Selasa, 03 September 2013

Puisi





1. Air dan Cinta




Saat air itu jatuh dari langit,
itulah masa di mana kita saling dekat,
mendekap tanpa jarak,
tubuh yang jasmani menginginkan bertemu,
dalam kehangatan,
jiwa pun menyatu,
menemukan bentuknya,
yang paling sempurna,
cinta




2. Pada Setiap Musim




“Di musim semi, aku akan berjalan seiring dengan cinta di antara bunga-bunga violet dan melati.” ~ Kahlil Gibran



Cinta tumbuh di taman hati
pada setiap musim
di antara bunga-bunga liar di padang
di musim salju yang dingin,
di tanah tandus yang gersang
dia tumbuh tanpa air,
tanpa angin monsun
di tengah percakapan burung dan daun
di tengah-tengah badai aurora borelis
di kutup ais,
ya,
dia seperti melodi dengan syair syahdu
dengan ketukan rebana
yang dimainkan gadis sulamit
menari-nari di tengah padang gembala
menanti kekasih yang dirindu
seperti madu di bibir ranum
sebuah pertemuan cinta
antara rama-rama dan kembang pesona

Wahai rindu
seandainya engkau kudekap
janganlah engkau berlari lagi
tinggallah di sini
di antara bunga violet dan melati





3. Sebelum Kita Berdekatan




“Aku mencintaimu kekasihku, sebelum kita berdekatan, sejak pertama kulihat engkau, aku tahu …, kita akan selalu bersama dan tidak akan ada yang memisahkan kita.” ~ Kahlil Gibran



Apa yang sudah terikat dalam janji di dunia ini,
akan terikat juga di atas langit,
di bawah bumi dan di kedalaman lautan biru,
perkataanmu sungguh manis dan indah,
lebih dari anggur yang memabukkan,kasihku,
kita selalu bersama sejak kita lahir,
engkau di sana dan aku di sini,
lautan maha luas yang banyak itu memisahkan kita,
namun pecinta tahu mereka melihat matahari dan bulan yang sama,
bukankah kita sering berkata-kata dalam rindu yang kuat saling bicara dalam kalbu,
tunggulah kasihku sampai kita dipertemukan buih ombak di pantai rindu,

Dia yang mendengar itu setia,
teguhkanlah niat kita di bait rindu,
berjanjilah hanya mataku dan jiwaku saja yang engkau lihat,
aku pun demikian hanya berbicara
dengan yang tak terlihat,
dalam diriku ini,
dialah sebagian jiwaku,
yaitu kamu,
sampai tuntas aku memelukmu didekapan rindu yang larut,
stanzaku.







Mei 2013
© Originally written by Sonny H. Sayangbati



Puisi-puisi ini diterbitkan/disiarkan di Surat kabar Utusan Borneo, Sabah, Malaysia, ahad 16 Juni 2013, terima kasih kepada Redakstur Sastra bapak Abd. Naddin dan sahabat-sahabat penyair di Malaysia yang telah memberitahukan hal ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar