"... orang-orang bermata kilau berjalan sendirian, lalu saling berhadapan, memutuskan melangkah bersama, beberapa telah bedampingan sekian masa, beriringan menapak kaki satu demi satu ke depan, namun semuanya sama: kilau mata menyeruak keluar dari kepala, lamat-lamat menjelma nada." (1)
~ PENDAR PLASMA, 2014, Penerbit Teras Budaya, Judul Puisi: 'Orang-Orang Bermata Kilau', h. 11.,
Di
antara lima puluh enam puisi dalam buku kumpulan puisi tunggalnya
[Pendar Plasma] penyair Marina Novianti ini yang paling tidak mewakili
'mata'-nya penyair yang memang memiliki mata 'tajam' dan 'indah'. Mata
merupakan bagian perangkat panca indra manusia yang menangkap sisi-sisi
kehidupan manusia, mata merupakan 'jendela tubuh' yang melihat dengan
tajam segala macam bentuk kehidupan yang mampu merekam peristiwa dengan
sudut pandang yang paling 'objektif', setidak-tidaknya menurut akal-budi
manusia yang melihatnya dengan segala perspektif sebagai seorang
penyair wanita.
Tentunya penyair Marina ini mengenal betul arti dari sebuah Referensi yang ia sering baca dalam perjalanan religiositasnya: "”Pelita
tubuh adalah mata. Maka, jika matamu sederhana [tulus; terpusat; ada
dalam fokus; murah hati], seluruh tubuhmu akan cemerlang; tetapi jika
matamu fasik, seluruh tubuhmu akan gelap. Jika dalam kenyataannya
terang yang ada padamu adalah kegelapan, betapa hebat kegelapan itu!” (2). Ya kata atau istilah 'mata' atau pilihan diksi ini memiliki arti yang luar biasa dalamnya dan luas sekali.
Secara umum mata berfungsi sebagai : "sebuah
”kamera” yang sangat efisien dan dapat menyesuaikan keadaannya
sendiri, yang mengirimkan impuls-impuls ke otak, tempat objek yang
diproyeksikan pada retina mata diinterpretasikan sebagai penglihatan ...
Adanya sepasang mata, sebagaimana pada manusia, memungkinkan
penglihatan stereoskopis. Kehilangan penglihatan merupakan rintangan
yang sangat besar sebab penglihatan mungkin adalah saluran komunikasi
yang terpenting ke pikiran." (3) Betapa pentingnya peranan atau fungsi mata itu dalam salah satu bagian terpenting tubuh manusia!
Penyair
Marina memilih sebuah diksi 'Orang-Orang Bermata "Kilau"'. Apa artinya
'kilau' itu ? Menurut sebuah kamus populer kata 'kilau' memiliki arti:
noun
1. cahaya gemerlap; cahaya berkilap; cahaya yg memantul:
bagai -- intan berlian tampaknya;
ber·ki·lauv gemerlap; berkilap;
ber·ki·lau·ana gemerlap (seolah-olah sinarnya memantul-mantul):
putri itu mengenakan permata yg ~;
ber·ki·lau-ki·lau·anv berkilauan;
me·ngi·lauv mengeluarkan kilau;
ki·lau-me·ngi·lauv bercahaya gemerlapan:
malam sangat indah, bintang di langit ~;
ki·lau·ann kilatan; kilapan: ~ golok tajam yg diarahkan kepadanya mengecilkan hatinya
~ Artikata.com (4)
Ada 'mata' cahaya yang gemerlap atau berkilau, biasanya
mata yang berkilau atau gemerlap itu disebabkan oleh berbagai faktor,
bisa karena terharu, menangis yang tertahan yang disebabkan oleh
kesedihan atau kebahagiaan, bisa juga berarti ketertarikan terhadap
sesuatu atau hati yang bersemangat sebagai pancaran jiwanya yang penuh
emosi meluap-luap, bisa juga menandakan kegairahan dalam tubuhnya. Ya
bisa berbagai kemungkinan kata 'mata kilau' diartikan atau
diterjemahkan.
Sebagai catatan bahwa kata 'mata' sudah
menjadi pilihan kata (diksi) sejak zaman dahulu kala, kata 'mata'
tersebut biasanya diikuti oleh kata lain sebagai penguat artinya,
misalnya dalam suatu Referensi ada beberapa istilah mata itu, sebagai
berikut : ”mata air”, ”mata”-Nya, ”keinginan mata”, ”mata sombong
[angkuh]”, ’mata yang berbinar’, ’mata penuh perzinaan’, ’mata yang
tidak pemurah’, ’mata dengki’, ’mata fasik’ (’mata jahat’, KJ), mata
yang ”ramah”, 'Mata kami tertuju kepadamu', 'mata yang ada di ujung
bumi', 'mata bebal', 'mata rohani' (5) dan lain sebagainya.
Penyair
Marina mungkin sadar atau tidak sadar, 'matanya' telah menulis lima
puluh enam puisi yang dibagi menjadi tiga bagian bab (Interstellar,
Ionisasi dan Aurora), dengan matanya ia melihat sebagian besar hidupnya
ini menjadi tiga pilihan itu. Saya percaya ia memiliki mata kilau
seperti pendar plasmanya melihat hidup seperti puisi yang ditulisnya,
dan menurutku ini adalah puisi yang paling kuat yang pernah aku baca
dari dua buku puisi tunggalnya (Aku Mati Di Pantai, 2013 dan Pendar Plasma, 2014) :
Orang-Orang Bermata Kilau (6)
ada rasa asin merembes dari sela bibir pecah. ujung lidah
kering merindukan cairan. butir-butir keringatku sendiri
bergulir dari pelipis menyeberang mata, ke bawah. aroma
anyir seusai perang, kabut pedih kepulan mesiu
menyesakkan sudut mata, cuping hidung, nuansa kematian
di mana-mana
pengab, terlalu pengab, aku tak bisa bernapas! terus
melangkah, dongak kepala, kupicingkn mata menantang
bola api menyala di atas. kukutki surya! telah ia tikamkan
terik ke tubuh tercabik luka! telah ia didihkan bongkah
tanah di bawah tumit pecah merekah! lolong angin kemarau
riuh rendah, terbangkan butir pasir, berhamburan mengisi
kulitku
angin riuh, daun kering menari berputar-putar di jalanan
berlubang. helai coklat kuning berkejaran spiral. pasrah
rebah di tanah. bersitumbuk tubuh kami. jatuh terinjak-
injak, kami terus berjalan perlahan
di bentangan berdebu, kami, kaum yang bertahan hidup,
berjubah tudung hitam kumal. jubah rombeng
menyedihkan untuk melindungi, sosok hitam tegak,
bungkuk, besar, kecil, berjalan. tertatih tembus tabir udara
pengap. tiupan angin meraung-raung
sembari menapak langkah, lambat laun kusadari di antara
kami, mata berkilau, bekerjap binar, bersinar terang, atau
redup, sedetik kilat, atau perlahan, di dekat, jauh, di manapun
tiap kilau membawa sepenggal adegan
kehidupan. mereka saksikan atau alami selama mengada
orang-orang bermata kilau berjalan sendirian, lalu saling
berhadapan, memutuskan melangkah bersama. beberapa
telah berdampingan sekian masa, beriringan menapak kaki
satu demi satu ke depan. namun semuanya sama: kilau
mata menyeruak keluar dari kepala, lamat-lamat menjelma
nada
sulit bagiku menentukan, rintih atau senandung nada jelma
kudengar, lirih sedu dan getar telah menjadi padu. nada-nada
bertaut, membentuk harmoni. tiap nada teripta
berpandangan dengan mata kilau. mewujudkan helaian panjang
putih melambai-lambai tertiup angin, di keruh udara abu.
segenap penjuru mata angin, lantunan bening paduan nada
naik turun perlahan. pedih dan indah terbit bersamaan
langkahku terhenti. satu dari beribu tumpukan puing-puing
yang berserak, potongan-potongan kaca menyelip pada
rangka jendela. membayang pantulan wajahku, patah-patah
retakan kaca. dua mata berkilau, seperti mata mereka,
menyelinap keluar diriku, menjelma untai gumaman ini
MN, September 2013
'Mata
kilau', tentunya kita sangat bersyukur apabila dikarunia mata yang
indah dan berkilau, di samping wajah akan terlihat menarik juga
memandang dan berbicara dengan seseorang yang memiliki mata kilau ini
sangat menyenangkan hati, karena di dalamnya terkandung sebuah kekayaan
hidup yang tak ternilai, dan apabila diputar seperti sebuah melodi
sebuah lagu, maka akan terdengar sebuah simponi yang menakjubkan, Anda
yang mendengar akan menikmati 'pelangi indah di matamu'.
Rasa
kegetiran hidup itu bagai sebuah rangkaian kereta api yang
bersambung-sambung, dengan pluitnya yang berkumandang akan terdengar
dari kejauhan bahwa itu sebuah rangkain gerbong yang akan lewat. Sebuah
mata yang berkilau akan bercerita bagaimana rangkaian kereta api itu
berjalan menuju kota tujuan, bukankah sepanjang perjalanan yang panjang
itu melewati lembah-lembah curam dan landai serta mendaki sedikit demi
sedikit dengan keadaan kontur tanah yang berbeda-beda, mungkin juga
menempuh sebuah musim yang berlainan jenis. Semua itu direkam oleh
sepasang mata yang berkilau!
Mata juga bisa berfungsi untuk berjaga-jaga, 'mata yang awas' senantiasa menjaga tubuh dari bahaya-bahaya yang mengancam tubuh, mata sebagai perlindungan akan pikiran yang bersih, itu sebabnya dalam referensi di atas kita dianjurkan untuk memiliki 'mata sederhana' yang berarti menyederhanakan pikiran dari kehidupan yang rumit dan melelahkan jiwa serta ketidakadilan yang kita alami dalam perjalanan hidup ini.
Fungsi mata yang seperti menara pengawas yang tinggi dalam sebuah bangunan berbenteng lazim di bangun untuk mengawasi keadaan di luar bangunan berbenteng, di bangun dalam empat penjuru mata angin atau disetiap sudut bangunan.
Puisi Marina Novianti yang saya pilih (Orang-Orang Bermata Kilau) dari sekian banyak puisi yang ada dalam buku puisi tunggalnya (Pendar Plasma, 2014) ini menurut saya mewakili dari sekian puisi yang bermakna kehidupan keseharian penulisnya baik yang bertema kesedihan, pengalaman pribadi ataupun perasaan terdalamnya, saya mengambil tema yang paling komplit dan religius.
“Duhai. Ternyata, pada setiap mata ada kejernihan. Di sana kau bisa
melihat jiwa. Jiwa yang mulia. Tak bisa melihatkah kau? Itu lantaran
manusia tersandung pada segala yang membingkai mata. Orang sibuk melihat
apa yang di seputar mata, dan tak bisa mencapai yang utama.”
― Ayu Utami, Maya (7)
― Ayu Utami, Maya (7)
“Aku suka matamu. Seperti mata rusa. Rapuh sekaligus kuat.”
Jakarta, 6 Juli 2014
Jack Phenomenon
_____________________
Rujukan :
1. PENDAR PLASMA, Penerbit Teras Budaya, Judul Puisi: 'Orang-Orang Bermata Kilau', h. 11.,
2. New World Translation of The Holly Scriptures (Indonesian Edistion)
3. Watchtower Library (Indonesian Edition)
4. Artikata.com
5. Watchtower Library
6. PENDAR PLASMA, Penerbit Teras Budaya, Judul Puisi: 'Orang-Orang Bermata Kilau', h. 11.,
7. Goodreads, Ayu Utami, Maya
8. Goodreads, Devania Annesya, X: Kenangan yang berpulang
9. Sumber gambar/photo dari album pribadi Facebook Marina Novianti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar