Sabtu, 31 Agustus 2013

Puisi




Majnun, Laela dan Kekasihnya



Ada seorang wanita yang cantik jelita
tinggal di sebuah kota yang dibelah oleh sungai kehidupan
kotanya sering berkabut
suatu negeri penyair
namanya Laila
dia punya kekasih

Aku mencintainya
kekasihnya juga mencintainya
aku mencintai gadis itu
walau ia memiliki kekasih
aku bermimpi dia mencntaiku
bukan kekasihnya

Itulah sebabnya aku dipanggil 'Majnun'.
Aku memang Majnun (Gila)
Jika aku suatu saat memiliki dirimu
panggil aku Qais
aku ingin bertemumu seumur hidup
menjadi satu-satunya dalam hatimu



Jakarta, 31 Agustus 2013
Sonny H. Sayangbati
Puisi




Anggur yang Manis



Sebab dalam doa, kita tahu, kita hanya debu”


― Goenawan Mohamad





Apakah engkau melihat pokok anggur ?
Dari satu pokok ada dahan, ranting dan daun,
jangan lupa ada akar dan buah yang manis,
apakah ini cukup menyenangkan bagimu ?

Tentu hal ini belumlah cukup
Coba sekali lagi kamu lihat tanah yang kamu pijak dan berdiri,
saat ini, adakah biji-biji anggur engkau tanam di tanah yang baik ?
Jika pun baik, adakah ia berbuah dengan lebatnya ?

Jika pun berbuah, adakah ia terasa manis dan menyegarkan jiwamu ?
Itulah pokok anggur yang benar !
Jika engkau adalah biji anggur biasa dan engkau merasa biasa-biasa saja,
maukah engkau memohonkannya kepada pemilik pokok anggur ?

Mintalah dengan rendah hati dan mohonkanlah,
sebab Ia pemilikmu, Pokok Anggur yang Benar.
Ingat engkau adalah abu dan debu, tanah merah coklat.
Buatlah Tuanmu menyenangkan, agar Ia minum anggur yang manis.






Jakarta, 31/8/2013
© Originally written by Sonny H. Sayangbati




_______________

Catatan :

Buah anggur, pokok anggur atau minuman anggur sering dipakai istilah ini dalam kesusasteraan Timur Tengah (Ibrani, Arab, dan Persia), karena mereka adalah satu rumpun dan penganut agama samawi (monoteime).

Ide mengenai 'anggur dan pernak-perniknya' ini pertama kali diungkapkan atau sebuah metafora (majas) yang ada dalam kesusasteraan Ibrani kuno.

Di daerah khususnya tanah Palestina, Yordania, Libanon, Syria dan Israel sekarang sangat subur di daerah-daerah tertentu dan tanaman anggur sangat populer dan telah diolah menjadi sebuah minuman manis atau sejenis sirop dan beberapa diolah menjadi minuman alkohol yang jika diminum berlebihan akan memabukkan, selain itu buahnya juga menjadi santapan penduduk setempat.

Jadi tidaklah heran ungkapan 'anggur' ini mengacu kepada kehidupan sehari-hari yang ada di dilingkungan mereka, dan memang biasanya seperti itu.

Para penyair Sufi dan religius seringkali menggunakan kata anggur dalam puisi-puisinya, sebagai ungkapan rohani. Apakah ungkapan-ungkapan tersebut sebagai teori intertekstual atau inspirasi atau plagiat, memang sangat menarik untuk dikaji secara mendalam. (Lihat Tulisan Artikel : "Penyair adalah Plagiat").-

Jumat, 30 Agustus 2013

(Artikel Sastra) : "Puisi 2 Koma 7 Sebuah Fenomena"

Artikel Sastra



Puisi 2 Koma 7 Sebuah Fenomena



Tentang Payung


Jika dukamu adalah hujan
Payung itu aku


Mencintaimu


Kubiarkan mataku menggali kubur
Dengan huruf huruf



Sumber : Koleksi Puisi-Puisi Imron Tohari [@ Lifespirit) Imron Tohari (Catatan Pribadi) Facebook]



Menurut kamus populer (ensiklopedia) kata 'fenomena' (1) di ambil dari bahasa Yunani 'phainomenon' yang artinya apa yang terlihat, menurut arti kata turunannya (adjektif) berarti : 'sesuatu yang luar biasa'. Di mana luar biasanya puisi 2 koma 7 ini ?

Saya pribadi mengagumi puisi ini, baik secara filosofi, estetika dan lain sebagainya, khususnya dari dua sudut pandang. Puisi ini mengagumkan, sejak pertama saya mengenalnya, bahasanya padat sekali dan kata-kata harus dibangun dengan teknik 'bahasa tinggi', bahasa filosofis, memiliki metafora yang unik, dibangun dengan susunan kata-kata yang indah, coba perhatikan dengan saksama puisi-puisi di atas tersebut.

Antara judul dan tubuh puisi, berkesinambungan dan serasi sekali, itulah sebabnya tidak mudah untuk menulis puisi jenis ini, namun mudah bagi seseorang yang mencintai dan mendalami puisi ini. Tentu saja secara teknik kita harus menguasainya terlebih dahulu.

Dalam hal ini secara tehnik atau teknis penulisan saya tidak membicarakan ini, dan sebaiknya Anda dianjurkan untuk memperhatikan dan mempelajari puisi 2 koma tujuh ini secara lebih mendalam [https://www.facebook.com/groups/puisiduakomatujuh/].


Diluncurkannya Buku Puisi 2 Koma 7 Baru-Baru Ini


Buku di atas akan segera terbit dalam waktu dekat dengan sampul cover depan seperti tertera dalam gambar di atas. Dan ini merupakan sejarah bagi puisi 2 koma 7 yang akan ikut serta dalam meramaikan khasanah perpuisiian di tanah air, dan ini merupakan karya dari penemu, penggagas, anggota dan simpatisan yang bergelut dalam fenomena puisi 2 koma 7 ini. Secara pribadi saya menyambut hal ini dengan hangat dan gegap gempita. Saya menulis bukan berdasarkan atas pesanan atau ingin sesuatu yang sensasi biasa. Semata-mata karena saya menyukai dan mengagumi, walaupun memang saya kenal penemu dan penggagasnya serta sahabat-sahabat simpatisan puisi 2 koma tujuh ini.

Sejak saya mengenal puisi 2 koma 7 ini sekitar bulan Desember 2012 di group puisi Bengkel Puisi Swadaya Mandiri asuhan penyair Prof. Dimas Arikha Mihardja (Nama Pena), saya mencoba menulis beberapa puisi jenis ini dan berhasil diapresiasi oleh creator dan admin group tersebut, dan inilah puisi yang pertama saya buat di group tersebut :


Nostalgia



jika kali ciliwung meluap,
kuingat rumahku, tenggelam


Sonny H. Sayangbati
24-12-2012 / 06.47 pm-wib)


Puisi ini akan selalu saya kenang dan memang puisi ini sebuah nostalgia yang merupakan kenangan saya seumur hidup berdasarkan kisah nyata, sewaktu sungai Ciliwung meluap maka rumah-rumah di bantaran kali Ciliwung akan tenggelam, sebuah kisah dalam puisi.

Boleh di kata banyak juga mungkin para penyair membuat sesuatu kerangka baru dalam pembuatan puisi, seperti halnya puisi-puisi lama dan kontemporer : soneta, haiku, mbeling, stanza dan lain sebagainya dan ada yang jenis baru di laman media sosial facebook seperti puisi 517 di Ekspresi Seni yang diperkenalkan oleh Syafrein Effendi Usman.

Puisi 2 koma 7 menurut saya lebih fenomena atau luar biasa, dan mungkin prediksi ke depan puisi model ini akan lebih banyak lagi penikmatnya, walaupun kelihatannya sederhana namun memiliki daya pikat tersendiri. Sama halnya puisi Haiku sangat terkenal dan disukai dibanyak kalangan penyair-penyair di Malaysia saat ini.

Kita harapkan puisi 2 koma 7 ini menjadi setidak-tidaknya tuan di negeri sendiri, dan bisa jadi sama halnya dengan seni-seni tradisional lainnya di Indonesia yang populer di negara-negara lain.

Puisi 2 koma 7 memang baru dikenal dikalangan terbatas saja, khususnya dalam dunia sastracyber atau cybersastra, namun jangan dikira penggemarnya dari kalangan penyair biasa, penyair-penyair akademik maupun penyair-penyair yang memang memiliki bakat tradisional dari lahir juga banyak yang menyukainya.


Tantangan Ke Depan Bagi Puisi 2 Koma 7


Secara tradisi puisi memang dibangun dalam komunitas seni atau hidup secara mandiri di kelompoknya yaitu sanggar. Jika dahulu para anggota dalam sanggar saling bertemu muka dan bercengkerama, bergaul dengan hangat dan membuat acara atau pagelaran ataupun sayembara puisi, kini ada fenomena baru yaitu sanggar cybersastra atau group puisi di facebook, di mana para anggotanya memiliki jaringan yang luas dan tersebar lintas batas dan dari berbagai macam kelompok strata sosial bergau dan saling memberikan gagasan serta karya-karya mereka dalam group.

Fungsi sanggar yang tradisional memang tidak tergantikan keakrabannya, dari segi kehangatan tentu berbeda antara sanggar dengan komunitas cybersastra semisal group puisi di Facebook, namun dari segi kualitas serta daya jangkau memang ini sebuah fenomena tersendiri.

Tidaklah heran puisi 2 koma 7 tumbuh subur karena hal ini, kemudahan jangkauan, fasilitas yang mudah dan cepat, banyaknya informasi, serta apresiasi yang cepat ditanggapi membuat puisi 2 koma 7 ini tumbuh pesat sekali, sekitar 1.300 orang yang terdaftar dalam group ini yang tersebar dalam jangkauan daerah yang luas sampai ke luar negeri.

Membuat buku adalah salah satu cara untuk melestarikan sebuah karya menuju ke abadiaan. Ini adalah sebuah rekam peristiwa yang tercatat. Hal ini akan lebih mudah lagi jangkauannya dalam menyebarkan atau mempopulerkan karya puisi atau gagasan baru, seperti halnya Remy Sylado dalam memperkenalkan puisi Mbelingnya di majalah Aktuil serta buku-buku puisinya 'Mbeling'.

Dengan beredarnya puisi 2 koma 7 ini tentu akan direspon oleh para pembaca dari berbagai kalangan, dan interaksi tentu akan terjadi dan kita idak tahu bagaimana interaksi ini disambut dikalangan masyarakat puisi di Indonesia, baik yang bersikap menerima dengan aktif, biasa-biasa saja atau kalangan sastra yang kritis. Ini merupakan ujian bagi puisi 2 koma 7, kita semua mengharapkan umpan balik itu, apa pun hasilnya.

Pertumbuhan dan perkembangan puisi 2 koma 7 ke depan bukan semata-mata tergntung dari para kritikus sastra semata, menurut hemat saya tergantung dari orang-orang yang memiliki dan mencintai serta meghargainya sebagai sebuah karya yang indah.

Kritikus sastra hanya sebagai medan uji atau secara akademik teori saja, namun yang penting adalah prakteknya, atau hasil mujarabnya bagaimana sebuah gagasan itu dicintai dan dinikmati.

Oleh sebab itu mari kita lihat bersama, bagaimana sebuah karya indah puisi 2 koma 7 ini direspon oleh masyarakat perpuisian di Indonesia, apakah ia memuisi atau tidak, Anda lah yang tahu dan memilihnya.


JATUH CINTA


Kulihat kupu-kupu di tanganmu
 Oh, kau memuisi

(lifespirit, 1 Januari 2013)



KELUHAN CINTA


Menatap selimut kesepian
Bersisian kabut adakah rindu?


(lifespirit, 29 Januari 2013)



Sebenarnya Hatiku yang Telah Kau Genggam

(Puisi No. 1)

Kau ada dalam gerabah,
setiap sentuhan tanganku


(Puisi No. 3)

Remaslah jari-jariku, genggamlah!
Milikmulah aku ini selamanya



Jakarta, 14/8/2013
© Originally written by Sonny H. Sayangbati






Jakarta, 30 Agustus 2013
Sonny H. Sayangbati




________________

Daftar Pustaka

- Wikipedia Indonesia
- Koleksi Puisi-Puisi @ Lifespirit Imron Tohari (Creator Puisi 2 Koma 7)
- Koleksi Puisi-Puisi Sonny H. Sayangbati
- Serta dari sumber-sumber lain





Kamis, 29 Agustus 2013

Sajakku (Artikel Sastra)

Artikel Sastra





Sajakku




". . . sajakku adalah kebisuan yang sudah kuhancurkan sehingga aku bisa mengucapkan dan engkau mendengarkan, sajakku melawan kebisuan"

#WijiThukul (Satu mimpi satu barisan)


"Jika tak ada mesin ketik aku akan menulis dengan tangan, jika tak ada tinta hitam aku akan menulis dengan arang, jika tak ada kertas aku akan menulis pada dinding, jika aku menulis dilarang aku akan menulis dengan tetes darah!"

#WijiThukul (Penyair)


Sumber : Quotes Tokoh



Tahukah Anda bahwa sajak-sajak Wiji Thukul ini yang membuat dirinya 'menghilang', sejak tahun 2000 statusnya dinyatakan : 'Daftar Orang Hilang'. Rupanya sang sastrawan dan aktivis ini lebih memilih hidupnya dijalan 'sajak', sebuah pilihan hidup.

Banyak penyair dari berbagai negara yang memiliki situasi yang sama dengan Wiji Thukul ini. Sajak atau puisi ditulis untuk menyampaikan sebuah pesan. Dan pesan bisa menentukan arah hidup selanjutnya.

Banyak penyair berjuang melalui tulisan sastra atau puisinya dengan cara yang murni dan tidak berpolitik, pandangannya lurus dan humanis, tapi banyak pula penyair yang berpolitik sehingga banyak penyair juga teraniaya karena memiliki konsep yang berbeda dengan penguasanya. Banyak motif yang melandasi sebuah karya sastra atau puisi, dan ini merupakan hal yang umum terjadi di belahan dunia mana pun, sebagai sesuatu yang lumrah terjadi.

Ada perbedaan cara mengungkapkan antara seorang penyair dan seorang demonstran. Penyair suka menulis puisi-puisi keprihatinan melalui cara yang paling berbudaya yaitu melalu syair-syair, hanyalah kata-kata himbauan, nasihat, dan masukkan moral, hanya itu yang bisa dilakukan penyair sejatinya. Tentunya sikap sehari-harinya tercermin dalam tulisannya, ini bukan sesuatu yang anarkis, merusak atau merugikan baik materi maupun pribadi-pribadi pengusa.


Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diam
aku siapkan untukmu: pemberontakkan !!!


Wiji Thukul

Sumber : Quote Tokoh



Syair Orang Lapar

Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
Surat orang kampungku
Kuguratkan kertas           
Risau
Lapar lautan pidato
Ranah dipanggang kemarau
Ketika berduyun mengemis
Kesinikan hatimu           
Kuiris
 Lapar di Gunungkidul
Mayat dipanggang kemarau
Berjajar masuk kubur
Kauulang jua           
Kalau               
1964

Penyair Taufik Ismail (Tirani dan Benteng)

Sumber : Republik Sastra


Tidak ada yang perlu ditakuti dengan puisi-puisi seperti ini, ia hanya sebuah 'himbauan moral', sebuah nasihat melalui tulisan, hanya sajak, puisi bukan senjata beramunisi atau pun hasutan berlebihan untuk mengobarkan semangat perang saudara, bukan itu. Ini hanyalah sebuah tulisan, bukan perkara kriminal yang berlebihan.

Demonstran dan Penyair

Sering kita amati melalui media, kecenderungan para penyair dan seniman melakukan aksi 'keprihatinannya' itu hanya sebatas tindakan pembacaan puisi di ruang terbuka melalui berbagai bentuk karya sastra: monolog, pantomin, puisi musikal, drama dan karya-karya seni lainnya.

Biasanya tindakan anarkis terjadi atau pemberontakan bersenjata dilakukan oleh orang-orang politik, atau melakukan politik praktis, bisa jadi seorang pengkhianat atau kolaborasi dengan kekuatan asing, dan faktanya juga seringkali penyair berpolitik.

Dalam tulisan ini saya membatasi diri hanya kepada para penyair yang tulus dalam berjuang dengan cara damai dengan cara yang beradab, hanya melakukan gerakkan keprihatinan melalui seni 'berpuisi', saya tidk mengomentari jika ada penyair yang berpolitik dan juga berpartisipasi dalam gerakkan demonstran dan anarkis serta memiliki agenda yang lain di luar kemurnian sebuah puisi.

Baru-baru ini kita dengar beberapa penyair menggabungkan diri dalam gerakkan 'Puisi Menolak Korupsi' yang digagas oleh penyair sosiawan Leak beserta 180 penyair, itulah yang bisa dilakukan penyair dalam karyanya yang dicatat sejarah, apa pun hasilnya, di dengar atau tidak, inilah sebuah ungkapan dalam tulisan.

Inilah sebuah jalan bagi penyair dan hanya itu yang bisa dia lakukan, melalui tulisan, 'sajakku'. Entahlah suatu puisi itu didengar atau pun tidak di dengar, menghasilkan perubahan nyata atau pun tidak, sepanjang sejarah manusia hal itu dilakukan dengan konsisten baik penyair maupun penguasa, selalu bersiteru, sepanjang zaman.


"Ada banyak orang terkenal yang merasa bahwa memprotes sistem yang menindas itu kewajiban moral. Misalnya, mendiang Vaclav Havel, mantan presiden Cheska yang dipenjarakan bertahun-tahun karena kegiatan hak asasi manusia, menulis pada 1985, 'Si pembangkang paling-paling hanya bisa mempertaruhkan lehernya--dan ia melakukannya semata-mata karena tidak punya cara lain lagi untuk menyerukan kebenaran yang ia bela."

Sumber : Sedarlah! Edisi Juli 2013, h. 8. (Apakah Aksi Protes Solusinya?)


Ada perbedaan mendasar antara penyair dan demonstran yang ditunggangi, penyair lebih menggunakan jalan damai lewat tulisan, sedangkan demonstran memiliki kecenderungan 'mengganggu ketertiban umum' dan tidak jarang tindakannya anarkis, walaupun memang di sana juga ada para aktivis dan mungkin juga para penyair, bisa saja itu terjadi.

Tulisan puisi lebih memiliki daya dobrak yang tinggi ketimbang kekerasan, sebab kita semua tahu bahwa api harus dilawan air, marah dihadapi dengan sabar, jika kita perang dengan penguasa sudah pasti kita kalah, dan seringkali pergolakkan demikian memakan korban yang banyak, dan orang-orang tidak bersalah menjadi korban. dan lagi perlawanan dengan puisi memiliki rekam jejak yang baik dan tahan lama, karena sebuah buku yang mencatat puisi keprihatinan akan dibaca berulang-ulang, bahkan menjadi referensi-referensi tertulis yang baik.

Sajak-sajak Wiji Thukul memiliki nilai tersendiri dalam menghadapi sebuah perlawanan yang panjang, dan tentu dia dicatat sebagai penyair yang berjuang lewat tulisan, dan tulisannya banyak dibaca dan merupakan referensi bagi penguasa yang zalim :


"puisiku bukan puisi tapi kata-kata gelap yang berkeringat dan berdesakan mencari jalan. ia tak mati-mati meski bola mataku diganti. ia tak mati-mati meski bercerai dengan rumah ia tak mati-mati telah kubayar apa yang dia minta umur-tenaga-luka"

#WijiThukul, AKU MASIH UTUH DAN KATA-KATA BELUM BINASA

Sumber : Quote Tokoh


Mengapa Penyair Berani Membuat Sajak 'Keprihatinan' ?


Atas dasar apa seorag penyair berani menantang maut dengan menulis sajaknya, apakah hal yang dia lakukan adalah sensasi semata, atau jalan pintas untuk cepat populer atau memiliki agenda tersembunyi dalam hatinya, mungkin juga dari hati yang murni, siapa yang bisa tahu ?

Ingat manusia adalah makhluk sosial yang memiliki perasaan sosial, keadilan dan kasih sayang dalam dirinya, bahkan seorang penjahat sadis pun tidak mau memberikan anak kandungnya sendiri dengan batu bukan? Perasaan-perasaan seperti inilah yang membuat hati penyair teriris dalam apabila ia melihat orang-orang disekelilingnya mengalami ketidakadilan, kezaliman.

Oleh sebab itu penyair bereaksi terhadap ketidakadilan ini dengan caranya yang paling beradab dan sopan santun, menggugah hati dari sang penguasa untuk mendengarkan suara hati mereka yang teraniaya oleh sebab ketimpangan ekonomi, kebutuhan akan sandang pangan dan papan serta fasilitas kesehatan yang layak bagi mereka, ataupun korupsi yang merajalela di DPR, di pemerintahan, otonomi daerah yang membuat masyarakat semakin marjinal, terkotak-kotak dengan semangat kedaerahan yang kental, rasa persatuan yang hilang, budaya yang terabaikan, dan lain sebagainya.

Jika bicara kontrol sosial memang dalam hal ini seorang jurnalis adalah yang paling depan menghadapi pemerintah secara langsung, karena media mereka langsung dibaca secara harian oleh pemerintah, beda dengan sastrawan atau penyair yang menulis sesuatu dengan bergaya puitis yang jarang dibaca, walaupun juga dimuat di media yang sama, hal ini merupakan 'sensasi tersendiri'. Menarik sekali seorang jurnalis dan sastrawan mengatakan dalam sebuah kata-kata mutiaranya :


"Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara."


― Seno Gumira Ajidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara
Sumber : Goodreads


Seperti diakui oleh seorang sastrawan besar Seno Gumira Ajidarma, nampaknya penyair ditempatkan pada posisi 'second opinion' dari pengamatan seorang jurnalis, kenyataannya memang demikian, tentu ini merupakan pekerjaan rumah bagi para sastrawan, walaupun banyak juga jurnalis memiliki predikat sastrawan dan penyair juga.

Kita tidak mempersoalkan siapa yang paling keras dan berjasa dalam menyuarakan keprihatinan ini, siapa saja boleh, baik itu jurnalis, penyair, ibu-ibu di pasar, tukang sayur boleh-boleh saja menyuarakan tidak terbatas profesinya atau predikat yang ia sandang. Memang penyair membutuhkan media dalam menyalurkan aspirasinya, dan media penyair itu sangat amat terbatas sekali.

Jika medianya saja terbatas dan penyebarluasannya pun bisa juga terbatas, apa yang harus ditakuti dari mereka, sampai-sampai seorang penyair harus dilenyapkan dari bumi, dipenjara bahkan dimiskinkan, dikucilkan oleh penguasa yang zalim seperti manusia kardus itu.

Writing is not a crime !!! Sekiranya penguasa, politikus mendengarkan bahasa yang indah ini tentu mereka akan bersyukur dan mencium tangan penyair, seperti ia mencium orang tua kandungnya sendiri, semoga saja.



Manusia Kotak



Koruptor jarang membaca puisi
saat dibaca tubuhnya gemetar
itu baru judul belum isi
selera makannya hilang, mual

Puisi tidak membuatnya jera
sel besi yang dingin
dianggap sepi angin lalu
disulap jadi hotel berbintang

Koruptor tak takut hukum
baginya hanya sebuah selai
untuk makan roti sarapan
hukum berada dalam sakunya

Koruptor makhluk yang pemberani
berani hidup takut mati
baginya dunia ini sorga
harta, tahta, wanita miliknya



20 Juli 2013
© Originally written by Sonny H. Sayangbati


NEGERI BERHATI HEWANI


Adalah hati nurani yang mengawal negeri ini
menempatkan manusia sebagai manusia
mendudukkan peduli sebagai rasa sesama

Namun nafsu angkara mengeruhkan segalanya
mata tak lagi menggetar rasa
hati tak lagi berjiwa manusia

Diri bagai hewan yang lepas kendali
menanduk menyeruduk ke sana kemari

Bagi jiwa yang lemah kenikmatan sesaat jadi pilihan
Bagi hati yang lengah saudara sesama pun dimamah
Makin panjang barisan pemangsa sesama
tak jelas lagi mana hak sendiri
keserakahan telah menjadi kendali
manusia hanya ucapan tanpa arti
karena hewani bersemayam di hati


singkawang, 2 agustus 2013
Karya : Pradono Singkawang

Sumber : Catatan Pradono Singkawang




Jakarta, 03 Agustus 2013 
Sonny H. Sayangbati

Rabu, 28 Agustus 2013

(Artikel Sastra) : "Apa yang Engkau Tulis"

Artikel Sastra







Apa yang Engkau Tulis




“Menulis adalah memahat peradaban.”


― Helvy Tiana Rosa (Goodreads)


Perkataan orang-orang berhikmat itu seperti kusa sapi, dan sama seperti paku-paku yang ditancapkan, demikianlah orang-orang yang ahli dalam kumpulan kalimat; semuanya itu telah diberikan oleh satu gembala. Sehubungan dengan apa pun selain hal-hal ini, putraku, waspadalah: Membuat banyak buku tidak ada akhirnya, dan banyak mengabdikan diri kepadanya meletihkan tubuh.


― New World Translation of The Holy Scriptures




Dunia tulis menulis sangatlah mengasyikkan bagi kedua belah pihak, baik penulis maupun pembacanya, seperti hubungan yang romantis, saling membutuhkan dan mencintai, walau seringkali mereka tidak berhadapan muka dengan muka.


“Pembaca adalah jantung buku saya.”

― Helvy Tiana Rosa


Kegiatan menulis sudah sejak lama dilakukan oleh manusia dan ini merupakan kebutuhan dasar manusia, semenjak manusia menyadari dan menemukan bagaimana mewujudkan bahasa lisan menjadi bahasa tulisan. Menurut keterangan ensiklopedia populer :


Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.

Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil. Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan menggunakan gambar, contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir Kuno.

Tulisan dengan aksara muncul sekitar 5000 tahun lalu. Orang-orang Sumeria (Irak saat ini) menciptakan tanda-tanda pada tanah liat. Tanda-tanda tersebut mewakili bunyi, berbeda dengan huruf-huruf hieroglif yang mewakili kata-kata atau benda.

Kegiatan menulis berkembang pesat sejak diciptakannya teknik percetakan, yang menyebabkan orang makin giat menulis karena karya mereka mudah diterbitkan.



Sumber : Wikipedia Indonesia


Sedangkan orang yang menulis disebut sebagai penulis, penulis sendiri memiliki arti :



Penulis adalah sebutan bagi orang yang melakukan pekerjaan menulis, atau menciptakan suatu karya tulis.
Menulis adalah kegiatan membuat huruf (angka) menggunakan alat tulis di suatu sarana atau media penulisan, mengungkapkan ide, pikiran, perasaan melalui kegiatan menulis, atau menciptakan suatu karangan dalam bentuk tulisan.

Karya tulis bisa berupa karya tulis ilmiah: penelitian, makalah, jurnal; tulisan jurnalistik:artikel, opini, feature; sastraatau fiksi (termasuk prosa, novel, cerpen, puisi). Format tulisan penerbit berupa media cetak:buku, majalah, tabloid, koran; media on-line/internet: (website, blog; media jejaring sosial: facebook, twitter, google plus dan sebagainya.
Padanan istilah penulis adalah pengarang, penggubah, prosais, pujangga, sastrawan. Berpadan kata pula dengan pencatat, carik (Jawa), dabir (arkais), juru tulis, katib (Arab), kerani, klerek (arkais), panitera, sekretaris, setia usaha. Pelukis dan penggambar kadangkala juga dimasukkan sebagai padan kata penulis.
Pada umumnya seorang penulis harus memiliki tiga keterampilan dasar:


  1. Keterampilan berbahasa dalam merekam bentuk lisan ke tulisan, termasuk kemampuan menggunakan ejaan, tanda baca, dan pemilihan kata.
  2. Keterampilan penyajian, seperti pengembangan paragraf, merinci pokok bahasa menjadi sub bahasan pokok, dan susunan secara sistematis.
  3. Keterampilan perwajahan, termasuk kemampuan pengaturan tipografi seperti penyusunan format, jenis huruf, kertas, tabel dan lain sebagainya.


Sumber : Wikipedia Indonesia



Secara umum ini yang kita ketahui, namun perlu kita pikirkan lagi, siapa kira-kira penggagas utamanya, kepentingan apa, dan di mana kegiatan menulis ini dimulai, tentu hal ini ada awalnya.

Pada awal peristiwa Pencipta kita yang Agung menciptakan manusia dengan satu bahasa saja, di mana penduduk bumi masih sangat sedikit dan belum menyebar ke mana-mana, mereka hidup dalam satu kelompok saja. Dipercaya bahwa bahasa yang pertama kali digunakan dalam berkomunikasi antara mereka adalah bahasa Ibrani.


Sampai suatu waktu tertentu setelah Air Bah global, seluruh umat manusia ”satu bahasanya [harfiah, ”bibir”] dan satu perbendaharaan katanya”. (Referensi) menunjukkan bahwa yang dimaksudkan dengan ’satu bahasa’ adalah bahasa yang belakangan disebut bahasa Ibrani. (Lihat IBRANI, BAHASA.) Sebagaimana akan diperlihatkan, ini tidak berarti bahwa bahasa-bahasa lain berasal dari dan ada hubungannya dengan bahasa Ibrani, tetapi bahasa Ibrani ada lebih dahulu sebelum semua bahasa lain.


Insight On The Scripture (Pemahaman Jilid 1.)


Dengan bahasa manusia menjadi sangat komunikatif, dan saling memahami dengan baik, ini merupakan anugerah yang tak terhingga. Dan bahasa ini punya asal muasalnya :



Asal Mula Bahasa. Ketika manusia pertama, Adam, diciptakan, ia diperlengkapi dengan sejumlah kosakata, dan juga kesanggupan untuk menciptakan kata-kata baru, sehingga ia dapat mengembangkan kosakatanya. Tanpa kosakata yang diberikan Allah, manusia yang baru diciptakan ini tidak jauh berbeda dari binatang yang tak bernalar dalam hal memahami petunjuk-petunjuk lisan Penciptanya. Jadi, sekalipun manusia yang cerdas adalah satu-satunya makhluk di seluruh bumi yang memiliki kesanggupan bertutur kata, bahasa itu sendiri tidak berasal dari manusia tetapi dari Pencipta Yang Mahabijaksana, Allah.
Sumber : Insight On The Scriptures, (Pemahaman) Jilid 1.


Kapan kira-kira manusia mulai menulis dan mengenal huruf atau aksara, tentu hal ini sangatlah menarik untuk diselidiki, setidak-tidaknya kita memiliki referensi-referensi yang masuk akal. Secara logika sejarah manusia itu erat kaitannya dengan komunikasi, dan komunikasi merupakan hubungan penting antara Pencipta dengan manusia dan tentu saja hal-hal tersebut menciptakan suatu lambang-lambang komunikasi yang berarti.

Dalam catatan ensiklopedia populer yang dikutip di atas bahwa tulisan pertama kali diketemukan oleh bangsa Sumeria di Irak yaitu tulisan hieroglif, apakah ada referensi lain yang lebih tua dari catatan tersebut ? Tentu banyak referensi yang saling berkaitan dan bahkan referensi yang berbeda.

Sebuah sumber menyebutkan bahwa aksara sudah dikenal oleh suatu bangsa Ibrani jauh sebelum bangsa Sumeria dengan huruf hierloglifnya.


Tulisan sebelum Air Bah. Kita tidak dapat menentukan dengan pasti bahwa beberapa kisah sejarah yang disebutkan dalam buku Kejadian itu ditulis sebelum Air Bah, dan tidak ada keterangan dalam Alkitab yang merujuk ke tulisan pra-Air Bah. Akan tetapi, patut diperhatikan bahwa pembangunan kota-kota, pengembangan alat-alat musik, dan penempaan alat-alat dari besi dan tembaga sudah dimulai lama sebelum Air Bah. (Kej 4:17, 21, 22) Oleh sebab itu, masuk akal jika manusia tidak menemui banyak kesulitan dalam mengembangkan suatu metode penulisan. Pada mulanya hanya ada satu bahasa (belakangan dikenal sebagai bhs. Ibrani; lihat IBRANI, BAHASA) dan orang-orang yang terus berbicara dalam bahasa itu, yaitu orang Israel, diketahui sudah menggunakan suatu sistem abjad. Maka dapat diperkirakan bahwa tulisan berdasarkan abjad sudah ada sebelum Air Bah.


Sumber : Insight On The Scripture (Pemahaman) Jilid 2.


Bukti lain yang meneguhkan bahwa ada bentuk atau tulisan lain pada waktu itu selain hierloglif adalah


Tulisan setelah Air Bah. Sesudah dikacaukannya bahasa manusia yang mula-mula di Babel, muncul berbagai sistem tulisan. Orang Babilonia, Asiria, dan bangsa-bangsa lain menggunakan huruf paku (berbentuk baji), yang konon dikembangkan oleh orang Sumer dari tulisan piktografi mereka. Bukti menunjukkan bahwa ada lebih dari satu sistem tulisan yang digunakan pada waktu yang sama. Misalnya, pada sebuah tembok Asiria kuno terdapat gambar dua orang penulis, yang satu menggoreskan huruf-huruf paku pada sebuah lempeng dengan pena pengukir (agaknya dalam bhs. Akad) dan yang lainnya menulis dengan kuas pada sepotong kulit atau papirus (mungkin dalam bhs. Aram). Tulisan hieroglif Mesir terdiri dari berbagai gambar dan bentuk geometris yang berbeda. Meskipun tulisan hieroglif terus digunakan untuk inskripsi pada monumen dan gambar dinding, dua bentuk tulisan lain (yang pertama disebut hieratik dan yang kemudian, demotik) mulai digunakan. (Lihat MESIR.) Dalam sistem tulisan bukan abjad, sebuah gambar (atau yang belakangan, sering kali berbentuk kursif atau garis yang tidak jelas) bisa memaksudkan objek yang dilukiskan, gagasan yang terkandung dalam objek tersebut, atau kata atau suku kata lain yang memiliki pengucapan yang sama. Sebagai ilustrasi, sebuah gambar mata yang sederhana bisa digunakan dalam bahasa Indonesia untuk kata ”mata”, dan kata kerja ”melihat”.


Sumber : Insight On The Scriptures (Pemahaman) Jilid 2.


Mengapa Manusia Menulis dan Untuk Tujuan Apa ?


Kehidupan adalah sebuah proses, begitu pun jika kita baca asal muasal bahasa, aksara dan tulisan adalah sebuah proses. Awalnya kegiatan tulis menulis adalah untuk mencatat peristiwa, menulis hukum-hukum, Firman Allah, catatan perjalanan sebuah bangsa, nubuat oleh suatu kaum, yaitu bangsa Ibrani.

Tentu kegiatan tulis menulis berkenaan dengan waktu semakin berkembang pesat dan digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya saja bangsa Mesir, Sumeria, Babilonia dan bangsa-bangsa yang memiliki garis keturunan yang sama dan terpecah-pecah secara bangsa, kerajaan, suku mulai mengembangkan tulis menulis untuk keperluan menulis silsilah, transaksi perdagangan, peristiwa sejarah, peperangan dan lain-lain.

Bukti-bukti ini dapat dilihat di peninggalan sejarah seperti Pyramida, batu silinder, Batu Moab, Prisma Raja Sanherib, Tawarikh Nabonidus, Gapura Titus dan bukti-bukti arkeologi lainnya.


“Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa—suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang.”


― Seno Gumira Ajidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara


Dalam sebuah tulisan kuno yang dicatat dalam Kitab Mazmur (Kitab Zabur) ada sebuah tulisan bersyair yang ditulis seperti halnya puisi yang dinyanyikan oleh Daud. Syair ini sangat terkenal karena banyak mengilhami para penyair maupun penulis lagu. Dan tulisan kuno ini masih tercatat hingga sekarang.


(Allah) adalah Gembalaku.
Aku tidak akan kekurangan apa pun.
Di padang yang berumput ia membaringkan aku;
Ke tempat istirahat yang banyak airnya ia mengantar aku.
Jiwaku ia segarkan.
Ia menuntun aku di jalan keadilbenaran demi namanya.
Meskipun aku berjalan di lembah yang tertutup bayang-bayang yang kelam,
Aku tidak takut yang jahat,
Karena engkau menyertai aku;
Kayu pemukul dan tongkatmu, itulah yang menghibur aku.
Engkau menyajikan hidangan di atas meja di hadapanku di depan mereka yang memperlihatkan permusuhan terhadap aku.
Dengan minyak engkau mengolesi kepalaku;
Cawanku terisi penuh.
Tentu kebaikan dan kebaikan hati yang penuh kasih akan mengejarku sepanjang hari-hari kehidupanku;
Dan aku akan tinggal di rumah (Allah) sepanjang umur.


Sumber : New World Translation of The Holly Scripture


Puisi atau catatan ini kira-kira ditulis pada tahun 460 SM (Sebelum Masehi). Apakah ada manfaat yang diperoleh dari tulisan berbentuk puisi ini yang ditulis oleh orang zaman dulu ? Apakah ini hanya sekedar syair pujian atau hyme atau sebuah melodi kepujian semata ? Apakah ada nilainya bagi banyak orang ?

Terbukti memang tulisan-tulisan kuno yang dijumpai dalam sebuah catatan tertulis baik itu berupa prasasti, lembaran-lembaran papirus, kulit binatang, kertas tentu besar sekali manfaat, walaupun hanya bertuliskan sebuah kisah asmara, daftar silsilah, catatan-catatan kerajaan, semua itu mengandung sebuah nilai.


“Tulisan kita tak akan mati, bahkan bila kita mati.”


― Helvy Tiana Rosa


Para ahli sejarah dan sarjana-sarjana yang menyelidiki tulisan kuno (manuskrip) banyak mengambil manfaat-manfaat ini, mereka telah banyak memiliki ilmu untuk membuktikan tentang tulisan kuno. Misalkan sebuah cerita dalam Kitab Taurat Musa menyebutkan tentang bagaimana laut merah terbelah dua, dan apakah Firaun raja Mesir yang angkuh itu adalah sebuah cerita dongeng belaka ? Bahkan seorang atheis yang ilmuwan bisa membuktikan bahwa kejadian itu memang pernah ada, walau ia tidak percaya adanya Allah.

Seperti kata-kata yang dikutip di atas, bahwa menulis itu adalah : "memahat peradaban". Kata-kata ini memang terbukti benar dan memang tepat apa yang dikatakan ini.


Manusia Mewarisinya Turun Temurun


Kebiasaan menulis oleh manusia ini merupakan sebuah anugerah, memang tidak semua orang memiliki kebiasaan yang baik ini, mungkin mereka berbakat namun tidak terasah. Oleh sebab itu sebenarnya menulis dan membaca adalah sebuah gambar dalam mata uang dengan sisi yang berbeda, jika demikian pilihlah apa yang menjadi pilihan Anda, kedua-duanya sama baik dan besar manfaatnya.

Zaman dahulu di Ibrani (Kata Ibrani mengacu kepada keturunan Nabi Ibrahim atau Abraham), memiliki kebiasaan untuk mempertahankan atau memelihara sebuah tulisan kudus, orang-orang yang diberi kepercayaan ini disebut kaum Soferim. Mereka bekerja dengan sangat teliti sekali, bahkan mereka menjumlah jumlah banyaknya huruf mendatar kesamping dan ke bawah, dan membuat catatan-catatan kaki. Kebiasaan ini mereka wariskan dari generasi ke generasi sampai kepada kaum Masoret pada waktu itu.

Banyak juga buku-buku ilmiah atau pun sebuah catatan baik pada masa sebelum masehi atau awal abad-abad tahun masehi yang memiliki sebuah nilai yang diteliti oleh para sarjana manuskrip ini.

Salah satu kekayaan buku-buku pada awal abad masehi adalah perpustakaan di kota Bagdad, Irak. Sultan Al Rasyid adalah merupakan pelopor pendirian perpustakaan yang di dalamnya berisi buku-buku segala bidang.

Walaupun tidak jarang zaman dahulu suatu kerajaan memiliki kebiasaan untuk memusnahkan suatu bangsa dengan segala peradabannya, termasuk karya tulis yang berharga dimusnahkan dengan alasan kebencian.

Beruntunglah kita yang hidup di zaman yang serba komplit dengan tekhnologi yang mumpuni, kita semua diwariskan dengan berbagai macam aneka buku-buku warisan zaman dahulu yang masih ada hingga kini dan hal ini kita patut menghargai kepada orang-orang yang menjaga sehingga buku-buku ini terpelihara hingga zaman kita dan kita harus meneruskannya lagi kepada generasi berikutnya.


“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah


(Rumah Kaca, h. 352)”
― Pramoedya Ananta Toer




Jakarta, 18/8/2013
Sonny H. Sayangbati




_______________

Daftar Pustaka :

- Ensiklopedi Wikipedia Indonesia
- New World Translation of The Holly Scriptures (Versi Indonesia)
- Insight On The Scripture Jilid 1 dan 2 (Versi Indonesia)
- Watchtower Library (Versi Indonesia)
- All Scripture Is Inspired of God and Beneficial (Versi Indonesia)
- Sumber lain yang telah disebutkan

Dua Puisi di Jurnal Sastra Santarang

Puisi






Dua Puisi di Jurnal Sastra Santarang 

Edisi Bulan Agustus 2013




1. Sebiji Benih



Bunga yang kutanam
dan kusirami
setiap hari
akhirnya tumbuh
menghias
halaman rindu
di rumahku selamanya



27 Mei 2013




2. Kenangan



Setiap hari minggu aku selalu membuka pintu almari itu, merapikan isinya dan membuka kotak laci di tengah almari untuk memeriksanya di situ, selalu saja aku melihatnya dengan tetesan air mata, semua isinya masih seperti dulu, rapih dan bau kanper serta gantungan baju yang berjajar.

Saat hari libur aku mencuci pakaian dan merapikan rumah agar terjaga dan teratur penuh kehangatan, seperti biasanya, aku menganggap rumah selalu seperti dahulu penuh kehangatan dan canda tawa riang, di sudut ruangan tempat televisi itu berada, dia selalu menonton kesukaannya Premier League.

Seperti orang Inggris layaknya, yang lebih mencintai bola daripada kekasihnya, baginya aku ini hanya selimut malam yang dipakai jika hawa dingin menyerang tubuh, dahulu penuh kehangatan lebih dari selimut, dan dia benar-benar melarikan diri dengan si gadis blonde begundal itu, pergi ke London.

Tinggal aku sendiri, di rumahku, menjadi ratu tanpa raja, seperti bidak catur yang bebas melangkah membela sang raja, tak terasa air mata ini menetes dalam keheningan malam, menatap rembulan yang sembab tanpa sinar, aku luluh, hatiku hancur sia-sia, ah . . . aku ingin menulis puisi, puisiku adalah kesedihan, kerajaan air mata.



21 Mei 2013






© Originally written by Sonny H. Sayangbati
Puisi






Keheningan 

Puisi @ Lifespirit 2, 7



Meninggalkan Keangkuhan, Bersahabatkan Keberhasilan, Memasuki Keheningan
by Gede Prama (Goodreads)


“Keheningan seakan memiliki jantung. Denyutnya terasa satu-satu, membawa apa yang tak terucap. Sejenak berayun di udara, lalu bagaikan gelombang air bisikan itu mengalir, sampai akhirnya berlabuh di hati.”


― Dee, Perahu Kertas

Sumber : Goodreads




1.

Keheningan membuatku trance,
mendekatkan diriku keharibaanmu, tubuhmu




2.

Aku ingin pergi ke tempat sepi,
memujamu




3.

Perasaan ekstasi membuatku melambung,
kesepian yang hening




4.

Keheningan membuatku kosong,
kosong membuat gerabahku penuh






Jakarta, 24/8/2013
© Originally written by Sonny H. Sayangbati

Selasa, 27 Agustus 2013

(Artikel Sastra) : "Sebaiknya Seorang Sastrawan Orang yang 'Bebas Merdeka'"

 Artikel Sastra




Sebaiknya Seorang Sastrawan Orang yang 'Bebas Merdeka'





"Bunga mawar tidak mempropagandakan harum semerbaknya, dengan sendirinya harum semerbaknya itu tersebar di sekelilingnya."


Wikiquote Bahasa Indonesia



Lebih enak menjadi seseorang yang bebas merdeka, merdeka dari hal apa ? Dari segala hal belenggu 'politik'. Politik cenderung berkuasa dan menguasai dengan jalan atau cara apa pun. Tentu Anda mengenal istilah 'Machiavellis'. 

Firenze Niccolo Machiavelli adalah seorang penulis buku Il Principe (Sang Penguasa) yang terkenal, bukunya ini banyak dikagumi oleh para politikus dan penguasa dan menginspirasi politikus-politikus tertentu untuk menggunakan berbagai cara dalam memperoleh dan mempertahankan kekuasaan serta pengaruhnya.

Begitu besarnya pengaruh Machiavellis ini bagi kehidupan panggung dunia 'kekuasaan', cengkeramannya terasa sampai ke tulang-tulang yang paling dalam. Tanpa terasa seluruh dunia mengikutinya, apa sebabnya demikian ?


Semua ini telah kulihat, dan aku mengerahkan hati untuk segala pekerjaan yang telah dilakukan di bawah matahari, pada waktu manusia menguasai manusia sehingga ia celaka


New World Translation of The Holly Scriptures


Dalam dunia yang tidak bersahabat dan terpecah-pecah dalam berbagai kepentingan, tidak mudah menjalankan atau berdiri di semua kelompok, perbedaan seringkali membuat hubungan manusia semakin menjauh, persahabatan atau hubungan diplomatik hanya sekedar basa-basi.


Adalah Machiavelli yang pertama kali mendiskusikan fenomena sosial politik tanpa merujuk pada sumber-sumber etis ataupun hukum. Inilah pendekatan pertama yang bersifat murni scientific terhadap politik. Bagi Machiavelli, politik hanya berkaitan dengan satu hal semata, yaitu memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Hal lainnya, seperti agama dan moralitas, yang selama ini dikaitkan dengan politik sesungguhnya tidak memiliki hubungan mendasar dengan politik, kecuali bahwa agama dan moral tersebut membantu untuk mendapat dan mempertahankan politik. Keahlian yang dibutuhkan untuk mendapat dan melestarikan kekuasaan adalah perhitungan. Seorang politikus mengetahui dengan benar apa yang harus dilakukan atau apa yang harus dikatakan dalam setiap situasi.


Sumber : Wikipedia Indonesia



Si vis pacem, para bellum (“Jika kau mendambakan perdamaian, bersiap-siaplah menghadapi perang“) adalah sebuah Peribahasa Latin. Istilah ini juga turut berperan dalam pengaruhnya melalui kendaraan politik. Sebagai contoh, di seluruh dunia anggran pertahanan sebuah negara yang tidak dalam keadaan berperang dari tahun ke tahun terus meningkat.

Anggaran pertahanan lebih diutamakan ketimbang anggaran untuk kesejahteraan rakyat, hal ini disebabkan karena pengaruh ucapan di atas. Coba kita simak sebuah informasi mengenai anggaran militer 15 negara di dunia yang menempati urutan teratas pada tahun 2012, total semuanya sebesar USD. 1, 75 trilyun atau 2, 5 persen PDB global dunia



  1. Amerika Serikat (682)
  2. China (166)
  3. Federasi Rusia (90,7)
  4. Inggris (60,8)
  5. Jepang (59,3)
  6. Lima negara dengan pengeluaran terbesar ini sebagai penyumbang 60 persen dari seluruh pengeluaran militer dunia yaitu sebesar 1,06 triliun dolar. Dan dilanjutkan dengan 10 negara penutup untuk belanja militer terbesar di dunia, yaitu :
  7. Perancis (58,9)
  8. Saudi Arabia (56,7)
  9. India (46,1)
  10. Jerman (45,8)
  11. Italia (34,0)
  12. Brasil (33,1)
  13. Korea Selatan (31,7)
  14. Australia (26.2)
  15. Kanada (22,5)
  16. Turki (18.2)


Sumber : http://www.artileri.org/2013/04/15-negara-dengan-belanja-militer-terbesar.html



Faktanya sepanjang sejarah manusia itu tetap ada dua sikap yang saling berbeda dan tidak sejalan, jalan politik dan jalan sastra, mereka tidak dapat bersatu apabila jalan politik mengambil garis kebijakan Machiavellis ini dan memang kecenderungan kekuasaan dan politik itu bertolak belakang dengan jalan sastra yang idealis dan berprinsip serta bermartabat

Jika kita renungkan dengan lebih dalam dan jujur mereka sepanjang abad seperti air dan minyak, mereka memang cair tapi lain warna.

Tentu Anda pernah mendengar lagunya The Beatles 'Imagine', suatu keperihan yang tertulis dalam suatu syair lagu yang menggugah hati ini


Imagine


Imagine there's no HeavenIt's easy if you try
No hell below usAbove us only sky
Imagine all the people
Living for todayImagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
 Imagine all the people
Living life in peaceYou may say that I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will be as one Imagine no possessions
 I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brotherhood of man
 Imagine all the people
Sharing all the worldYou may say that I'm a dreamer
 But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will live as one


Sumber : KapanLagi.com, Imagine, Beatles


Tokoh Sok Hok Gie pernah mengatakan cita-citanya ini dan inilah pemikiran yang murni dari seorang yang mencintai jalan damai dan memperjuangkan di jalan yang lurus :


Saya mimpi tentang sebuah dunia, di mana ulama - buruh - dan pemuda, bangkit dan berkata - stop semua kemunafikan, stop semua pembunuhan atas nama apa pun. Tak ada rasa benci pada siapa pun, agama apa pun, dan bangsa apa pun. Dan melupakan perang dan kebencian, dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.


Sumber : Wikiquote Soe Hok Gie


Adakah pemerintahan politik yang mampu mewujudkannya ? Sebenarnya inilah harapan kita semua, cita-cita luhur ini sulit diwujudkan oleh sistem pemerintahan bergaya Machiavellis. Jika kita perhatikan dan bertanya adakah yang bisa mewujudkannya ?Sebenarnya pertanyaan dan cita-cita Soe Hok Gie mewakili pemikiran sastra atau jalan sastra yang damai. Dan ini dijawab dengan skeptis tentang kekuasaan politik itu oleh dirinya sendiri :


Kekuasaan cenderung korup, dan kekuasaan absolut/multak cenderung korupsi


Sumber : Wikiquotes Soe Hok Gie


Banyak juga para sastrawan yang berjuang lewat politik dan serta aktif dalam politik dan memiliki pandangan yang sama terhadap tokoh politik tertentu dan sebagai pembelanya atau pro rezim tersebut, sah-sah saja seorang sastrawan memilih saluran aspirasi politiknya, namun tidak jarang memang seorang politkus di awal pergerakkan seringkali mereka memang tulus dalam memperjuangkan idealismenya atau mereka sering  mengatakan sebagai pembela masyarakat banyak, pembela marhean, pembela wong cilik, pembela sosialis, pembela pemodal dan pembela-pembela yang kelihatannya memang haris dibela, pembela keadilan, pembela hukum, pembela minoritas.

Belakangan setelah politikus dan partainya memiliki kekuasaan yang besar dan berpengaruh, kembali lagi perkataan Soe Hok Gie ini seperti hantu bagi politikus dan pengikutnya, jika sudah demikian di mana para pembela sastrawan itu berdiri dan membelanya? Bukankah mereka harus menutup muka mereka sendiri atau tetap konsisten menjaga harga dirinya ?


Janganlah percaya kepada para bangsawan,Ataupun kepada putra manusia, yang padanya tidak ada keselamatan


Sumber : New World Translation of The Holly Scriptures


Pentingnya Belajar Sastra Bagi Generasi Penerus


Jika moral agama mengajarkan seseorang untuk memiliki kehidupan yang abadi dan cara bagaimana kita beriman kepada Tuhan, maka sastra mengajarkan kita hidup bersama secara toleran dan menerima perbedaan sebagai sebuah kenyataan hidup dan bersahabat dengannya.

Inilah yang sebenarnya diutamakan dalam pendidikan bagi generasi penerus, bukan mengajarkan sastra yang berpolitik, sebab jika mereka mengajarkan sastra berpolitik justru mereka mengajarkan banyaknya perbedaan sudut pandang dan membuat toleransi itu sesuatu yang mustahil berdampingan berjalan dengan serasi.

Manusia hidup dengan berbagai macam corak beraneka ragam, dari lahir manusia sudah menghadapi seperti itu, seperti warna kulit, daerah, suku, agama dan nasionalismenya, ya mereka dari lahir sudah menghadapi hal yang berbeda dalam limhkungan sekitarnya. Jika ditambah dengan hal-hal yang semakin membedakan semisal politik, maka hal ini akan mempertajam lagi perbedaan itu.

Sebenarnya politik membuat perbedaan menjadi jurang yang paling dalam dan menganga lebar, apabila seorang sastrawan memilih jalan ini, sebenarnya dia memiliki dua prinsip yang berbeda di hatinya, bagaimana menggabungkannya menjadi sebuah idealisme sastra? Sesuatu yang mustahil namun nyata saat ini.

Dunia juga dipengaruhi oleh pemikiran filsafat, salah satunya yang terkenal adalah seorang filsuf Yunani kuno bernama Aristoteles, salah satu yang ditawarkan adalah model politik 'demokrasi'. Seperti kita ketahui bahwa demokrasi merupakan sesuatu yang sangat diagung-agungkan dalam dunia politik.

Misalkan kita ambil contoh nyata pergolakan di Mesir, Libya, Suriah, dan negara-negara lain baik di Timur Tengah maupun di Afrika. Jika kita selidiki dan fakta yang muncul dipermukaan adalah dengan alasan menegakkan 'demokrasi'.

Sebuah tulisan Aristoteles yang saya kutip ini sangat menarik, dia mengatakan :


Demokrasi adalah bentuk bentuk sistim pemerintahan negara yang paling baik menurut Aristoteles ... yang dimaksud oleh Aristoteles bukan demokrasi secara utuh tetapi demokrasi-moderat atau demokrasi dengan undang-undang dasar. Hak warga negara untuk terlibat dalam pemerintahan juga bukan sembarangan, melainkan hak warga negara golongan tengah, yaitu yang memiliki senjata dan yang telah biasa berperang


(Hadiwijono, 2005:53) - Hadiwijono, Harun, 2005, Sari Sejarah Filsafat Barat I, Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Sumber : http://aprillins.com/2010/1686/pemikiran-aristoteles-tentang-negara-dan-filsafat-politik/


Kenyataannya apa yang dikatakan jauh berabad-abad yang lalu oleh ahli filsafat Aristoteles ini masih dijalankan dengan konsisten oleh para politikus yang memerintah bergaya machiavellis. Dan para sastrawan juga ada yang memilih pro politik penguasa, walaupun dia hanya menjadi aktivis biasa yang tidak mengangkat senjata, namun demikian dia sudah memlih jalannya, seolah-olah dia mengingkari kekuataan kata-katanya sendiri.

Sungguh menarik apa yang dikatakan oleh Penyair Ajip Rosidi ini :


Jalan Penyair


Penyairlah ia yang masih percaya pada tenaga kata-kata
Mengangkat tangan pelan-pelan,
menabik pada bulan Yang tersenyum meski suram, sendirian


-Ajip Rosidi
[Indonesia Sastra]


Saya hanya bisa menyarankan saja, sebaiknya para sastrawan, budayawan, penyair, pesyair, pujangga berdiri dengan teguh dalam posisinya yang netral dan terus mengamati dengan saksama pergerakkan politik penguasa yang begitu dasyat dari hari ke hari, dan memang tidaklah mungkin menyatukan mereka (sastrawan dan politikus) itu menjadi sejalan, kita hanya mungkin memberitahu mereka tentang apa yang kita ketahui sebagai suatu kebaikan, perbaikan dan jalan cinta, jalan yang bermrtabat, sebagai pengingat saja, tidak lebih dari itu, walaupun kita hanya sendirian saja di dengar.

Coba kita perhatikan sebuah jargon politik dari masa silam, seorang pemimpin besar Uni Soviet, Joseph Stalin mengatakan demikian :



"The death of one man is a tragedy, the death of millions is a statistic"

*allegedly* Joseph Stalin, Soviet Union leader.

Sumber : www.kopimaya.com


Hal di atas adalah sebuah kata-kata yang sangat memedihkan hati, nyawa manusia hanya dinilai sebagai sebuah hitungan statistik benda mati, sungguh ironis sekali.

Oleh sebab itu jika penyair atau sastrawan itu (dia) tidak membutuhkan apa pun, selain kertas, pena dan pembaca yangg haus puisi, cinta dan pengetahuan yang paling dalam, dia tidak butuh jalan kekuasaan, sebab dia menulis, menulis, menulis dan berpikir!


“Waktu berjalan ke Barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang.

Aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan.

Aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang,

aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan.”



Sapardi Djoko Damono [Goodreads]






Jakarta, 26 Agustus 2013
Sonny H. Sayangbati



_______________

Daftar Pustaka


- New World Translation of The Holly Scriptures
- Watchtower Library
- Wikipedia Indonesia
- Wikiquotes
- KapanLagi.com
- www.artileri.org
- Serta sumber-sumber lain

Burung, Mengapa Engkau Terbang [Puisi @ Lifespirit 2, 7]

Puisi



Burung, Mengapa Engkau Terbang
[Puisi @ Lifespirit 2, 7]








“The reason birds can fly and we can't is simply because they have perfect faith, for to have faith is to have wings.”


― J.M. Barrie, The Little White Bird





1.

Engkau melihat dunia bundar,
lebih dari siapapun




2.

Musim memberi perintah kepadamu,
terbanglah yang tinggi




3.

Dengan daun zaitun diparuhmu
engkau datang menghadap






Jakarta, 18/8/2013
© Originally written by Sonny H. Sayangbati




_______________


Catatan :



- Orang yang pertama kali mengatakan secara ilmiah bahwa bumi ini bulat adalah Galileo Galilei pada tahun 1616, pernyataan ini dikecam oleh kekuasaan gereja pada waktu itu. Ajaran gereja pada waktu itu berpendapat bahwa bumi itu datar (bandingkan dengan Yesaya 40:22 : "Ada Pribadi yang tinggal di atas lingkaran bumi, yang penghuninya seperti belalang-lompat, Pribadi yang membentangkan langit seperti kasa halus, yang membentangkannya seperti kemah tempat tinggal").

Tentu saja belakangan hal ini diperkuat lagi dengan sebuah foto satelit ataupun pembuktian melalui perjalanan angkasa oleh para astronot.

Seandainya burung bisa bicara kepada manusia tentu dia akan meneguhkan pendapat Galileo Galilei itu, sehingga tidak terjadi perbedaan pandangan yang membutuhkan waktu yang panjang, perdebatan bahkan penahanan serta pertumpahan darah.


- Menurut para ahli, disamping burung digerakkan oleh nalurinya, ia juga bergerak dari satu benua ke benua lain berdasarkan hukum alam yaitu musim-musim yang berganti-ganti.

Burung turut serta berjasa kepada kehidupan manusia, ia turut serta dalam menciptakan hutan-hutan lebat di bumi ini, karena dia menjatuhkan benih-benih ke tanah.


- Burung adalah makhluk yang pertama keluar dari bahtera Nabi Nuh, dan diperintahkan untuk melihat keadaan bumi sewaktu peristiwa air bah global melanda bumi, burung merpati tersebut membawa bukti dengan membawa daun zaitun yang menandakan bahwa air bah sudah surut.


- Kata 'burung', sering digunakan oleh penyair bahkan Yesus Kristus (Isa Almasih) mempergunakan perumpamaan dalam mempermudah maksud atau tujuan dari ajarannya. 'Belajarlah dari burung', katanya.

Kamis, 22 Agustus 2013

(PUISI 2,7) Pohon, Tempatku Berlindung



Pohon, Tempatku Berlindung




1.

Daun hijau yang embun,
tempat mataku berteduh



2.

Tubuhmu berduri-duri,
kaktus yang tandus, aku beriman



3.

Oh pohon air dalam hening
teratai bertapa



4.

Sudahkah engkau lihat pohon rendah hati,
kelapa



5.

Dupa persembahan raja-raja,
mawar janganlah berdusta



6.

Bukankah engkau disebut-sebut,
daun zaitun minyak emas



7.

Dikejauhan seperti fatamorgana,
kekasihku hitam manis, kurma



8.

Dikecupan malam semerbak baumu,
melati, rembulan menantimu



9.

Layangkanlah pandangmu ke puncak-puncak gunung,
edelweis tersenyum



10.

Sakura, sakura, sakura
elok warna-warni, aku mencintaimu







Jakarta, 21/8/2013
© Originally written by Sonny H. Sayangbati