Rabu, 05 November 2014

(Kisah Perang) - Potret Masa Lalu - Cheng Ho




”Telah kami arungi samudra luas, ratusan ribu li* jauhnya, dan telah kami saksikan ombak yang megah, bagaikan gunung tingginya, dan telah kami pandang negeri kaum barbar nan jauh . . . saat layar kami membusung angkuh bagaikan awan-awan siang dan malam yang melaju (secepat) bintang, kami terjang ombak yang beringas seolah berderap melintasi jalan raya.”—Inskripsi dari abad ke-15 di Changle, Fujian, Cina, yang dibuat oleh Cheng Ho.

CINA adalah negeri yang luar biasa. Penduduknya adalah yang terbanyak di dunia, dan wilayahnya merupakan salah satu yang terluas di dunia. Salah satu proyek terbesar sepanjang sejarah, yaitu pembangunan Tembok Besar Cina, dilakukan di sana. Selain itu, kaisar-kaisar Cina dari dinasti Ming, yaitu Yongle dan Xuande, menghimpun sebuah armada yang terdiri dari kapal-kapal megah. Hingga lima abad setelahnya, tidak ada yang dapat menghimpun armada sebesar itu. Laksamana yang memimpinnya adalah seorang Muslim dari Cina bagian barat daya. Namanya Cheng Ho.

KUASA, NIAGA, DAN HARTA

Menurut inskripsi yang dikutip di awal artikel ini, misi perjalanan Cheng Ho adalah menunjukkan kepada bangsa-bangsa lain bahwa jika mereka mau tunduk kepada kekaisaran Cina, kehidupan mereka akan lebih baik. Sebagai hasilnya, ”negeri-negeri di balik cakrawala dan di ujung-ujung dunia telah takluk pada [Cina] . . . Kaum Barbar [orang-orang asing] . . . telah menghadap [di halaman istana] sambil membawa barang-barang berharga dan hadiah”.





Alasan mengapa kaisar-kaisar dinasti Ming memerintahkan perjalanan itu masih diperdebatkan. Ada yang menganggap bahwa Cheng Ho diutus untuk memperkenalkan Cina sebagai bangsa yang besar namun cinta damai. Yang lain berpendapat bahwa dia sebenarnya bermaksud melakukan agresi politik untuk mendapatkan kerajaan-kerajaan taklukan. Memang, Cheng Ho memberikan hadiah yang berlimpah dan dukungan politik bagi para penguasa yang menerima tawarannya, tapi penguasa yang tidak mau tunduk akan ditaklukkan dan ditawan. Sebagai hasil dari perjalanan Cheng Ho yang luar biasa itu, para penguasa dari berbagai penjuru Samudra Hindia mengirimkan utusan ke negeri Cina untuk membawa upeti kepada kaisar.

Tidak soal apa tujuannya, yang pasti armada Cheng Ho membawa berbagai barang bermutu tinggi, seperti kerajinan kayu, porselen, dan kain sutra buatan perajin Ming, untuk diperdagangkan di berbagai pelabuhan. Armada itu pulang sambil membawa batu-batu permata, gading, rempah-rempah, berbagai kayu tropis, dan barang mewah lainnya yang bernilai tinggi di Cina. Mereka bahkan pernah membawa pulang jerapah. Kehadiran binatang ini cukup menghebohkan. Melalui pertukaran barang dan budaya itu, dunia sempat mencicip peradaban Cina yang hebat di abad ke-15.

Belakangan, pelayaran semacam itu tidak lagi dilakukan. Hanya beberapa puluh tahun setelah perjalanan terakhir Cheng Ho, Cina menutup diri dari perdagangan dan diplomasi dengan negara lain. Kaisar yang baru, dan para penasihatnya yang menganut Konfusianisme, berupaya membendung pengaruh asing karena merasa tidak perlu menengok dunia di luar perbatasan Cina. Mereka berupaya melupakan semua hal yang berhasil dicapai oleh armada itu. Tampaknya mereka menghancurkan catatan tentang perjalanan akbar itu, bahkan termasuk kapal-kapalnya. Baru akhir-akhir ini saja orang-orang, di Cina maupun di luar Cina, mengetahui kisah Cheng Ho yang mengarungi lautan bersama armadanya yang besar.



[Catatan Kaki]

Li adalah satuan panjang yang dipakai di Cina. Selama berabad-abad, panjangnya bervariasi. Konon, pada zaman Cheng Ho, satu li panjangnya kurang lebih setengah kilometer.

[Kotak di hlm. 14]


SEKILAS FAKTA

▸ Armada Ming di bawah pimpinan Cheng Ho melakukan tujuh pelayaran yang termasyhur, sejak 1405 hingga 1433.

▸ Dalam armada itu mungkin ada 200 kapal atau lebih, termasuk kapal perang, kapal pengangkut persediaan, kapal pengangkut air, kapal pengangkut kuda, dan yang lainnya. Kapal-kapal itu mengangkut lebih dari 27.000 awak kapal, pejabat pemerintahan, prajurit, saudagar, teknisi, dan lain-lain.

▸ Hingga Perang Dunia I, tidak ada negara yang mampu menandingi armada Cheng Ho. Armadanya singgah di berbagai pelabuhan di Timur Jauh dan Samudra Hindia, bahkan hingga Afrika Timur.

▸ Tiga anak buah Cheng Ho menulis hal-hal yang mereka saksikan sehingga kita bisa mendapat gambaran tentang perjalanan Cheng Ho.


[Gambar di hlm. 14]

[Keterangan]

Portrait: Hong Nian Zhang/National Geographic Stock

[Peta di hlm. 15]

Beberapa pelabuhan yang pernah disinggahi oleh armada Cheng Ho

Malindi
MOGADISHU
Aden
Jeddah
Hormuz
Calicut
Laut Arab
INDIA
Teluk Bengal
Chittagong
SAMUDRA HINDIA
Surabaya
Malaka
Qui Nhon
CINA

[Kotak di hlm. 15]

Kapal Harta Cheng Ho—Sebesar Apa dan Berapa Banyak?






Catatan sejarah dari zaman dinasti Ming menyebutkan bahwa kapal harta dalam armada Cheng Ho sangatlah besar—panjangnya 136 meter dan lebarnya 56 meter. Para ahli meragukan angka ini karena kapal layar kayu yang ukurannya lebih dari 90 meter secara struktur pasti tidak seimbang.

”Semua petunjuk memperlihatkan bahwa catatan tentang ukuran kapal itu dibesar-besarkan,” kata sebuah artikel. ”Lebih masuk akal kalau kapalnya berukuran 60-75 meter, dan bukan 135 meter.” Tidak soal mana yang benar, yang pasti untuk abad ke-15, kapal berukuran 60 meter saja sudah luar biasa, dan dalam armada Cheng Ho, kapal yang sebesar itu ada 62!

[Gambar]

[Keterangan]

© Chris Hellier/Corbis




______________________

Sumber : http://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/102013327

Tidak ada komentar:

Posting Komentar