Judul : Perempuan Bernama Arjuna: Filsafat Dalam Fiksi
Penulis : Remy Sylado
Penerbit: Nuansa Cendekia
Ukuran : 14 X 20
Jenis Kertas : Hvs 60 gram
Tebal : 280 hlm.
Tahun Terbit : Cetakan ke II, 2014
ISBN : 978-602-8395-80-9
Harga: Rp. 80.000,-
Apakah anda termasuk orang yang kangen fiksi bermutu?
Jika itu pertanyaannya, barangkali inilah buku yang ditunggu. Dalam
Novel ini, Remy Sylado, mengambil tema filsafat. Pokok kajian di
dalamnya merangkai sejarah pemikiran para filsuf dari zaman Yunani
hingga era masa kini. Aktor utama yang bermain dalam novel ini adalah
Arjuna, seorang perempuan 25 tahun ketuturan Cina-Jawa yang sedang
belajar filsafat di Amsterdam, Belanda.
Sedikit menyinggung ketidaklaziman judul novel dan nama perempuan
ini, nama Arjuna itu berawal dari “keterpaksaan menuju keliru”.
Kisahnya, kakek Arjuna mengharapkan cucunya laki-laki. Pada usia
kandungan yang ke 7 bulan, dibuat upacara khusus yang memberikan nama
bakal jabang bayi dengan nama Arjuna. Karena sikap keluarganya yang
kokoh dalam memegang adat, maka dengan terpaksa, nama Arjuna tidak
diganti sekalipun kemudian bayi yang lahir itu perempuan.
Muatan novel ini mengutamakan isi dengan mengulas pemikiran para
filsuf dunia. Tak tanggung-tanggung. Remy mampu mengulas lebih dari 150
filsuf dunia. Dan secara keseluruhan terdapat 200 sosok pemikir atau
tokoh penting yang termaktub dalam catatan kaki di bagian halaman
belakang novel ini.
Dalam membaca literatur fiksi, biasanya kita sering menarget untuk
mendapatkan kenikmatan atas deretan kisah di dalamnya. Jika itu yang
diharapkan, maka novel ini memberikan sarana meraih kenikmatan atas, 1)
pengetahuan sejarah filsafat yang benar-benar akurat dan berwawasan, 2)
teladan kemandirian berpikir dan juga kebebasan memilih dan menentukan
garis hidup dari perempuan bernama Arjuna, dan, 3) cakrawala bahasa,
sejarah,sains, budaya, politik dunia, termasuk politik nasional yang
terpotret apik menyatu dengan paham-paham/ajaran isme dunia.
Lain daripada itu, perihal urusan kelamin dalam novel ini cukup
banyak mewarnai alur cerita. Tentu itu bukan karena tujuan sensasi
syahwati, melainkan alasan kajian ilmiah biologi-evolusioner. Tentang
seksualitas itu menjadi topik yang unik ketika Arjuna harus jatuh cinta
pada dosennya, Van Damme, seorang Jesuit asal Banneux Belgia yang
dikatakan dalam novel itu, “kelihatannya kebanci-bancian tapi ternyata
seorang koboi heunceut yang liar di atas ranjang.”
Jadi, jika nanti Anda menemukan istilah-istilah yang vulgar seperti
“memberdayakan vagina”, “menggaruk-garuk kontol”, “koboi heunceut”, atau
istilah sejenisnya, janganlah menganggap terdapat unsur porno dalam
novel ini, sebagaimana pula kita tidak boleh gegabah menyebut novel
religius karena di dalamnya banyak istilah agama, seperti “masya Allah”,
“mazmur”, “tawakal”, dan lain sebagainya.
Buku ini bisa disebut novel-filsafat, artinya novel yang berisi
ulasan filsafat secara mendalam dan karena itu wajar jika ditinjau dari
sudut pandang fiksi, muncul slogan “Bukan Bacaan Ringan” dan jika
dilihat dari sudut pandang filsafat, akan muncul slogan; “filsafat yang
ringan”.
Maksudnya ringan karena dengan model adonan fiksi seperti ini,
filsafat yang selama ini terasa mbulet bin ruwet, terurai secara simple,
mudah dipahami, dan efektif dipahami. [Faiz Manshur. Redaktur Nuansa
Cendekia]
____________________
Sumber : http://www.nuansa.co/perempuan-bernama-arjuna-1-filsafat-dalam-fiksi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar