Kamis, 05 September 2013

(Artikel Sastra) : "Estetika"

Artikel Sastra





Estetika



“Warna menjadi rasa, rasa menjadi bentuk, bentuk menjadi arah, arah menjadi nisbi, nisbi menjadi ganjil, ganjil menjadi genap, genap masih harus digenapkan dalam kesederhanaan keteraturan pola dan struktur. Itulah keindahan.”


― Dian Nafi, Mayasmara


Sumber : Goodreads




Secara umum istilah 'estetika' memiliki arti atau makna 'keindahan'. Keindahan merupakan bagian dari hidup kita, salah satu karunia yang kita miliki, tentu yang paling indah! Kata keindahan terlontar apabila seseorang melihat sesuatu yang sangat berkesan dalam pandangan mata. Mata memiliki kaitan yang erat dengan sebuah nilai 'keindahan', namun mata bukan satu-satunya yang bisa melihat arti keindahan, panca indra kita dilengkapi oleh Yang Maha Kuasa untuk bisa merasakan akan keindahan.

Disamping mata, sepasang telinga bisa merasakan sesuatu yang indah melalui 'pendengaran', misalnya saja musik yang mengalun atau suara air terjun yang jatuh ke batu, atau suara kicauan burung yang merdu. Pendek kata seluruh panca indra manusia merupakan seperangkat alat yang berkemampuan tinggi untuk menilai atau menyimpulkan sesuatu berdasarkan nilai 'keindahan' atau unsur estetika. Ini merupakan suatu karunia yang tak terhingga yang manusia miliki, mungkin hanya manusia yang memiliki hal ini.

Dalam suatu karya sastra, unsur keindahan merupakan salah satu unsur yang paling penting dan dominan, bisa saja karya sastra hanya menampilkan segi keindahan saja, tetap karya ini akan dilihat atau dinilai oleh orang lain sebagai karya yang indah tanpa embel-embel yang lain dan ini juga bernilai.


Apa Sebenarnya Estetika Itu ?


Anda mungkin sering menjumpai istilah ini dalam suatu karya semisal puisi, salah satu unsur terpenting dalam puisi disamping makna, namun sebuah puisi yang baik memenuhi berbagai unsur estetika. Dalam pengertian luas estetika memiliki difinisi sebagai berikut:


Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.

Etimologi:

Estetika berasal dari bahasa Yunani, αισθητική, dibaca aisthetike. Kali pertama digunakan oleh filsuf Alexander Gottlieb Baumgarten pada 1735 untuk pengertian ilmu tentang hal yang bisa dirasakan lewat perasaan.
Pada masa kini estetika bisa berarti tiga hal, yaitu:
  1. Studi mengenai fenomena estetis
  2. Studi mengenai fenomena persepsi
  3. Studi mengenai seni sebagai hasil pengalaman estetis

Penilaian Keindahan:

Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut memengaruhi penilaian terhadap keindahan. Misalnya pada masa romantisme di Perancis, keindahan berarti kemampuan menyajikan sebuah keagungan. Pada masa realisme, keindahan berarti kemampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan apa adanya. Pada masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti kemampuan mengkomposisikan warna dan ruang dan kemampuan mengabstraksi benda

Konsep the beauty and the ugly
Perkembangan lebih lanjut menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu memiliki rumusan tertentu. Ia berkembang sesuai penerimaan masyarakat terhadap ide yang dimunculkan oleh pembuat karya. Karena itulah selalu dikenal dua hal dalam penilaian keindahan, yaitu the beauty, suatu karya yang memang diakui banyak pihak memenuhi standar keindahan dan the ugly, suatu karya yang sama sekali tidak memenuhi standar keindahan dan oleh masyarakat banyak biasanya dinilai buruk, namun jika dipandang dari banyak hal ternyata memperlihatkan keindahan.


Sejarah penilaian keindahan

Keindahan seharusnya sudah dinilai begitu karya seni pertama kali dibuat. Namun rumusan keindahan pertama kali yang terdokumentasi adalah oleh filsuf Plato yang menentukan keindahan dari proporsi, keharmonisan, dan kesatuan. Sementara Aristoteles menilai keindahan datang dari aturan-aturan, kesimetrisan, dan keberadaan.
keindahan seharusnya memenuhi banyak aspek. aspek jasmani dan aspek rohani.



Sumber : Wikipedia Indonesia



Bagaimana Anda menyimpulkan sebuah arti tetang 'keindahan' yang dijabarkan oleh ensiklopedi populer di atas, sederhana atau rumit ? Bagaimana Anda sendiri memaknainya ? Memang sebaiknya Anda tahu proses ini secara teori, namun seringkali sebuah karya puisi ditulis digerakkan oleh sebuah 'kekuatan natural' yang Anda miliki, tanpa bisa siapapun membendungnya, dan menurut Anda hal ini adalah sebuah bentuk 'keindahan', jangan takut untuk memulai membuat puisi versi Anda sendiri menurut keindahan yang Anda miliki sendiri. Hal yang sama saya rasakan dalam menulis puisi.

Keindahan atau estetika merupakan sesuatu nilai yang sifatnya subyektif atau relatif, tiap-tiap orang memiliki konsep tersendiri tentang suatu keindahan, namun demikian manusia berupaya keras untuk menghimpunnya ke dalam suatu kotak atau berupaya untuk memiliki persepsi yang sama tentang suatu nilai keindahan atau estetika.


Apa yang dilihat secara estetika atau keindahan dalam suatu karya puisi ?


Teori yang paling umum adalah dengan melihat gaya bahasanya, inilah yang dilihat unsur estetikanya dan yang paling dominan dalam suatu karya puisi.


Secara umum, aspek-aspek keindahan dalam sastra lebih banyak ditentukan oleh gaya bahasa, meskipun begitu, aspek keindahan yang lain juga tetap memberikan peranan penting dalam membentuk kesatuan unsur estetika dalam sastra, seperti susunan bait dalam puisi dan rima yang terkandung di dalamnya, dalam puisi lebih khusus menekankan unsur estetika yang dibentuk oleh gaya bahasa, karena bahasa merupakan media utama karya sastra dalam hal ini puisi.


Sumber : http://gelorakata.blogspot.com


Bahasa atau gaya bahasa adalah unsur utama dalam suatu puisi, cara mengungkapkan melalui tulisan sastra itulah yang dinilai oleh para ahli sastra.


“Bahasa terpisah daripada tulisan jati diri, membawa tajam tapi tak menikam.”

― Shapiai Mohd. Ramly

Sumber : Goodreads


Bagaimana cara menilai suatu gaya bahasa dalam suatu puisi ? Ingat, keindahan adalah sesuatu yang diukur dengan ukuran keindahan, bukan seperti mengukur sesuatu yang eksak matematis. Menurut sebuah referensi yang saya kutip ini ada lima ukurannya, yaitu :


1. Kesatuan
2. Kejelasan
3. Kecemerlangan
4. Perimbangan
5. Warna


1. Kesatuan  
Puisi tidak dapat dipahami sepenggal saja. Untuk memahami puisi, perlu analisis yang menyeluruh, perlu pembacaan keseluruhan karya, setiap baris puisi adalah lukisan suasana tersendiri yang saling melengkapi bagian satu dengan yang lainnya, selain pemaknaan secara menyeluruh dari segi isi, memahami keindahan puisi juga harus dilihat dari segi bentuk, misalnya saja rima, atau bagian akhir setiap baris puisi di mana sering kali terdapat repetisi atau perulangan yang turut serta membentuk keindahan dalam puisi, dan itu juga harus dipahami secara menyeluruh, tidak hanya satu baris saja, karena biasanya berkesinambungan dengan baris yang lain pula.    
2. Kejelasan  
Dalam menilai sesuatu itu indah atau tidak dibutuhkan kejelasan, artinya sesuatu yang dilakukan sembarangan belum tentu bisa dikatakan estetis, sehingga kejelasan dalam isi maupun objek estetis sangat menentukan kualitas keindahan objek tersebut. Puisi, meskipun dilihat secara makna sering menimbulkan makna yang kabur atau bias, tetapi dari segi proses kreatif dan proses imajinatif sebenarnya akan terlihat kejelasan tujuan adanya sebuah karya, karya atau puisi yang kualitas keindahannya tinggi adalah puisi yang latar belakangnya jelas, artinya bahwa karya tidak dibuat secara asal-asalan, atau secara sembarangan. Misalnya saja puisi-puisi Chairil Anwar yang menunjukkan keinginan kuat untuk membebaskan diri dari kekangan penjajahan, atau puisi Mustofa Bisri yang menunjukkan relijiusitas tinggi.    
3. Kecemerlangan  
Gagasan-gagasan atau ide-ide yang cemerlang juga turut serta membentuk estetikanya suatu karya, puisi-puisi yang banyak dikenal adalah puisi yang lahir dari pemikiran yang cemerlang para pengarangnya, seperti puisi Sutardji Calzoum Bachri yang memberikan nuansa baru dalam dunia persajakan Indonesia, melalui Sutardji lah kemudian dikenal adanya puisi konkret, dan juga tipografi puisi yang disusun secara indah. Kecemerlangan puisi Sutardji telah menjadikan ia sebagai penyair yang luar biasa.    
4. Perimbangan
Puisi yang bernilai estetis tinggi bukanlah puisi yang tidak proporsional, ini berarti bahwa unsur estetis dalam puisi yang juga penting adalah adanya keseimbangan, yakni ada pembagian yang seimbang di setiap unsur dalam puisi, misalnya saja tipografi dalam puisi konkret harus seimbang dengan kandungan atau message yang diwakili oleh tipografi tersebut. Sutardji Calzoum Bachri menjadi penyair yang hebat karena dalam setiap karyanya Sutardji tidak sembarangan atau serampangan ketika menciptakan tipografi yang disusun secara bagus dan memikat. Dalam puisi Tragedi Winka Sihka misalnya, dengan penataan tipografi antara kata kawin dan kasih yang kemudian terputus menjadi ka dan win, serta ka dan sih Sutardji hendak menyampaikan bagaimana sebuah pernikahan bisa putus di tengah jalan karena hilangnya cinta dan kasih sayang. Itu adalah bukti bahwa tipografi yang memikat saja tidak cukup membentuk estetika sebuah karya, tetapi juga harus didukung dengan makna yang terkandung.
5. Warna  
Unsur estetika yang turut membangun keindahan sebuah puisi adalah warna, penyair-penyair besar biasanya memiliki ciri khas atau warna tersendiri dalam setiap karyanya, di mana ciri khas tersebut berbeda dengan gaya penyair lainnya.   Mustofa Bisri misalnya, dia adalah penyair relijius yang sajak-sajaknya banyak berbicara tentang Tuhan dan kritik sosial, begitu juga Sutardji Calzoum Bachri yang begitu khas dengan tipografi dan puisi konkretnya. Dengan tanpa melihat siapa pengarang sebuah puisi, maka kita sudah mengerti karya siapa puisi itu karena ciri tertentu yang selalu mewarnai sajak-sajak penyair yang memiliki warna yang khas. Semakin khusus dan berbeda warna atau gaya seorang penyair, maka semakin tinggi nilai estetis puisi-puisinya. 
Sumber : http://gelorakata.blogspot.com


Tentu saja puisi bukan soal keindahan gaya bahasa saja, makna atau manfaat yag didapat dari puisi juga penting diperhatikan, hal ini jangan sampai diabaikan. Tentu saja seperti makanan di samping rasanya yang enak dilidah juga kandungan gizinya perlu diperhatikan, dengan demikian kita akan memperoleh puisi utuh yang komplit.

Ada banyak sudut pandang estetika dalam puisi, namun rasanya lima point di atas sudah cukup mewakili estetika dalam puisi dan marilah kita jadikan puisi itu sesuatu yang sederhana, memikat, takjub, wah dan bermanfaat buat olah pikir dan kerohaniaan serta jiwa kita.


“Dan bibirnya adalah sepotong puisi yang belum selesai. Aku yakin, hanya bibirku yang bisa menyelesaikannya menjadi sebuah puisi yang lengkap.”


― Leila S. Chudori, Pulang




Jakarta, 14 Agustus 2013
Sonny H. Sayangbati




_______________


# Diolah dari berbagai sumber referensi, kecuali yang disebutkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar