Bataviase
Nouvelles (7 Agustus 1744-20 Juni 1746), koran pertama di Hindia Timur
(kini Indonesia). Foto: bataviase.wordpress.com.
270 tahun lalu, edisi perdana Bataviase Nouvelles terbit di Batavia. Inilah koran pertama di negeri yang hari ini bernama Indonesia.
OLEH: WENRI WANHAR
Dimuat: 8 Agustus 2014
JAN Pieterszoon
Coen memerintahkan anak buahnya membuat lembaran berita internal. Empat
halaman kertas folio ditulis tangan. Isinya berita ringkas kegiatan
perdagangan serta kedatangan dan keberangkatan kapal-kapal niaga, baik
di Batavia maupun di berbagai factorijen, pos-pos perdagangan Belanda.
Gubernur Jenderal keempat Serikat Dagang Hindia Timur atau VOC (1617-1623) tersebut menamai lembaran berita itu Memorie der Nouvelles. “Memorie
diedarkan di kalangan pejabat dan pegawai kompeni setelah melalui
proses pemeriksaan,” ungkap F. de Haan, sejarawan kolonial penulis buku Oud Batavia.
Karena prosesnya manual, oplah “surat
kabar” yang coba-coba dirintis Coen itu tentu sangat terbatas. Andai
saja saat itu sudah ada mesin mungkin akan lain ceritanya, mengingat
sejarah pers berpaut dengan keberadaan mesin cetak.
Mesin cetak baru masuk ke Hindia Timur pada 1668, ada juga yang menyebut 1659. Yang terakhir merujuk laporan Niehoff dalam Zae en Lantreise, dilansir dari Seabad Pers Kebangsaan 1907-2007 karya Agung Dwi Hartanto. Mulanya mesin cetak hanya untuk menggandakan laporan-laporan VOC terkait negeri jajahan. Istilahnya bookbinder.
Pada masa mesin cetak inilah Jan Erdman Jordens punya gagasan menerbitkan koran yang jauh lebih modern dibanding Memorie. Pegawai VOC yang punya bisnis kecil-kecilan itu pun menyampaikan idenya ke Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff.
Gayung bersambut. Pendek kisah, 7 Agustus 1744, edisi perdana Bataviase Nouvelles terbit empat halaman. Dicetak dalam layout dua kolom. Ukurannya sedikit lebih besar daripada folio.
Bataviase merujuk pada sebutan
untuk orang-orang Batavia, mereka yang hidup di Batavia dan mereka yang
berselera Batavia. Istilah Bataviase ini, mengingatkan kita pada istilah
Parisian untuk orang-orang Paris, New Yorker untuk orang-orang New York
atau Berliner untuk orang-orang Berlin. Sedangkan Nouvelles serupa dengan news. Kurang lebih artinya berita baru.
Koran pertama di negeri yang hari ini
bernama Indonesia itu, “terbit seminggu sekali. Tapi Jordens punya angan
menjadikannya harian,” tulis Kasijanto Sastrodinomo dalam “Media dan
Monopoli Dagang, Percetakan dan Penerbitan di Indonesia Pada Masa VOC,”
jurnal Wacana, Vol. 10 No. 2, Oktober 2008.
Mula-mula beritanya hanya seputar
perdagangan dan tetek bengek VOC. Mulai dari berbagai ketentuan
administrasi, kedatangan kapal, pengangkatan dan pemberhentian pejabat
hingga pemecatan dan kematian pegawai kantor dagang itu. Sebagai koran
dagang, Batavise Nouvelles memenuhi sebagian besar halamannnya dengan iklan dan berita lelang.
Kemudian tentang pesta-pesta, jamuan,
obituari dan doa-doa keselamatan bagi kapal yang akan berlayar jauh
menyeberang ke negeri induk. “Dalam beberapa edisi, koran itu juga
menerbitkan karangan tentang sejarah awal koloni, dan sejarah gereja
secara singkat. Semacam feature yang banyak ditulis dalam media sekarang,” tulis Kasijanto.
Karena mendapat sambutan hangat dari masyarakat Batavia, pada 9 Februari 1745 surat izin usaha Bataviase Nouvelles
diperpanjang hingga tiga tahun ke depan. Namun, lain lubuk memang lain
pula ikannya. De Heeren Zeventien (Tuan-tuan XVII, yakni 17 anggota
Dewan Direktur VOC) di Amsterdam, Belanda, khawatir koran itu akan
membuka informasi yang sifatnya “rahasia.” Maka, melalui sepucuk surat
bertanggal 20 November 1745, De Heeren Zeventien meminta van Imhoff
memberedel Bataviase Nouvelles.
____________________
Sumber : http://www.historia.co.id/artikel/modern/1439/Majalah-Historia/Bataviase_Nouvelles,_Pertama_Terbit_Pertama_Diberedel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar