Status Yerusalem menjadi rebutan Palestina dan Israel. Titik nyalanya
adalah masjid Al-Aqsa dan Kubah Shakhrah, tempat suci bagi umat Islam -
dikenal sebagai Al-Haram asy-Syarif oleh umat Yahudi.
Seratus tentara perempuan Israel dan 35 penganut Yahudi Ortodoks dari
Amerika Serikat baru-baru ini mengunjungi Kota Lama. Kelompok tersebut
ditemani sekelompok jurnalis dan rabi yang terkenal radikal, Yehuda
Glick, mantan kepala Institut Temple. Pemukim Israel juga memasuki kota
tua Yerusalem dalam beberapa pekan terakhir, salah satunya membuat sisi
Kubah Shakhrah sebagai bentuk protes atas larangan masuk bagi
non-Muslim. Para pendatang baru juga dilaporkan adu mulut dengan umat
Islam yang beribadah.
Glick telah berkampanye untuk mendorong pembangunan tempat ibadah ketiga
di lokasi masjid Al-Aqsa dan Kubah Shakhrah. Sheikh Azzam Al-Khatib,
direktur jenderal Urusan Masjid Al-Aqsa, telah mengutuk upaya tersebut,
menyebutnya sebagai "sebuah langkah yang berbahaya dan provokatif."
Larangan bagi pengunjung non-Muslim
Lokasi masjid Al-Aqsa dan Kubah Shakhrah dikenal sebagai
Bait-ul-Muqaddas atau tanah suci yang mulia dan menjadi lokasi tersuci
ketiga bagi umat Muslim. Lokasi keduanya juga diakui sebagai tempat
paling suci bagi umat Yahudi - Al-Haram asy-Syarif - yang dipercaya oleh
penganut Yahudi pernah menjadi lokasi Bait Salomo dan Bait Kedua. Bait
Kedua hancur di tangan bangsa Romawi pada tahun 70 M.
Tempat ini berkali-kali menjadi lokasi demonstrasi berdarah, bentrokan,
pelemparan batu dan penembakan, meski didapuk sebagai simbol religius
oleh bangsa Yahudi, umat Kristen dan Muslim.
Al-Aqsa terletak Yerusalem Timur, bagian dari wilayah Palestina yang
diakui secara internasional tetapi diduduki militer Israel sejak tahun
1967. Kepala rabi Tembok Ratapan, Shmuel Rabinovitch, kepada DW
menyatakan tidak menerima larangan oleh umat Muslim bagi penganut Yahudi
untuk masuk alun-alun masjid Al-Aqsa dan Kubah Shakhrah.
Sebuah bentuk monopoli?
"Ajaran Yahudi menyatakan kami tidak punya monopoli atas Tuhan - itulah
mengapa Tembok Ratapan terbuka bagi siapapun. Tempat suci harusnya
terbuka bagi semua orang, tidak peduli agamanya apa, atau pandangan
hidupnya."
Menurut pimpinan agama Yahudi arus utama, penganut Yahudi dilarang masuk
ke masjid Al-Aqsa dan Kubah Shakhrah atas kekhawatiran mereka dapat
melanggar kesucian 'tempat kudus,' atau tempat suci Bait Kedua.
Rabi Rabinovich mengatakan Yudaisme juga melarang penganutnya untuk
menggali ke dalam Al-Haram asy-Syarif. Saat ditanya apa yang ia harapkan
dari kesepakatan damai apabila berhasil tercapai tahun ini, ia menyatakan dirinya tidak dapat melihat adanya resolusi terkait klaim atas Yerusalem.
"Yerusalem adalah salah satu lokasi yang paling bermasalah untuk
mencapai kata sepakat - tidak segalanya mempunyai solusi. Akan mustahil
untuk mengusir Yahudi dari Tembok Ratapan dan saya tidak yakin akan ada
solusi atas Kota Lama Yerusalem. Namun saya ingin dunia mengetahui bahwa
bangsa Yahudi itu damai dan kami beretika," tuturnya.
Terowongan Tembok Ratapan
Bagian Kota Lama yang kurang terkenal adalah terowongan yang mengular di bawah kawasan Muslim sepanjang Tembok Ratapan.
Kini terowongan yang membatasi masjid Al-Aqsa, Kubah Shakhrah, dan
Al-Haram asy-Syarif dibuka untuk kelompok-kelompok turis. Sekilas
terowongan seakan terukur di bawah tanah, namun kenyataannya terowongan
dibangun di atas tanah.
Meski dulunya umat Muslim memperbolehkan umat Yahudi beribadah selama ratusan tahun, sekarang lokasi tersebut menjadi titik fokus perselisihan dan perbedaan di antara kedua pihak.
_____________________
Sumber: http://www.dw.de/titik-nyala-yerusalem-yang-termasyhur/a-17410100
Tidak ada komentar:
Posting Komentar