pada karakternya atau logika cerita dalam alur, maka sebagai reviewer, kamu juga harus melakukan pandangan yang tidak asal-asalan.
2. Pilih Buku Baru
Ingin review kamu dimuat di media massa?
Pilihlah buku-buku baru. Masyarakat tentu lebih membutuhkan informasi buku baru
ketimbang yang lama. Buku lama bisa jadi sudah banyak yang me-review. Tapi jika ingin dipublikasikan
di blog pribadi, tidak ada salahnya me-review
buku lama. Hitung-hitung berlatih membuat review.
3. Menuliskan Anatomi Buku
Ini adalah
informasi wajib dalam membuat review
buku. Formatnya seperti ini:
Judul Karya Review
Cover
Judul Buku :
Penulis :
ISBN :
Penerbit :
Editor /Penyelaras Kata :
Desain cover :
Layout isi :
Tanggal Terbit :
Harga :
Tebal :
Blurb:
Ringkasan buku
Isi
Penutup
Catatan:
a) Judul
Banyak judul review seperti ini:
Review Buku Novel A.
Buatlah judul yang menarik dan provokatif. Menerbitkan
orang lain untuk membaca.
b) Ringkasan Buku
Garis besar cerita dari buku, usahakan jangan spoiler. Pembaca buku suka sesuatu yang
mengejutkan. Atau penulis memang ingin membuat twist. Simpanlah amunisi penulis ini.
c) Isi
Mengulas dan memberikan
penilaian terhadap buku tersebut. Mulai dari yang bersifat fisik seperti kaver,
pemilihan kertas, atau layout. Kemudian
masuk ke pembahasan substansi isinya. Bisa juga membandingkan dengan buku lain
yang mirip atau se-genre. Bahaslah
kelebihan, kekurangan dan manfaat buku tersebut.
Mengkoreksi EYD,
logika cerita, pengakteran, dan terpenting adalah sikap dan penilaian reviewer terhadap buku tersebut.
Yons Achmad,
Humas FLP Pusat, mengatakan, Salah satu fungsi utama seorang reviewer yaitu sebagai kritikus sehingga
bisa membantu publik menilai sebuah buku.
Selalu saja ada yang bilang begini: Bisanya cuma ngritik, kayak tulisannya udah bagus aja!
Jangan takut mengkritik suatu buku. Kamu mungkin bukan
seorang kritikus handal, tapi menjadi reviewer
adalalah salah satu langkah menjadi kritikus. Apalagi kalau sampai review kamu dimuat di media.
Kritikus teater bukan berarti seorang aktor atau
sutradara. Seorang kritikus film bukan berarti sineas. Kritikus dibutuhkan,
karena kritikus bisa melihat karya penulis lebih objektif.
Jangan khawatir, penulis yang baik, tahu mana kritik
atau masukan yang membangun dan yang hanya nyinyir saja. Makanya saya tulis di
atas, jika penulis dituntut membuat logika cerita yang benar dalam bukunya,
maka sebagai reviewer buatlah tulisan
yang sama-sama berlogika.
Tips:
Biasanya, saya membuka isi review dengan
sesuatu yang menggelitik. Pemikiran penulis yang membuat saya merenung.
Renungan itu menjadi pertanyaan yang kemudian baru terjawab setelah saya
menamatkan buku. Atau sama sekali tidak mendapat jawaban.
Tulislah kelebihan buku tersebut terlebih dulu, baru
tulis kekurangannya. Orang cenderung akan bersikap positif jika memulai sesuatu
dengan positif juga, begitu pula sebaliknya.
d) Penutup
Berikan kesimpulan dari hasil analisis kita terhadap
buku itu. Jika dimulai dengan pertanyaan, maka penutup adalah jawabannya. Boleh
juga memberi rating. Tergantung kerativitas reviewer.
4. Panjang
Review
Perkirakan panjang
review buku, sesuaikan dengan ruang
media yang kamu pilih untuk mempublikasikannya. Jika ingin dimuat di media
massa ikuti syarat jumlah halaman dari media yang bersangkutan.
Semoga artikel
ini bermanfaat. Selamat me-review
buku ^_^
Referensi:
Teknik Menulis Resensi Buku
Sumber : http://myfairytalemytale.blogspot.com/2013/10/membuat-me-review-buku.html
Sumber : http://myfairytalemytale.blogspot.com/2013/10/membuat-me-review-buku.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar