IST/HELENA LEA MANHARTSBERGER
Pengasuh Perpustakaan Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa (PATABA), Soesilo Toer, yang juga merupakan adik bungsu Pramoedya
TRIBUNJOGJA.COM, BLORA -
Seorang penulis paling produktif dalam sejarah sastra Indonesia dan
penuh kontroversial dilahirkan di Blora. Lebih dari 50 karya sastra yang
ditulisnya telah diterjemahkan lebih dari 41 bahasa asing. Satu di
antara karyanya berjudul ‘Cerita dari Blora’ (1952) dan menjadi meraih
penghargaan sebagai karya sastra terbaik dari Badan Musyawarah
Kebudayaan Nasional, Jakarta, 1953.
Adalah Pramoedya Ananta Toer
seorang sastrawan besar yang hampir sebagian besar hidupnya dihabiskan
di dalam penjara, mulai zaman kolonial Belanda, Jepang hingga rezim Orde
Baru.
Pramoedya lahir pada 6 Februari 1925 dan meninggal di
Jakarta, 30 April 2006. Setelah tragedi 1965, ia ditahan rezim Soeharto
karena ideologi sosialis yang dianutnya. Buku-bukunya pun dilarang untuk
beredar. Pramoedya ditahan di Nusakambangan tanpa menjalani proses
pengadilan, selanjutnya dengan status tahanan politik, ia dipindahkan ke
Pulau Buru, dan menghabiskan masa hidupnya selama 14 tahun.
Kini
di rumahnya yang terletak di Jalan Sumbawa 40, Jetis, Blora didirikan
Perpustakaan PATABA yang merupakan akronim dari Pramoedya Ananta Toer
Anak Semua Bangsa. Di depannya terdapat papan dengan tulisan tegas:
BACALAH, BUKAN BAKARLAH!! Rumah tersebut kini menjadi kediaman Soesilo
Toer, adik bungsu Pramoedya yang juga menjadi pengasuh perpustakaan.
Kurang
lebih sebanyak 5.000 buku, mulai sastra, filsafat, hingga buku lainnya
yang menjadi koleksi perpustakaan PATABA, buku-buku tersebut juga
terdiri dari berbagai bahasa. Menurut Soesilo, koleksi tersebut sebagian
adalah miliknya, milik Pramodya Ananta Toer, dan Koesalah Soebagya
Toer, yang juga saudara kandungnya.
Pengunjung perpustakaan
PATABA tidak hanya masyarakat setempat, banyak juga mereka yang sengaja
datang dari luar kota, bahkan dari mancanegara yang ingin membaca dan
melakukan studi literatur. Bagi para pengunjung yang datang dari luar
kota, Soes selalu memberi kesempatan untuk menginap di rumah tersebut.
Bahkan dengan kesederhanaannya, ia juga memberi makanan dan minuman
kepada para pengunjung perpustakaan.
Jika memasuki bagian depan
rumah, kita bisa melihat berbagai foto Pramoedya Ananta Toer dan
keluarga. Foto-foto tersebut terdiri dari ketika masa kecil, masa muda,
hingga foto masa tua sang maestro. Selain itu juga terdapat foto
tokoh-tokoh bangsa seperti, Soekarno, Tan Malaka, dan R.A Kartini.
Seperti
kakaknya, Soesilo adalah seorang penulis sekaligus intelektual, ia
menyelesaikan studi Master di Universitas Patrice Lumumba, serta PhD
(Doktoral) di Institut Plekhanov Uni Soviet, kini Rusia. Tahun 1973,
ketika kembali ke Indonesia, Soesilo terpaksa dipenjara oleh rezim yang
berkuasa karena perbedaan pandangan politik.
Zaman sudah berlalu,
rezim sudah berganti, namun pemerintah setempat tetap saja tidak
mengakui perpustakaan tersebut, bahkan menjulukinya sebagai perpustakaan
liar. Meski begitu lelaki kelahiran Jetis, Blora, 17 Februari 1937 ini
akan terus mengelolanya dengan sepenuh hati. Bacalah, Bukan Bakarlah!!
(*)
Penulis: rap
Editor: wid
Laporan Reporter Tribun Jogja, Riezky Andhika Pradana
____________________
Sumber : http://jogja.tribunnews.com/2013/03/17/ada-perpustakaan-pramoedya-ananta-toer-di-blora
Sumber : http://jogja.tribunnews.com/2013/03/17/ada-perpustakaan-pramoedya-ananta-toer-di-blora
Tidak ada komentar:
Posting Komentar