“Puisi, bagi saya, adalah
hasil upaya manusia untuk menciptakan dunia kecil dan sepele dalam kata,
yang bisa dimanfaatkan untuk membayangkan, memahami dan menghayati
dunia yang lebih besar dan lebih dalam.”
Apa yang Membuat Puisi Bagus?
Puisi adalah sebuah lukisan kecil dalam bentuk kata-kata. Puisi bagus
adalah puisi yang berisi sebuah pesan dan ditulis dengan bahasa yang
tertata indah. Pesan bisa berupa pernyataan, kesan, atau ungkapan emosi.
Puisi indah tanpa mengandung pesan, hanyalah sebuah dekorasi. Puisi
berisi pesan saja tanpa mengandung keindahan hanyalah sebuah interupsi.
Puisi, menurut Pradopo, adalah karya estetis yang bermakna, yang
mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna.
Pesan butuh sebuah subjek. Tentang apa yang ingin anda sampaikan. Itu
bisa saja berupa seorang yang kita kenal, pemandangan, atau gagasan
abstrak seperti cinta dan ketuhanan. Kita menyusun pesan dengan
memasukkan bagian kedua, yakni konteks, seringkali berupa latar. Konteks
memberikan relevansi, keberadaan, lokasi subjek, atau minat lainnya,
sehingga pesan dapat secara baik tersampaikan. Pesan adalah kombinasi
dua elemen subjek dan konteks, yang menceriterakan pesan tersebut.
Seperti pentingnya mengetahui apa saja yang perlu dimasukkan ke dalam
pesan, kita juga perlu tahu apa yang tak perlu dimasukkan ke dalam
pesan. Apasaja yang bukan bagian dari subjek atau konteks dari pesan
yang kita buat, maka itu hanyalah kata atau kalimat yang mengganggu,
merusak puisi dan membuat pesan kita menjadi kabur. Gunakanlah kata-kata
secara efektif. Jadi kurangi kata-kata atau kalimat yang tidak relevan,
yang tidak memberikan efek, biasanya dengan kembali memperhatikan
subjek dan konteksnya, atau menulis kembali dengan sudut pandang yang
berbeda untuk mendapatkan cara pengungkapan yang lebih baik. Seorang
pelukis menciptakan seni dengan penambahan yaitu menambahkan apa yang
dia lukis, fotografer menciptakan seni dengan pengurangan yaitu
mengurangi bagian-bagian yang tidak perlu, sedangkan penyair melakukan
keduanya.
Apa yang Membuat Puisi Indah?
Sebagai sebuah karya seni, puisi haruslah indah. Ia merekam semangat
dari subjek dan membangkitkan emosi. Keindahan yang dapat memukau jiwa
pembacanya. Sebuah keharuan. Acep Zamzam Noor menyebutnya, puisi yang
membuat bulu kuduk berdiri, disebutnya teori bulu kuduk. Perasaan
tersentuh, hati bergetar. Ook Nugroho mengiaskannya sebagai virus yang
menularkan wabah. Lalu, apa yang membuat puisi indah?
Sementara orang bilang: puisi dapat mewakili ribuan kata, maka puisi indah hanya mewakili satu kata saja: “Wow!”
Keindahan puisi tercipta dari paduan harmonis: kesederhanaan, permainan kata, permainan bunyi, permainan imaji dan kedalaman.
Kesederhanaan: Kesederhanaan dalam puisi juga
dikenal dengan sebutan pemadatan kata, atau lebih tepatnya pemadatan
nilai, yakni dalam serangkaian kata yang sederhana terkandung kedalaman
makna, kandungan imaji yang menggugah pikiran dan nilai estetika yang
menyentuh perasaan.
Secara teknis, kederhanaan berarti mengeliminasi semua elemen atau
detail yang tidak perlu yang tidak ada kontribusinya pada semangat
komposisi secara keseluruhan. Terlalu sederhana yang dapat menghilangkan
efek-efek puitis juga perlu dihindari. Kita harus menjaga keselarasan
dan keseimbangan dalam komposisi untuk menciptakan efek puitis.
Permainan Kata: Sapardi Djoko Damono mengatakan
bahwa seni adalah sebuah permainan, dan puisi itu sebenarnya adalah
permainan yakni bermain dengan kata-kata. Inti dari permainan kata
adalah diksi atau pemilihan kata, termasuk di dalamnya gaya bahasa.
Diksi berfungsi, pertama untuk memberikan pengungkapan yang tepat sehingga pesan dapat tersampaikan dengan baik dan benar, kedua untuk menemukan pengungkapan yang cocok dengan subjek dan tulisan secara keseluruhan.
Unsur utama puisi adalah kata, maka diksi berkaitan dengan bagaimana
memilih kata paling tepat dan paling sesuai, karena itu penguasaan kosa
kata dan maknanya sangat penting dalam menulis puisi, kekayaan akan
perbendaharaan kata dan pemahaman mendalam akan maknanya membantu kita
dalam membuat diksi yang unik dan khas. Menurut Rendra, penyair harus
membedah makna kata hingga tulang-tulangnya. Pisau naluri yang tajam
akan menghasilkan kata-kata dan makna yang tajam pula.
Kata-kata adalah segala-galanya dalam puisi, demikian ungkap Sapardi
Djoko Damono. Lanjutnya, kata-kata yang berserakan di sekeliling kita
dengan artinya yang umum harus menyesuaikan diri dengan pengalaman
puitik kita yang khusus. Pengabdian total terhadap kata-kata yang sudah
ada, tanpa usaha menundukkannya hanya akan menghasilkan puisi-puisi yang
mentah dan membosankan.
Selanjutnya Agus R Sarjono memberikan resep agar puisi tidak mentah dan membosankan, yaitu dengan menghindari musuh-musuh puisi, seperti: (1) bahasanya umum, tidak unik, tidak khas; (2) bahasanya gampangan, makna kata dan kalimat tidak digali secara mendalam, tidak ada penghayatan; (3) bahasanya seperti pengumuman atau reklame, tidak ada sentuhan rasa dan estetika; (4) bahasanya klise atau sudah janda, ungkapan-ungkapan usang, kata-kata yang sudah sering digunakan bahkan sudah dicerai; (5) bahasanya menggurui, seolah segurat ayat dalam kitab suci.
Ada pun mengenai gaya bahasa, bahasa figuratif atau majas, MS
Hutagalung mengatakan ia memberikan andil yang besar untuk konsentrasi
dan intensifikasi puisi, membuat baris-baris puisi menjadi padat arti
dan imaji, sekaligus memberi warna emosional pada imaji tersebut.
Permainan Bunyi: Salah satu elemen estetika paling
penting dalam puisi adalah bunyi. Merupakan elemen puisi untuk
menciptakan keindahan musik dan kekuatan ekspresif, untuk membangkitkan
suasana dan memperdalam makna. Tanpa permainan bunyi, sebuah puisi
kehilangan separuh nyawanya. Goenawan Mohamad mengatakan bahwa puisi
tidak cuma kata, tak cuma kalimat. Ia juga nada, bunyi, bahkan
keheningan.
Faktor permainan bunyi – selain semiotik dan ekstrinsik – merupakan
salah satu faktor yang membuat puisi tidak mungkin bisa diterjemahkan.
Hanya bisa disadur. Hanya bisa ditulis ulang ke dalam gaya bahasa
penerjemahnya. Walau maknanya mungkin masih utuh, namun nilai rasanya
bisa jadi tak lagi menyentuh.
Permainan bunyi meliputi asonansi dan aliterasi (pengulangan bunyi
dalam kata berurutan), rima (persajakan) dan irama (tinggi rendah,
panjang pendek dan keras lembut pengucapan).
Keteraturan dan keselarasan dalam memainkan bunyi tersebut
menghasilkan nilai estetika, yang oleh ahli matematik bernama George
David Birkhoff, dirumuskan dengan M = O/C. Di
mana M adalah nilai estetika yang terukur, O adalah keteraturan
estetika, dan C adalah kompleksitas. Nilai estetika sebuah puisi akan
terukur tinggi apabila sebuah rangkaian kalimatnya mengandung lebih
banyak asonansi, aliterasi dan rima dibandingkan dengan jumlah katanya
(kompleksitas).
Namun sekali lagi, untuk memaksimalkan potensi estetika puisi melalui
permainan bunyi, penguasaan perbendaharaan kata dan maknanya sangatlah
penting. Agar puisi tidak sekedar serangkaian bunyi-bunyian.
Permainan Imaji: Perasaan-perasaan yang Menyusun
Sendiri Petualangannya, demikian Gunawan Maryanto memberi judul kumpulan
puisinya. Sebuah puisi adalah imaji atau citra itu sendiri. Yang
menggambarkan dirinya di alam pikiran penyairnya, dalam bentuk ilham
atau lamunan. Penyair menularkan pengalamannya kepada pembaca. Pembaca
yang terinveksi, diharapkan mengalami pencitraan yang dialami penyair,
agar membayangkan hal yang sama, merasakan hal yang sama, bahkan tidak
menutup kemungkinan, pembaca mengalami pengalaman yang jauh berbeda.
Lebih seru dan haru. Lebih manis dan dramatis.
Menulis puisi adalah merekontruksi citra tersebut ke dalam bentuk
rangkaian kata, dengan menggunakan kata-kata kongkret, gaya bahasa
personifikasi dan metafora, juga dengan permainan bunyi. Sehingga angin
terasa hembusannya, air terdengar gemericiknya, jantung terasa degupnya.
Psikolog mengidentifikasikan ada tujuh citra mental – pemandangan,
suara, rasa, bau, sentuhan, kesadaran tubuh dan ketegangan otot. Semua
dapat dieksplorasi penyair untuk memperkuat makna dan keyakinan akan
kebenaran yang diungkapkan penyairnya.
Keberhasilan membangun citra sangat berhubungan erat dengan
pengalaman nyata penyairnya, baik yang terjadi di dalam kehidupannya
maupun pergulatan di dalam batin dan alam pikirannya. Penyair tidak akan
berhasil membangun citra sesuatu yang ia tidak terlibat di dalamnya,
apakah itu keterlibatan fisik atau mental. Karena itu, Yevgeny
Yevtushenko menyebut, otobiografi penyair adalah puisinya, yang lain
hanya catatan kaki.
Di sisi lain, keberhasilan membangun citra akan meninggalkan kesan
yang indah atau mengharukan pada diri pembacanya. Jika puisi tidak
meninggalkan kesan apa-apa, bisa jadi tidak ada citra yang membekas
dalam pikiran pembacanya. Lalu, ke mana sampainya pesan yang ingin
disampaikan secara indah kepada pembaca?
Kedalaman: Kedalaman puisi mempunyai arti apa yang
tersirat lebih dalam dan luas daripada yang apa yang tersurat. Meliputi
kedalaman emosi, pikiran, imaji, makna dan elemen-elemen puisi yang
lainnya, yang membuat penikmat puisi tidak bisa berhenti membaca, tidak
bisa berhenti merasakan, tidak bisa berhenti berpikir, walaupun puisi
sudah berakhir. Seakan maknanya terus menusuk ke dalam jantung
pembacanya, hanyut ke dalam alam bawah sadarnya.
Kadang-kadang penyairnya tak menyadari kedalaman dan keluasan makna dari apa yang ditulisnya sendiri. Kadang baru ngeh ketika pembaca mendiskusi atau mengapresiasinya. Sebab penyair, kata Bakdi Sumanto, hanya perantara saja bagi lahirnya puisi.
Untuk mencapai kedalaman, puisi tidak bisa ditulis sepintas lalu.
Perlu pengendapan, lalu endapannya digali, lalu diendapkan lagi, digali
lebih dalam lagi. Terus dan terus. Itu sebabnya puisi tak pernah
selesai, seperti ungkapan Paul Valery, puisi tak pernah selesai, hanya
ditinggalkan.
Kedalaman puisi tidak lepas dari faktor ekstrinsik seperti budaya,
agama, kejiwaan, lingkungan, zaman, atau politik yang mempengaruhi
secara mengakar penyairnya. Faktor ekstrinsiklah yang mengilhami dan
memaknai puisi-puisi tersebut. Karena itu, seorang sufi seperti Rumi
begitu fasih dan indah mengucapkan puisi-puisi ketuhanan.
Kepiawaian kita memadukan kata, bunyi, imaji dalam kesederhanaan dan
kedalaman mengungkap cita rasa seni kita. Kita dapat menentukan bagian
mana yang perlu diperkuat untuk menegaskan pesan kita. Pilihan-pilihan
ini bersifat unik dari satu penyair ke penyair lainnya, sangat
dipengaruhi kepribadian dan kehidupan penyairnya. Menciptakan gaya
penulisan khas seorang penyair. Sebuah puisi dapat dikenali siapa
penyairnya dari gaya pengungkapannya. Maka kita bisa tahu puisi indah
siapa …
____________________
Sumber : http://fathurnour.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar