Puisi Tamu
Tanah I
Tanah itu saksi
Seperti peperangan
Sebelum menjadi
Kenangan
Tanah II
Tanah itu berkah
Seperti darah
Sebelum menumpah
Musibah
Tanah III
Tanah itu basah
Seperti nafas
Sebelum melepas
Desah
Tanah IV
Tanah itu kabut
Seperti laut
Sebelum menafsir
Petir
Tanah V
Tanah itu wanita
Seperti Juwita
Sebelum mencinta
Derita
Tanah VI
Tanah itu mata
Seperti tangis
Sebelum menulis
Kata
Tanah VII*
Tanah itu Kau
Seperti aku
Sebelum menjadi
Kita
****
PAGI
Pada Minggupagi, kau tengah pergi ke toko kaset
Sementara banyak orang berbondong-bondong ke Gereja.
Di tengah jalan kau tertabrak seorang Bapak yang gelisah
Ia, istri dan anaknya sudah hampir terlambat ke Gereja.
Kau terluka dan darahmu meliliti kaki istrinya
Bapak itu membentakmu
Kau terdiam sejenak melihat darahmu yang seperti bayi merangkak
Bapak itu pergi meminjam parang-tetangga
Ia memutuskan lilitan darahmu di kaki istrinya
Kau tewas sedang mereka bergegas menancap gas
Seminari, 2013
WAKTU
Dua tahun lalu kau pernah singgah di rumah ini
Waktu itu hujanlah yang malu-malu merayumu
Kau tersenyum melihat badan hujan yang ramping dan seksi
Kau menggali tanah di depan rumah itu
Kau memakamkan beberapa tubuh hujan yang sudah tidak ramping dan seksi
Hujan hujan tak berhenti memasuki lubang itu sesuai kriteriamu
Dua tahun sebelum dua tahun lalu kau pernah membeli sebuah jendela
Jendela dengan ukuran kecil berjumlah dua buah
Dari situlah tempat kau memanggil istri dan anak-anakmu pada kepulangan
Sesudah empat tahun kini kau menemui lagi rumah itu
Kau tak masuk seperti dua tahun lalu, juga tak membeli jendela seperti empat tahun lalu
Kau basah dan mencari di mana kau pernah mengubur hujan
Kau menemui istri dan anak-anakmu sedang memanggilmu
Kau terkejut sebab jendela tempat istri dan anakmu melihatmu
Begitu ramping dan seksi dan kau kelihatan begitu gemuk oleh mereka
Seminari, 2013
SAYANG
Anjing kesayanganmu akhirnya bisa menulis
Ia menulis namamu di hatinya
Namamu lebih indah dari semua nama anjing
Dulu di Sekolah Paling Dasar kau pernah juara kelas
Kau pandai menulis puisi dan menghitung rumus hujan
Karena itulah mengapa anjingmu peringkat satu di dunia anjing
Kini kau ingin membeli sebuah Bukusuci
Kau mau Anjingmu bisa membaca setelah kau mendapat promosi jabatan
Dan terjadilah demikian!
Anjingmu membaca semua perikop, bab dan ayat setiap malam
Perikop tentang pemilik anjing yang mencintai puisi dan fragmen hujan*
Di setiap larik kau berdehem, anjingmu pandai membaca namamu
Seminari,2013
*Fragmen Hujan (mengutip sebuah judul puisi Mario F. Lawi; mudah-mudahan saya tidak salah)
________________
(Dimuat dalam Pengantar Redaksi Jurnal Sastra Filokalia Edisi Oktober 2013)
Januario Ganzaga, Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui, Aktif dalam sastra dan pengasuh di majalah sastra/jurnal sastra Filokalia dan Santarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar