Idealisme Puisi
“Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda.”― Tan Malaka
Dan ternyata, Idealisme adalah salah satu dari kumpulan dongeng pembakar semangat. Dan layaknya sebuah dongeng, maka mustahil-lah adanya | s y a m - www.syamatahari.com
Gambar yang Anda lihat adalah sebuah boneka dari Rusia yang dikenal sebagai Matryoshka atau Babushka
memiliki makna bahwa seorang ibu atau orang tua akan selalu melindungi
anaknya dari hal apa pun yang menimpa anaknya, hal ini dengan
menunjukkan banyaknya jumlah boneka dan dimasukkan dalam boneka
berikutnya sampai urutan yang paling kecil.
Cara berpikir
filosofi yang ideal selalu menjadi landasan kebudayaan di mana pun juga,
tidaklah heran karena manusia memiliki asal usul yang sama serta
nilai-nilai yang awalnya satu. Pada waktu banjir besar melanda bumi
Zaman Nabi Nuh, cerita itu dikenal dalam berbagai macam kebudayaan
dengan versi masing-masing.
Apa yang dimaksudkan dengan
idealisme bagi karya sastra umumnya dan khususnya puisi itu, Idealisme
itu dimaksudkan :(Wikipedia Indonesia)
Idealime adalah sebuah istilah yang digunakan pertama kali dalam dunia filsafat oleh Leibniz pada awal abad 18 ia menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, seraya memperlawankan dengan materialisme Epikuros. Istilah Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang yang mental dan ideasional sebagai kunci ke hakikat realitas. Dari abad 17 sampai permulaan abad 20 istilah ini banyak dipakai dalam pengklarifikasian filsafat
epistemologiIdealisme berasal dari kata ide yang artinya adalah dunia di dalam jiwa (Plato), jadi pandangan ini lebih menekankan hal-hal bersifat ide, dan merendahkan hal-hal yang materi dan fisik. Realitas sendiri dijelaskan dengan gejala-gejala psikis, roh, pikiran, diri, pikiran mutlak, bukan berkenaan dengan materi.
Dalam dunia sastra, terdapat aliran idealisme juga, misalnya sebuah cerita, di dalamnya terdapat pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Berdasarkan pesan-pesan itu, seseorang dapat menganalisis tentang pandangan penulis. Idealisme yang dikemukakan terkait dengan tema cerita, misalnya tema yang berhubungan dengan cinta, perjuangan, dan pembangunan masa depan. Ada dua bentuk idealisme: yaitu idealisme aktif, yaitu idealisme yang melahirkan insipirasi-inspirasi baru yang bisa dilakukan dalam realitas, sedangkan idealisme pasif adalah idealisme yang hanya semu, tidak pernah bisa diwujudkan, bersifat utopis saja.
Dalam diri penyair memiliki
cita-cita, hasrat atau sebuah gagasan/ide apa pun bentuk syair dan hal
ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dia miliki dan nilai-nilai ini
bisa berkembang/dinamis dan juga bisa statis, dan pengaruh ini melekat
kuat dalam karya-karyanya.
Kita semua tahu bahwa kita
hidup di masa atau situasi yang tidak ideal, penuh dengan warna, ragam,
aneka bumbu masak, selera dan keterpurukkan yang jauh dari impian dan
cita-cita luhur manusia sejatinya. Seperti sebuah kutukan, namun bukan
tanpa petunjuk dan jalan keluar.
Dalam memenuhi kebutuhan
spritualnya manusia sering menggunakan berbagai cara pendekatan salah
satunya adalah menulis untuk mencapai idealisme yang diinginkan, sebuah
kata-kata yang menarik yang saya kutip ini menarik sekali, diambil dari
Kosakatakita Penerbit :
“Menulis adalah pergulatan hidup dalam intinya yang terdalam, semacam upaya untuk menemukan identitas kita yang paling orisinal. Jelas di sini bahwa menulis bukan hanya pekerjaan yang menyenangkan, tetapi juga merupakan keperihan untuk mencari lagi diri kita yang hilang dan tenggelam dalam pelbagai kedangkalan….” -- Sindhunata
Di
samping itu manusia juga memiliki keistimewaan atau menurut saya suatu
kehormatan baginya untuk membagi idealisnya untuk ditularkan dalam
bentuk apa pun teristimewa sebuah gagasan dan yang paling santun dan
puistis itu adalah : PUISI
Dalam suatu Referensi dikatakan bahwa manusia itu berkewajiban untuk :
”Sebagaimana baja mengasah baja, begitu pula manusia belajar dari sesamanya, "Dengan besi, besi ditajamkan. Demikianlah seseorang menajamkan muka orang lain." (Amsal 27:17)
Sebagaimana
disebut dalam Referensi di atas, maka idealisme dalam suatu karya
puisi, bisa ditularkan penyair kepada orang lain, tentu saja puisi
bersifat persuasif dan santun, ini merupakan suatu dialog dalam 'ruang
khusus'. Dialog yang paling senyap dan santun hanya bermodalkan logika
atau intelektua pembacanya, karena menurut hemat saya :
'tidak semua kondisi bisa dihadapai dengan prinsip, karena ada juga wilayah yang membutuhkan ruang2 dialog” seperti itulah kurang lebih. (www.syamatahari.com)
Apakah
Anda percaya puisi merupakan suatu dialog bathin antara penyair dan
pembacanya ? Tentu tidak semua orang percaya hal ini, setidaknya kita
sebagai manusia memiliki 'talenta' dan cara berpikir yang sehat,
berimajinasi, kenapa tidak dimanfaatkan untuk hal-hal yang baik ?
Menarik sekali untuk disimak pendapat sastrawan Goenawan Mohamad yang saya kutip di bawah ini :
“Kenapa selama ini orang praktis terlupa akan burung gereja, daun asam, harum tanah: benda-benda nyata yang, meskipun sepele, memberi getar pada hidup dengan tanpa cincong? Tidakkah itu juga sederet rahmat, sebuah bahan yang sah untuk percakapan, untuk pemikiran, untuk puisi—seperti kenyatan tentang cinta dan mati?(Caping 2, h. 72)” ― Goenawan Mohamad
Ya idealime puisi itu memang perlu
dan bukanlah milik kaum pemuda seperti kata Tan Malaka atau pun seperti
pendapat Syam yang saya kutip di atas sebagai idealisme yang bersifat
utopis, ini adalah hal yang nyata senyata puisi ditulis.
Sebagai
penutup saya akan sajikan sebuah puisi dari Rumi yang abadi, sebuah
idealisme puisi, seperti ruh yang menaungi para penyair yang menulis
dengan idealismenya :
Hakikat Yang Maha Pengasih hadir secara langsung laksana sinar matahari yang menerangi bumi.
Namun, kasih-Nya tidaklah berasal dari berbagai bentuk yang ada di bumi.
Kasih-Nya
melampaui setiap bentuk yang ada di bumi, sebab bumi ini dan segala
isinya tercipta sebagai perwujudan dari kasih-Nya.
(Rumi)
Jakarta, 19 Juli 2013
Sonny H. Sayangbati
_______________
Referensi dari berbagai sumber yang diolah
:))
BalasHapus