Mengenal Puisi 'Mbeling'
Dua Muka
raja punya dua muka
satu diketahui rakyat
satu diketahui sendiri
setelah ia digulingkan
ia pasti hilang muka
1997
Sumber : Remy Sylado, Puisi Mbeling h. 135.
Mbeling
(bahasa Jawa), memiliki arti 'nakal atau suka memberontak terhadap
kemapanan dengan cara-cara yang menarik perhatian ... kata mbeling
mengandung unsur kecerdasan serta tanggung jawab pribadi (Wawancara Remy
Sylado, 19 Mei 2004)' - Puisi Mbeling, Remy Sylado, Sekapur Sirih, h.
xi
Puisi mbelingnya Remy Sylado ini memang memiliki ciri
khas tersendiri, lucu atau jenaka membuat orang yang membacanya
terpingkal-pingkal serta cerdas dan memang puisinya berdasarkan fakta
yang terjadi, sindiran kepada penguasa orde baru pada waktu itu.
Remy
sebagai sastrawan yang memiliki pandangan luas, dia memiliki daya
pengamatannya yang jitu dalam setiap puisi-puisinya, penguasaan tentang
sejarah masa lampau serta asal-usul sangat dikagumi. Remy memang unik
dan kaya akan literatur.
Mengapa Puisi Mbeling Diperkenalkan ?
Menurut
cerita, puisi ini diperkenalkan pertama kali oleh Remy Sylado (Yapi
Panda Abdiel Tambayong) sebagai suatu gerakkan untuk mendobrak sikap
orde baru yang dianggap feodal dan munafik. Pada tahun 1972, Remy Sylado
mementaskan drama berjudul Genesis ll di Bandung, Remy menamakan
gerakkan teatrenya sebagai teatre mbeling. Pada saat itu juga kata
mbeling diperkenalkan sebagai suatu gerakkan.
Puisi
mbeling juga lahir karena suatu sebab, di mana dominasi sastra pada
waktu itu terkonsentrasi pada sebuah sosok yaitu figur 'paus sastra'
Indonesia pada waktu itu HB Yassin dengan majalah Horisonnya. Sebuah
sentral yang dominan ini membuat para pendatang baru atau istilahnya
saudara muda sulit sekali menembus karya-karya mereka untuk terbit dalam
majalah Horison, yang pada waktu itu mendominasi kesusasteraan
Indonesia.
Boleh dikata puisi mbeling sesuai dengan artinya berupaya untuk berkarya di luar pakem yang sudah ada dan populer waktu itu.
Sebenarnya
situasi-situasi tersebut tidak jauh berbeda dengan keadaan sekarang,
walaupun memang kita akui bahwa media cyber dan penerbitan buku-buku
indie sangat membantu untuk mengatasi kesenjangan hal tersebut dengan
menjamurnya dunia internet dan media online, membuat para penyair yang
digolongkan sebagai saudara muda lebih mudah untuk berkarya.
Idealisme
yang dipegang oleh dominasi saudara tua masih tetap ada hingga saat
ini, sebut saja majalah Horison masih selektif menerima karya-karya
puisi dan mempertahankan mutunya dengan menjaga kualitas sesuai dengan
garis kebijaksanaan mereka, hal ini masih tetap dipertahankan hingga
kini.
Namun demikian saudara tua bukannya tanpa alternatif
dalam menyikapi kesenjangan ini, mereka juga menerbitkan Kakilangit
sebagai halaman tambahan bagi penyair-penyair pendatang baru, walaupun
juga memiliki kriteria khusus.
Saudara tua juga
menerbitkan website yang cukup dikenal yaitu Horison Online sebagai
media alternatif bagi penyair-penyair yang tidak tertampung dalam media
cetak mereka, dan Horison Online ini juga sebagai media kesuasteraan
yang bergengsi di tanah air.
Ini sekedar gambaran
bagaimana puisi mbelingnya Remy Sylado memprotes 'kekakuan' saudara
tuanya HB Yassin dan majalah Horisonnya dalam arti yang positif :
Teka-Teki
saya ada dalam puisi
saya ada dalam cerpen
saya ada dalam novel
saya ada dalam roman
saya ada dalam kritik
saya ada dalam esei
saya ada dalam w.c.
Siapakah saya?
Jawab: h.b. jassin
(Sumber : Remy Sylado, Puisi Mbeling, Sekapur Sirih, h. xiv)
Kita
mengenal dalam dunia sastra ada istilah sastra pinggiran, mungkin Anda
pernah mendengar istilah ini dan pernah membacanya. Ya, dalam setiap
zaman atau era ada saja sikap-sikap seperti ini. Hal ini lumrah terjadi
di mana saja. Kita memaknai dalam pengertian yang positif saja, sebab
pada dasarnya 'manusia adalah makhluk yang memiliki kecenderungan untuk
tidak puas', karena kita adalah makhluk yang tidak sempurna.
Zaman
sekarang manusia penyair memiliki banyak saluran media alternatif yang
mereka bisa pilih, baik dari media cetaknya seperti majalah-majalah
jurnal sastra yang semakin beragam dan banyak, koran-koran cetak atau
versi online, website2 sastra (cybersastra) dan jejaring sosial yang
saat ini sedang tren seperti Facebook yang menyediakan fasilitas yang
baik bagi saluran-salauran dalam berkarya khususnya masalah sastra
termasuk puisi.
Menulis Puisi Mbeling
Puisi mbeling termasuk jenis puisi kontemporer, maksudnya adalah:
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Sumber : Wikipedia Indonesia
Disamping itu puisi mbeling ini memiliki ke khasannya sendiri : "Mengutamakan
unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi,
rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar
tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat). Menyampaikan kritik
sosial terutama terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan.
Menyampaikan ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh
terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismail menyebut puisi mbeling
dengan puisi yang mengkritik puisi. (Sumber : Wikipedia Indonesia).
Sebenarnya
menulis puisi mbeling ini cukup sederhana dan jangan lupa unsur jenaka
dan sindiran harus ada, dan cara mengungkapkannya juga harus cerdas, hal
ini yang paling penting dari unsur puisi mbeling, jangan pernah lupa
hal ini.
Coba Anda perhatikan beberapa contoh puisi mbeling dari sang maestro mbeling ini :
1. Seorang Prajurit Memulai Korupsi Dengan Sumpritan Seharga Rp 200
satu prit
jigo
empat prit
cepek
delapan prit
kembali pokok
2. Dua Buat Har
Har berumur dua kali selawai
Dua warna rambut: hitam dan putih
Dua jumlah istri: tua dan muda
Dua hati: dua kemauan
Mau istri muda: Har tempil muda
lantas mencabut rambut-rambut putih
Mau istri tua: Har tampil tua
lantas mencabut rambut-rambut hitam
Dalam dua bulan: Har jadi botak
Kepalanya mengkilat mengganggu ozon
3. Kera dan Beruk
orang tua mengatai
"kera"
kenakalan remaja
orang muda mengatai
"beruk"
babe emak kemaruk
Sumber : Puisi Mbeling, Remy Sylado, KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Jika
Anda memiliki buku 'Puisi Mbeling' oleh Remy Sylado ini, maka Anda akan
tertawa terpingkel-pingkel membacanya, di samping unsur jenaka alias
banyol ada nilai kecerdasan atau sindiran halus khas mbeling ini.
Puisi Mbeling Sebuah Pilihan
Sebagai
orang Indonesia yang mencinta sastra khususnya 'jalan puisi', tentu
kita patut bangga dengan karya-karya dari para sastrawan besar
Indonesia, seperti halnya puisi-puisi lainnya: soneta, haiku, gurindam,
mantera, syair, pantun. Model-model puisi tentunya ke depan akan lebih
semarak lagi, namun sebuah karya akan tetap dikenang dan dicatat dalam
sejarah, jika kita generasi penerus terus mengembangkan dan mencintai
dunia tulis menulis ini dengan lebih giat lagi.
Puisi
mbeling adalah salah satu pilihan yang baik dalam mengungkapkan perasaan
kita terhadap suatu masalah dan menyikapinya dengan cara khas 'jalan
puisi', karena bagi penyair 'jalan puisi' adalah sebuah pilihan yang
sama terhormatnya dengan profesi lainnya, walaupun penyair tidak
memiliki lisensi khusus, namun mereka adalah sebuah komunitas yang
sangat berpengaruh dari zaman ke zaman, karya mereka ibarat pelangi yang
menghias dunia, sehingga dunia memiliki romantismenya sendiri.
'Menulis
puisi setiap hari, sama sehatnya dengan memakan makanan bergizi',
demikian sebuah referensi mengatakannya, puisi mbeling adalah suatu
sikap seorang manusia melihat dunianya dengan cara yang jenaka, cerdas
dan memuaskan, Anda pasti ketagihan!
"
Bila seorang anak hidup dengan olokan,ia belajar menjadi malu. Bila seorang anak hidup dengan rasa malu, ia belajar merasa bersalah."
― Dorothy Law Nolte, Children Learn What They Live: Parenting to Inspire Values
Sumber : Goodreads
Jakarta, 11/8/2013
Sonny H. Sayangbati
_______________
# Diolah dari berbagai sumber referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar