Rabu, 28 Agustus 2013

(Artikel Sastra) : "Apa yang Engkau Tulis"

Artikel Sastra







Apa yang Engkau Tulis




“Menulis adalah memahat peradaban.”


― Helvy Tiana Rosa (Goodreads)


Perkataan orang-orang berhikmat itu seperti kusa sapi, dan sama seperti paku-paku yang ditancapkan, demikianlah orang-orang yang ahli dalam kumpulan kalimat; semuanya itu telah diberikan oleh satu gembala. Sehubungan dengan apa pun selain hal-hal ini, putraku, waspadalah: Membuat banyak buku tidak ada akhirnya, dan banyak mengabdikan diri kepadanya meletihkan tubuh.


― New World Translation of The Holy Scriptures




Dunia tulis menulis sangatlah mengasyikkan bagi kedua belah pihak, baik penulis maupun pembacanya, seperti hubungan yang romantis, saling membutuhkan dan mencintai, walau seringkali mereka tidak berhadapan muka dengan muka.


“Pembaca adalah jantung buku saya.”

― Helvy Tiana Rosa


Kegiatan menulis sudah sejak lama dilakukan oleh manusia dan ini merupakan kebutuhan dasar manusia, semenjak manusia menyadari dan menemukan bagaimana mewujudkan bahasa lisan menjadi bahasa tulisan. Menurut keterangan ensiklopedia populer :


Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.

Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil. Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan menggunakan gambar, contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir Kuno.

Tulisan dengan aksara muncul sekitar 5000 tahun lalu. Orang-orang Sumeria (Irak saat ini) menciptakan tanda-tanda pada tanah liat. Tanda-tanda tersebut mewakili bunyi, berbeda dengan huruf-huruf hieroglif yang mewakili kata-kata atau benda.

Kegiatan menulis berkembang pesat sejak diciptakannya teknik percetakan, yang menyebabkan orang makin giat menulis karena karya mereka mudah diterbitkan.



Sumber : Wikipedia Indonesia


Sedangkan orang yang menulis disebut sebagai penulis, penulis sendiri memiliki arti :



Penulis adalah sebutan bagi orang yang melakukan pekerjaan menulis, atau menciptakan suatu karya tulis.
Menulis adalah kegiatan membuat huruf (angka) menggunakan alat tulis di suatu sarana atau media penulisan, mengungkapkan ide, pikiran, perasaan melalui kegiatan menulis, atau menciptakan suatu karangan dalam bentuk tulisan.

Karya tulis bisa berupa karya tulis ilmiah: penelitian, makalah, jurnal; tulisan jurnalistik:artikel, opini, feature; sastraatau fiksi (termasuk prosa, novel, cerpen, puisi). Format tulisan penerbit berupa media cetak:buku, majalah, tabloid, koran; media on-line/internet: (website, blog; media jejaring sosial: facebook, twitter, google plus dan sebagainya.
Padanan istilah penulis adalah pengarang, penggubah, prosais, pujangga, sastrawan. Berpadan kata pula dengan pencatat, carik (Jawa), dabir (arkais), juru tulis, katib (Arab), kerani, klerek (arkais), panitera, sekretaris, setia usaha. Pelukis dan penggambar kadangkala juga dimasukkan sebagai padan kata penulis.
Pada umumnya seorang penulis harus memiliki tiga keterampilan dasar:


  1. Keterampilan berbahasa dalam merekam bentuk lisan ke tulisan, termasuk kemampuan menggunakan ejaan, tanda baca, dan pemilihan kata.
  2. Keterampilan penyajian, seperti pengembangan paragraf, merinci pokok bahasa menjadi sub bahasan pokok, dan susunan secara sistematis.
  3. Keterampilan perwajahan, termasuk kemampuan pengaturan tipografi seperti penyusunan format, jenis huruf, kertas, tabel dan lain sebagainya.


Sumber : Wikipedia Indonesia



Secara umum ini yang kita ketahui, namun perlu kita pikirkan lagi, siapa kira-kira penggagas utamanya, kepentingan apa, dan di mana kegiatan menulis ini dimulai, tentu hal ini ada awalnya.

Pada awal peristiwa Pencipta kita yang Agung menciptakan manusia dengan satu bahasa saja, di mana penduduk bumi masih sangat sedikit dan belum menyebar ke mana-mana, mereka hidup dalam satu kelompok saja. Dipercaya bahwa bahasa yang pertama kali digunakan dalam berkomunikasi antara mereka adalah bahasa Ibrani.


Sampai suatu waktu tertentu setelah Air Bah global, seluruh umat manusia ”satu bahasanya [harfiah, ”bibir”] dan satu perbendaharaan katanya”. (Referensi) menunjukkan bahwa yang dimaksudkan dengan ’satu bahasa’ adalah bahasa yang belakangan disebut bahasa Ibrani. (Lihat IBRANI, BAHASA.) Sebagaimana akan diperlihatkan, ini tidak berarti bahwa bahasa-bahasa lain berasal dari dan ada hubungannya dengan bahasa Ibrani, tetapi bahasa Ibrani ada lebih dahulu sebelum semua bahasa lain.


Insight On The Scripture (Pemahaman Jilid 1.)


Dengan bahasa manusia menjadi sangat komunikatif, dan saling memahami dengan baik, ini merupakan anugerah yang tak terhingga. Dan bahasa ini punya asal muasalnya :



Asal Mula Bahasa. Ketika manusia pertama, Adam, diciptakan, ia diperlengkapi dengan sejumlah kosakata, dan juga kesanggupan untuk menciptakan kata-kata baru, sehingga ia dapat mengembangkan kosakatanya. Tanpa kosakata yang diberikan Allah, manusia yang baru diciptakan ini tidak jauh berbeda dari binatang yang tak bernalar dalam hal memahami petunjuk-petunjuk lisan Penciptanya. Jadi, sekalipun manusia yang cerdas adalah satu-satunya makhluk di seluruh bumi yang memiliki kesanggupan bertutur kata, bahasa itu sendiri tidak berasal dari manusia tetapi dari Pencipta Yang Mahabijaksana, Allah.
Sumber : Insight On The Scriptures, (Pemahaman) Jilid 1.


Kapan kira-kira manusia mulai menulis dan mengenal huruf atau aksara, tentu hal ini sangatlah menarik untuk diselidiki, setidak-tidaknya kita memiliki referensi-referensi yang masuk akal. Secara logika sejarah manusia itu erat kaitannya dengan komunikasi, dan komunikasi merupakan hubungan penting antara Pencipta dengan manusia dan tentu saja hal-hal tersebut menciptakan suatu lambang-lambang komunikasi yang berarti.

Dalam catatan ensiklopedia populer yang dikutip di atas bahwa tulisan pertama kali diketemukan oleh bangsa Sumeria di Irak yaitu tulisan hieroglif, apakah ada referensi lain yang lebih tua dari catatan tersebut ? Tentu banyak referensi yang saling berkaitan dan bahkan referensi yang berbeda.

Sebuah sumber menyebutkan bahwa aksara sudah dikenal oleh suatu bangsa Ibrani jauh sebelum bangsa Sumeria dengan huruf hierloglifnya.


Tulisan sebelum Air Bah. Kita tidak dapat menentukan dengan pasti bahwa beberapa kisah sejarah yang disebutkan dalam buku Kejadian itu ditulis sebelum Air Bah, dan tidak ada keterangan dalam Alkitab yang merujuk ke tulisan pra-Air Bah. Akan tetapi, patut diperhatikan bahwa pembangunan kota-kota, pengembangan alat-alat musik, dan penempaan alat-alat dari besi dan tembaga sudah dimulai lama sebelum Air Bah. (Kej 4:17, 21, 22) Oleh sebab itu, masuk akal jika manusia tidak menemui banyak kesulitan dalam mengembangkan suatu metode penulisan. Pada mulanya hanya ada satu bahasa (belakangan dikenal sebagai bhs. Ibrani; lihat IBRANI, BAHASA) dan orang-orang yang terus berbicara dalam bahasa itu, yaitu orang Israel, diketahui sudah menggunakan suatu sistem abjad. Maka dapat diperkirakan bahwa tulisan berdasarkan abjad sudah ada sebelum Air Bah.


Sumber : Insight On The Scripture (Pemahaman) Jilid 2.


Bukti lain yang meneguhkan bahwa ada bentuk atau tulisan lain pada waktu itu selain hierloglif adalah


Tulisan setelah Air Bah. Sesudah dikacaukannya bahasa manusia yang mula-mula di Babel, muncul berbagai sistem tulisan. Orang Babilonia, Asiria, dan bangsa-bangsa lain menggunakan huruf paku (berbentuk baji), yang konon dikembangkan oleh orang Sumer dari tulisan piktografi mereka. Bukti menunjukkan bahwa ada lebih dari satu sistem tulisan yang digunakan pada waktu yang sama. Misalnya, pada sebuah tembok Asiria kuno terdapat gambar dua orang penulis, yang satu menggoreskan huruf-huruf paku pada sebuah lempeng dengan pena pengukir (agaknya dalam bhs. Akad) dan yang lainnya menulis dengan kuas pada sepotong kulit atau papirus (mungkin dalam bhs. Aram). Tulisan hieroglif Mesir terdiri dari berbagai gambar dan bentuk geometris yang berbeda. Meskipun tulisan hieroglif terus digunakan untuk inskripsi pada monumen dan gambar dinding, dua bentuk tulisan lain (yang pertama disebut hieratik dan yang kemudian, demotik) mulai digunakan. (Lihat MESIR.) Dalam sistem tulisan bukan abjad, sebuah gambar (atau yang belakangan, sering kali berbentuk kursif atau garis yang tidak jelas) bisa memaksudkan objek yang dilukiskan, gagasan yang terkandung dalam objek tersebut, atau kata atau suku kata lain yang memiliki pengucapan yang sama. Sebagai ilustrasi, sebuah gambar mata yang sederhana bisa digunakan dalam bahasa Indonesia untuk kata ”mata”, dan kata kerja ”melihat”.


Sumber : Insight On The Scriptures (Pemahaman) Jilid 2.


Mengapa Manusia Menulis dan Untuk Tujuan Apa ?


Kehidupan adalah sebuah proses, begitu pun jika kita baca asal muasal bahasa, aksara dan tulisan adalah sebuah proses. Awalnya kegiatan tulis menulis adalah untuk mencatat peristiwa, menulis hukum-hukum, Firman Allah, catatan perjalanan sebuah bangsa, nubuat oleh suatu kaum, yaitu bangsa Ibrani.

Tentu kegiatan tulis menulis berkenaan dengan waktu semakin berkembang pesat dan digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya saja bangsa Mesir, Sumeria, Babilonia dan bangsa-bangsa yang memiliki garis keturunan yang sama dan terpecah-pecah secara bangsa, kerajaan, suku mulai mengembangkan tulis menulis untuk keperluan menulis silsilah, transaksi perdagangan, peristiwa sejarah, peperangan dan lain-lain.

Bukti-bukti ini dapat dilihat di peninggalan sejarah seperti Pyramida, batu silinder, Batu Moab, Prisma Raja Sanherib, Tawarikh Nabonidus, Gapura Titus dan bukti-bukti arkeologi lainnya.


“Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa—suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang.”


― Seno Gumira Ajidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara


Dalam sebuah tulisan kuno yang dicatat dalam Kitab Mazmur (Kitab Zabur) ada sebuah tulisan bersyair yang ditulis seperti halnya puisi yang dinyanyikan oleh Daud. Syair ini sangat terkenal karena banyak mengilhami para penyair maupun penulis lagu. Dan tulisan kuno ini masih tercatat hingga sekarang.


(Allah) adalah Gembalaku.
Aku tidak akan kekurangan apa pun.
Di padang yang berumput ia membaringkan aku;
Ke tempat istirahat yang banyak airnya ia mengantar aku.
Jiwaku ia segarkan.
Ia menuntun aku di jalan keadilbenaran demi namanya.
Meskipun aku berjalan di lembah yang tertutup bayang-bayang yang kelam,
Aku tidak takut yang jahat,
Karena engkau menyertai aku;
Kayu pemukul dan tongkatmu, itulah yang menghibur aku.
Engkau menyajikan hidangan di atas meja di hadapanku di depan mereka yang memperlihatkan permusuhan terhadap aku.
Dengan minyak engkau mengolesi kepalaku;
Cawanku terisi penuh.
Tentu kebaikan dan kebaikan hati yang penuh kasih akan mengejarku sepanjang hari-hari kehidupanku;
Dan aku akan tinggal di rumah (Allah) sepanjang umur.


Sumber : New World Translation of The Holly Scripture


Puisi atau catatan ini kira-kira ditulis pada tahun 460 SM (Sebelum Masehi). Apakah ada manfaat yang diperoleh dari tulisan berbentuk puisi ini yang ditulis oleh orang zaman dulu ? Apakah ini hanya sekedar syair pujian atau hyme atau sebuah melodi kepujian semata ? Apakah ada nilainya bagi banyak orang ?

Terbukti memang tulisan-tulisan kuno yang dijumpai dalam sebuah catatan tertulis baik itu berupa prasasti, lembaran-lembaran papirus, kulit binatang, kertas tentu besar sekali manfaat, walaupun hanya bertuliskan sebuah kisah asmara, daftar silsilah, catatan-catatan kerajaan, semua itu mengandung sebuah nilai.


“Tulisan kita tak akan mati, bahkan bila kita mati.”


― Helvy Tiana Rosa


Para ahli sejarah dan sarjana-sarjana yang menyelidiki tulisan kuno (manuskrip) banyak mengambil manfaat-manfaat ini, mereka telah banyak memiliki ilmu untuk membuktikan tentang tulisan kuno. Misalkan sebuah cerita dalam Kitab Taurat Musa menyebutkan tentang bagaimana laut merah terbelah dua, dan apakah Firaun raja Mesir yang angkuh itu adalah sebuah cerita dongeng belaka ? Bahkan seorang atheis yang ilmuwan bisa membuktikan bahwa kejadian itu memang pernah ada, walau ia tidak percaya adanya Allah.

Seperti kata-kata yang dikutip di atas, bahwa menulis itu adalah : "memahat peradaban". Kata-kata ini memang terbukti benar dan memang tepat apa yang dikatakan ini.


Manusia Mewarisinya Turun Temurun


Kebiasaan menulis oleh manusia ini merupakan sebuah anugerah, memang tidak semua orang memiliki kebiasaan yang baik ini, mungkin mereka berbakat namun tidak terasah. Oleh sebab itu sebenarnya menulis dan membaca adalah sebuah gambar dalam mata uang dengan sisi yang berbeda, jika demikian pilihlah apa yang menjadi pilihan Anda, kedua-duanya sama baik dan besar manfaatnya.

Zaman dahulu di Ibrani (Kata Ibrani mengacu kepada keturunan Nabi Ibrahim atau Abraham), memiliki kebiasaan untuk mempertahankan atau memelihara sebuah tulisan kudus, orang-orang yang diberi kepercayaan ini disebut kaum Soferim. Mereka bekerja dengan sangat teliti sekali, bahkan mereka menjumlah jumlah banyaknya huruf mendatar kesamping dan ke bawah, dan membuat catatan-catatan kaki. Kebiasaan ini mereka wariskan dari generasi ke generasi sampai kepada kaum Masoret pada waktu itu.

Banyak juga buku-buku ilmiah atau pun sebuah catatan baik pada masa sebelum masehi atau awal abad-abad tahun masehi yang memiliki sebuah nilai yang diteliti oleh para sarjana manuskrip ini.

Salah satu kekayaan buku-buku pada awal abad masehi adalah perpustakaan di kota Bagdad, Irak. Sultan Al Rasyid adalah merupakan pelopor pendirian perpustakaan yang di dalamnya berisi buku-buku segala bidang.

Walaupun tidak jarang zaman dahulu suatu kerajaan memiliki kebiasaan untuk memusnahkan suatu bangsa dengan segala peradabannya, termasuk karya tulis yang berharga dimusnahkan dengan alasan kebencian.

Beruntunglah kita yang hidup di zaman yang serba komplit dengan tekhnologi yang mumpuni, kita semua diwariskan dengan berbagai macam aneka buku-buku warisan zaman dahulu yang masih ada hingga kini dan hal ini kita patut menghargai kepada orang-orang yang menjaga sehingga buku-buku ini terpelihara hingga zaman kita dan kita harus meneruskannya lagi kepada generasi berikutnya.


“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah


(Rumah Kaca, h. 352)”
― Pramoedya Ananta Toer




Jakarta, 18/8/2013
Sonny H. Sayangbati




_______________

Daftar Pustaka :

- Ensiklopedi Wikipedia Indonesia
- New World Translation of The Holly Scriptures (Versi Indonesia)
- Insight On The Scripture Jilid 1 dan 2 (Versi Indonesia)
- Watchtower Library (Versi Indonesia)
- All Scripture Is Inspired of God and Beneficial (Versi Indonesia)
- Sumber lain yang telah disebutkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar