Rabu, 09 Oktober 2013

(Puisi Tamu) - Puisi-Puisi Januario Gonzaga

Puisi Tamu







Tanah I

Tanah itu saksi
Seperti peperangan
Sebelum menjadi
Kenangan

Tanah II
Tanah itu berkah
Seperti darah
Sebelum menumpah
Musibah

Tanah III
Tanah itu basah
Seperti nafas
Sebelum melepas
Desah

Tanah IV
Tanah itu kabut
Seperti laut
Sebelum menafsir
Petir

Tanah V
Tanah itu wanita
Seperti Juwita
Sebelum mencinta
Derita

Tanah VI
Tanah itu mata
Seperti tangis
Sebelum menulis
Kata

Tanah VII*
Tanah itu Kau
Seperti aku
Sebelum menjadi
Kita



****




PAGI

Pada Minggupagi, kau tengah pergi ke toko kaset
Sementara banyak orang berbondong-bondong ke Gereja.
Di tengah jalan kau tertabrak seorang Bapak yang gelisah
Ia, istri dan anaknya sudah hampir terlambat ke Gereja.
Kau terluka dan darahmu meliliti kaki istrinya
Bapak itu membentakmu
Kau terdiam sejenak melihat darahmu yang seperti bayi merangkak
Bapak itu pergi meminjam parang-tetangga
Ia memutuskan lilitan darahmu di kaki istrinya
Kau tewas sedang mereka bergegas menancap gas

Seminari, 2013


WAKTU

Dua tahun lalu kau pernah singgah di rumah ini
Waktu itu hujanlah yang malu-malu merayumu
Kau tersenyum melihat badan hujan yang ramping dan seksi

Kau menggali tanah di depan rumah itu
Kau memakamkan beberapa tubuh hujan yang sudah tidak ramping dan seksi
Hujan hujan tak berhenti memasuki lubang itu sesuai kriteriamu

Dua tahun sebelum dua tahun lalu kau pernah membeli sebuah jendela
Jendela dengan ukuran kecil berjumlah dua buah
Dari situlah tempat kau memanggil istri dan anak-anakmu pada kepulangan

Sesudah empat tahun kini kau menemui lagi rumah itu
Kau tak masuk seperti dua tahun lalu, juga tak membeli jendela seperti empat tahun lalu
Kau basah dan mencari di mana kau pernah mengubur hujan

Kau menemui istri dan anak-anakmu sedang memanggilmu
Kau terkejut  sebab jendela tempat istri dan anakmu melihatmu
Begitu ramping dan seksi dan kau kelihatan begitu gemuk oleh mereka

Seminari, 2013


SAYANG

Anjing kesayanganmu akhirnya bisa menulis
Ia menulis namamu di hatinya
Namamu lebih indah dari semua nama anjing

Dulu di Sekolah Paling Dasar kau pernah juara kelas
Kau pandai menulis puisi dan menghitung rumus hujan
Karena itulah mengapa anjingmu peringkat satu di dunia anjing

Kini kau ingin membeli sebuah Bukusuci
Kau mau Anjingmu bisa membaca setelah kau mendapat promosi jabatan
Dan terjadilah demikian!

Anjingmu membaca semua perikop, bab dan ayat setiap malam
Perikop tentang pemilik anjing yang mencintai puisi dan fragmen hujan*
Di setiap larik kau berdehem, anjingmu pandai membaca namamu

Seminari,2013

*Fragmen Hujan (mengutip sebuah judul puisi Mario F. Lawi; mudah-mudahan saya tidak salah)



________________

(Dimuat dalam Pengantar Redaksi Jurnal Sastra Filokalia Edisi Oktober 2013)

Januario Ganzaga, Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui, Aktif dalam sastra dan pengasuh di majalah sastra/jurnal sastra Filokalia dan Santarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar