Sastra Indonesia | Esai - Budaya adalah suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang
serta diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur sistem mulai dari sistem agama, politik, adatistiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Salah satu hasil dari
kebudayaan adalah karya sastra, tetapi secara garis besar sastra
merupakan hasil karya dari individu hanya saja objek yang disampaikan
tidak akan terlepas dari kebudayaan dan kehidupan sosial masyarakat.
Kejelasan lain tentang karya sastra ialah sastra itu tidak pernah
tercipta dari kekosongan. Sastra selalu memiliki latar belakang untuk
menjadi ada. Hasil dari pengolahan kejadian yang melatarbelakangi
terciptanya sebuah karya sastra adalah cerita ataupun kejadian-kejadian
dalam masyarakat. Inilah alasan karya sastra tidak pernah hadir dari
kehampaan.
Hubungan yang erat antara sastra dan budaya akhirnya dapat
menghasilkan karya sastra yang memiliki fungsi sebagai pelestari
kebudayaan. Sebuah kebudayaan yang kompleks dapat tercermin dalam sebuah
karya sastra. Jika ditelusuki dengan seksama, maka akan kita ketahui
beberapa pengarang yang telah memasukkan sebuah tradisi dan budaya suatu
daerah dalam karya sastra mereka. Pada khususnya para sastrawan yang
memasukkan adat budaya Jawa didalamnya. Mereka merangkum beberapa
kesenian atau pun tradisi-tradisi kejawen dalam karya-karya sastra yang mereka tulis.
“Saya lahir di atas amben bertikar
dengan ari-ari menyertai pula
Oleh mbah dukun dipotong dengan welat
tajamnya tujuh kali pisau cukur
Bersama tlor ayam mentah, beras, uang logam
bawang merah dan bawang putih, gula, garam,
jahe dan kencur, adik ari-ari jadi satu
Sehabis dibersihkan dibungkus periuk tanah
kemudian ditanam di depan rumah”
Kutipan di atas adalah kutipan dari novel Pengakuan Pariyemkarya
Linus Suryadi AG. Kutipan ini memberikan sebuah gambaran tentang sebuah
tradisi yang dilakukan masyarakat jawa ketika seorang anak baru
dilahirkan.
“—Sepasaran, bahasa populernya
Maka tersedialah di tikar di lantai, di tanah:
Jenang abang: lambang kesucian si jabang bayi
Jenang putih: lambang cahaya yang menerangi alam
Ingkung ayam: lambang keutuhan badan
wadhag telanjang
Nasi tumpeng dan gudhangan: lambang
pergaulan hidup…”
Kutipan ini juga dari novel Pengakuan Pariyem,tetapi pembahasannya pada acara selamatan pemberian nama pada anak umur 5 hari atau sepasaran
oleh masyarakat Jawa. Dari sini dapat diketahui bahwa dalam tradisi
masyarakat Jawa ada juga selamatan untuk bayi yang baru lahir.
Dua buah kutipan di atas sudah sedikit menggambarkan tradisi
masyarakat Jawa yang masih sering dilakukan. Ini membuktikan suatu
tradisi dapat masuk ke dalam sebuah karya sastra. Hal inilah yang mampu
menjadi sebuah media dalam mengenalkan dan melestarikan suatu tradisi
kebudayaan kepada seluruh kalangan masyarakat.
Ada juga sebuah judul dari kumpulan cerpen “Perempuan Terakhir” karya
Shoim Anwar yang telah menjadi dokumentasi dari kesenian ludruk. Judul
dari cerpen yang mendokumentasikan kesenian ludruk itu adalah “Awak
Ludruk”. Dalam cerpen ini, penulis memberikan gambaran tentang
pementasan ludruk dengan sejarah-sejarahnya. Siapa saja yang membacanya
pasti akan mendapatkan sebuah gambaran mengenai ludruk.
“Kidung jula-juli usai dilantunkan. Irama dan tempo gamelan menaik dan semakin cepat. Suara gendang pun menghentak-hentak sebagai pertanda tari ngremo akan berakhir. Sang penari mulai menutup tariannya dengan gerakan yang amat gesit dan tangkas. Lidah sampur pun mulai dipermainkan ke kiri dan ke kanan, diikuti oleh tatapan mata yang kelewat tajam. Penari itu tak lain adalah Cak Codet. Sementara kaki kanannya digedhruk-gedhrukkan sehingga klintingan yang dikalungkan di pergelangan kaki itu terdengar ramai gemerincing. Dengan cepat, lelaki itu berjalan mengitari panggung, lalu berdiri kembali menghadang penonton. Matanya berkilat-kilat desetubuhi cahaya blencong.”
Beberapa kutipan di atas merupakan sebuah gambaran umum tentang suatu
budaya dalam masyarakat Jawa. Secara khusus, untuk Jawa telah masuk
beberapa kesenian tradisional, misalnya kuda lumping, ludruk, tayub,
wayang kulit, dan sebagainya. Ini akan menjadi sebuah dokumentasi budaya
Jawa yang beragam. Apabila telah terdokumentasikan dalam sebuah karya
sastra, pasti tidak akan pernah hilang suatu kebudayaan itu oleh waktu.
Pengenalan dan pelestarian budaya Jawa dengan menggunakan karya
sastra merupakan suatu inovasi yang sangat berharga. Tidak hanya untuk
memberikan sebuah pengetahuan kepada pembaca, tetapi hal ini juga akan
memberikan dampak positif untuk budaya Jawa itu sendiri. Ketika seorang
pengarang telah memasukkan sebuah budaya Jawa di dalam karya sastranya,
tidak dapat dipungkiri lagi bahwa budaya Jawa itu akan selamanya ada.
Inilah yang membuat sebuah karya sastra juga dapat mengenalkan dan
meleastarikan budaya Jawa pada zaman ini.Banyak sekali manfaat yang akan
diperoleh dari memasukkan suatu budaya Jawa ke dalam sebuah karya
sastra. Budaya Jawa tersebut tidak akan pernah hilang oleh waktu karena
budaya itu telah terdokumentasikan dalam sebuah karya sastra. Ketika
kepedulian masyarakat kepada budaya Jawa semakin pudar, karya sastra
inilah yang akan menjadi sebuah pelestari budaya Jawa.Media inilah yang
saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat modern saat ini agar
budaya-budaya yang dimiliki Jawa tidak menghilang beriringan dengan
zaman yang terus berkembang.
Daftar Rujukan
Agustinus, L. S. 2002. Pengakuan Pariyem: Dunia batin seorang Wanita Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Anwar, S. 2004. Perempuan Terakhir. Jakarta: Grasindo
Sadili, Hasan. 2010. Pengertian Sastra Secara Umum dan Menurut Para Ahli. Online (http://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara-umum-dan-menurut-para-ahli/), diakses pada 2 Mei 2012
Hadi, M. 2011. Definisi Budaya dan Pengertian Kebudayaan. Online (http://duniabaca.com/definisi-budaya-pengertian-kebudayaan.html), diakses pada 2 Mei 2012
Ipung, S. 2009. Penertian Karya Sastra. Online (http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2168299-pengertian-karya-sastra/#ixzz1u8qKx74G), diakses pada 2 Mei 2012
Reza, M. A. 2011. 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara. Jakarta Selatan: Visimedia
Wawan, H. 2009. Pengertian Kebudayaan. Online (http://kojingtechnolog.wordpress.com/2011/09/04/pengertian-kebudayaan/), diakses pada 2 Mei 2012
Oleh: Renda Yuriananta
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya
___________________
Sumber : http://indonesiasastra.org/2013/08/sastra-indonesia-karya-sastra-sebagai-media-pelestari-budaya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar