Minggu, 16 Februari 2014

(Artikel Sastra) - Puisi Dan Secangkir Kopi








Secangkir kopi
mengalir lesap ke dalam
puisiku kembali



Jaga Blengko, 13-2-14
Jack Phenomenon



Menurut sebuah tulisan, minuman yang paling populer dan hampir dua per tiga penduduk bumi menyukainya adalah minuman 'kopi' (1), tidaklah heran membaca keterangan ini. Dan di Indonesia boleh dikatakan demikian dan hampir di mana-mana ada warung kopi dengan ciri khas dan jenis kopinya masing-masing.

Tiap daerah di Indonesia hampir memiliki ciri khas kopi, baik cara membuatnya maupun resep yang dimilikinya secara turun temurun, bahkan di kota Jakarta yang tidak memiliki kebun atau lahan tanaman kopi tiap daerah atau kawasan seperti misalnya daerah Jatinegara memiliki kopi merk Biskota (2), ada lagi di daerah Hayam Wuruk, Jakarta Barat dikenal dengan merk kopi Warungtinggi (3), Di daerah saya tinggal misalnya di Kemandoran, Jakarta Selatan ada sebuah pabrik kopi dengan merk dagang kopi cap Ayam Merak, dan saya kira juga di daerah-daerah atau kawasan lain di Jakarta memiliki merk kopinya masing-masing, yang biasanya dibungkus dengan kertas sampul coklat yang khas.

Belum lagi di daerah-daerah lain yang kita kenal sebagai minuman yang populer dan memiliki kebun kopi yang luas, sebut saja di daerah seperti Aceh (Tanah Gayo), Kopi Medan, Padang, Lampung, Toraja, Timor, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, ya boleh dikata hampir dikeseluruhan wilayah Indonesia memiliki tradisi minum kopi dengan berbagai resep tradisionalnya. Dan yang paling terbaru adalah penemuan kopi khas Indonesia, yaitu kopi luak yang diambil dari kotoran binatang luak (musang), kopi luak ini adalah kopi paling mahal di dunia.

Tentu saja ada sejarahnya tanaman kopi ini bisa sampai di Indonesia, dan tanaman ini bukanlah tanaman asli Indonesia, melainkan di bawa oleh penjajah Hindia Belanda dan bangsa Arab dan India hingga sampai di Nusantara, tanaman tersebut merupakan tanaman asli benua Afrika.

Dahulu di Afrika atau di Arab minuman kopi dihidangkan tanpa gula, baru semenjak bangsa Eropa yang pertama kali memperkenalkan minuman kopi dengan mencampurnya dengan gula, sehingga menjadi sangat populer di negeri Turky sebagai bangsa yang sangat dekat dengan budaya Eropa saat itu.


Apa Hubungannya Kopi dan Puisi


Hal ini berdasarkan asumsi saja dan kebiasaan-kebiasaan orang-orang menikmati waktu santainya, dan biasanya ide-ide kreatif itu bisa muncul jika manusia dalam kondisi yang santai dan penuh inspirasi. Banyak topik yang bisa dibicarakan oleh orang-orang yang nongkrong di warung kopi mulai masalah politik, korupsi hingga letusan gunung berapi, hingga membaca puisi atau membuat puisi.

Kita simak saja sebuah puisi dari penyair Joko Pinurbo (Jokpin) ini :



Surat Kopi  (4)

Lima menit menjelang minum kopi,
aku ingat pesanmu: “Kurang atau lebih,
setiap rezeki perlu dirayakan dengan secangkir kopi.”
Mungkin karena itu empat cangkir kopi sehari
bisa menjauhkan kepala dari bunuh diri.
Kau punya bermacam-macam kopi
dan kau pernah bertanya: “Kau mau pilih
kopi yang mana?” Aku jawab: “Aku pilih kopimu.”
Di mataku telah lahir mata kopi.
Di waktu kecil aku pernah diberi Ibu cium rasa kopi.
Apakah puting susu juga mengandung kopi?
Kopi: nama yang tertera pada sebuah nama. Namaku.
Burung menumpahkan kicaunya ke dalam kopi.
Matahari mencurahkan matanya ke hitam kopi.
Dan kopi meruapkan harum darah dari lambungmu.
Tiga teguk yang akan datang aku bakal
mencecap hangat darahmu di bibir cangkir kopiku.
(2013)


Kita tidak tahu apakah penyair Joko Pinurbo ini menulis puisinya sambil minum secangkir kopi, tapi kita pasti tahu bahwa penyair ini pasti pernah minum kopi.

Suatu ketika saya ingat teman saya, shinshe Hendra yang menyarankan untuk membuat kopi dengan rasa kopinya sangat kental, dia menganjurkan untuk memasak air panas hingga mendidih, lalu siapkan cangkir atau gelas kopi, tuangkan kopi tiga sendok kecil (ukuran cangkir) sesuai ukuran dan tuangkan air panas kedalam cangkir setengah saja lalu baru masukkan gula secukupnya dan aduk dengan cepat dan tambahkan lagi dengan air panas hingga penuh. Cara minumnyapun unik, cangkir ditelungkupkan di tatakannya dan kita tinggal menyeruputnya dibibir tatakan cangkir tersebut, hal ini sering kita temukan di warung kopi Glodok, Jakarta Barat.

Di Aceh kita akan menjumpai kopi tarik dan disaring dengan kain semacam kaos kaki, unik sekali, ada juga yang membuat kopi dengan cara tradisional mulai dari mensangrainya dengan menggunakan kayu bakar khusus, sampai cara penyajiannya dengan wadah dari tanah liat ataupun teko dari tembaga dan lain-lain.

Di Pontianak atau di kota Singkawang sekitar tahun 1980-an, saya pernah menyaksikan tokei kedai kopi memperagakan membuat kopi ini dengan cepat saji, alias menggunakan gerakkan kungfu, unik sekali, akan tetapi sekarang ini hampir tidak ada, mungkin karena alasan generasi penerus yang lebih suka cara praktis, namun di beberapa kota pecinaan di Kota Pontianak seperti Senghi dan jalan Gajah Mada kedai kopi masih banyak dan mereka memiliki ciri khas menyanyikan minum kopi ini bersama pisang goreng yang ditaburi dengan adonan sarikaya. Demikian juga di kota Medan, Sumatera Utara.


Sekotak Kopi Puisi (5)

Hanya setumpuk kata-kata yang diseduh dengan nada. Yang disimpan dalam kotak makna. Bagai kopi yang membuka mata.


Dalam kehidupan sehari-hari kita akan mengalami minum kopi yang berulang-ulang, bagi pecandu kopi dalam sehari dapat minum sampai 5 atau 6 cangkir dalam sehari, orang seperti ini biasanya adalah seorang pemikir dan mungkin juga seorang pujangga. Suatu ketika di tahun 1990-an saya ngorol-ngobrol dengan seorang yang berasal dari Sumatera Utara, tepatnya dari daerah Dairi, saya terkejut dia bercerita, bahwa di sana orang-orang minum kopi memakai gelas besar dan banyaknya kopi bisa setengah gelas besar! Menakjubkan sekali saya mendengar kawan saya bercerita.

Apapun kebiasaan Anda minum kopi dan dengan cara apapun, memang suatu kebiasaan yang unik dan menarik, kita tidak bisa menghakimi seseorang dari kebiasaannya minum kopi, sebab dari minum kopi itu seseorang atau sekelompok manusia dari belahan dunia telah menghasilkan puisi-puisi terbaik mereka yang dibaca oleh bermilyar orang dari kurun waktu yang panjang.



Segelas Kopi dan Sepotong Senja (6)

“Jika harus mencair sebagai air, tak ingin cuma mengalir. Aku mau mengisi darahmu, mendiami tubuhmu hingga akhir.”



Kopi dan puisi adalah dua karunia yang patut kita syukuri dan nikmati, kopiku hitam pekat dan kental, puisiku indah dan berekstasi.







Jaga Blengko, 15-2-14
Jack Phenomenon












_____________________


1). http://www.okefood.com/read/2013/12/11/299/910959/minuman-kopi-terpopuler-di-dunia-2-habis
2). http://www.cikopi.com/2011/10/kopi-bis-kota-wong-hin/
3). http://www.tempo.co/khusus/selusur/merk.tua/page10.php
4). http://jokopinurbo.blogspot.com/
5). http://sekotak-kopi-puisi.blogspot.com/
6). http://segelaskopi.tumblr.com/

Rabu, 12 Februari 2014

(Artikel Sastra) - Seraut Wajah










"Seraut wajah
bak kembang pesona
duhai kekasih abadi."



Jaga Blengko, 11-2-14
Jack Phenomenon





Wajah adalah lukisan tubuh, gambar yang kelihatan dan mudah untuk diingat, dan wajah memiliki daya tarik yang kuat dalam memikat lawan jenis untuk menyukainya. Ada banyak sekali persepsi manusia tentang wajah, malah ada yang berani mengatakan dengan percaya diri : 'cinta pada pandangan pertama'.

Wajah adalah rumah bagi tubuh, tampilan kepribadian yang dapat dilihat dengan jelas melalui mimik, senyum, marah, diam, masa bodoh, berpaling muka dan tatapan dingin serta sambutan yang hangat.


Nilai Sebuah Wajah


Banyak para ahli yang menghubungkan wajah seseorang dengan kepribadiannya, misalnya dalam teori Lombrosso (1) : "bentuk struktur  wajah seseorang mencerminkan kepribadiannya." Apakah memang demikian ? Coba kita perhatikan penjelasan di bawah ini.

Sebuah Referensi mengatakan antara kaitan wajah seseorang dengan rohaninya yang paling dalam, misalnya : "Pelita tubuh adalah mata (wajah). Maka, jika matamu sederhana, seluruh tubuhmu akan cemerlang; tetapi jika matamu fasik, seluruh tubuhmu akan gelap. Jika dalam kenyataannya terang yang ada padamu adalah kegelapan, betapa hebat kegelapan itu! (2).

Seseorang yang memiliki kecenderungan hati yang sederhana, jujur, apa adanya serta memiliki religiositas dalam hidupnya itu akan tercermin di wajahnya, (mata yang sederhana) seperti dijelaskan oleh Referensi di atas, dan sudah tentu juga dalam sikapnya dalam kebersahajaan hidupnya, jika ia seorang katakan saja penyair atau sastrawan hal ini tertuang dalam perjalanannya lintas waktu dalam karya-karyanya.

Menurut Y.B. Mangunwijaya, penulis buku 'Sastra dan Religiositas', kata religiositas (3) itu mengandung :             "Religioitas lebih melihat aspek yang 'di dalama lubuk hati', riak getaran hati nurani pribadi; sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain. Pada dasarnya religiositas mengatasi, atau lebih dalam dari agama yang tampak formal, resmi ... "

Ini adalah gambaran umum dari wajah dan kepribadian seseorang, tentu saja adakalanya prediksi wajah seseorang bila dikaitkan dengan kepribadiannya juga seringkali meleset atau melenceng dari perkiraan banyak orang, misalnya saja jika kita perhatikan dan mengamati talk show di media elektronik televisi yang bisa secara lengkap memperlihatkan objeknya serta bahasa tubuhnya, kita dapat mengamatai dari kaca mata awam saja. Para kaum politik, tokoh-tokoh nasional ataupun tokoh-tokoh berbagai ulama dari berbagai agama serta para budayawan, sastrawan, para ahli ekonomi, pengamat akademisi, komentator, semua penampilan mereka telanjang di mata kita..

mereka semua yang tampil di mass media berupaya untuk menjaga image mereka agar terkesan bahwa mereka "baik, beradab, inteletual, bermoral, bisa dipercaya" dan lain-lain, namun ada juga yang berpenampilan apa adanya tidak dibuat-buat.

Seringkali kita merasa kesulitan untuk menganalisa mereka berdasarkan apa yang tampak di mata melalui pemberitaan mass media, walaupun kehadiran mereka di mass media bisa dikatakan sering tampil. Memang diperlukan seorang ahli dalam membaca gerak-gerik tubuh mereka atau menganalisis ucapan-ucapan para politikus yang dihubungkan dengan janji-janjinya semasa dia berkampanye dengan semasa dia setelah terpilih menjadi atau menduduki jabatan tertentu di kekuasaan atau eksekutif pemerintahan.

Ada ilmu khusus dalam ilmu komunikas politik atau dalam salah satu cabang ilmu psikologi dalam menilai gerak-gerik tubuh/wajah seseorang itu. Saya jadi teringat dengan tantangan seorang tokoh sastra Cecep Syamsu Hari yang menantang debat publik terbuka dengan Denny JA untuk menghadirkan seorang ahli : "Sangat penting, dan menjadi syarat utama debat publik itu dilakukan, adalah kehadiran seorang psikolog yang secara sukarela dan di bawah sumpah bersedia bertindak sebagai pengamat aktif selama debat publik itu berlangsung. Psikolog itu haruslah yang memiliki keahlian/spesialisasi dan kompetensi dalam bidang ekspresi-mikro tubuh untuk mendeteksi sekecil apa pun kemungkinan terdapatnya dusta atau kebohongan dari masing-masing pelaku debat publik." (4)

Untuk memastikan bahwa seseorang itu berbohong dengan ucapannya tidak semata-mata bisa sembarangan orang menilainya, dalam perkara kriminalitas ataupun dunia peradilan banyak perangkat yang digunakan, selain kadang-kadang seseorang itu diperiksa sering membuat pernyataan yang rumit dan bertentangan sampai diragukan. Di kepolisian ada sebuah alat yang dinamakan 'polygraph' (5)  (mesin detektor kebohongan), mesin ini dijalankan oleh seorang ahli yang bisa mengetahui bahwa orang ini bohong atau jujur dengan beberapa metode.

Namun bagi beberapa orang yang sudah profesional dan seringkali berurusan dengan mesin polygraph ini, adakalanya bisa mengelabui cara kerja mesin ini, mereka bisa lolos dari cara kerja mesin ini, mental dan otak mereka lebih kuat dari cara kerja mesin ini, melampaui metode mesin, sebab prinsip mesin ini adalah salah satunya : 'Berbohong adalah kerja keras bagi otak' (6)


Buka Dulu Topengmu


Tidak semua orang mau berbagi wajahnya dengan apa adanya, banyak alasannya, kejujuran kata sebuah Referensi 'adalah suatu sikap yang mulia, namun tidak praktis bagi banyak orang', ditambah lagi dengan pencurian identitas seseorang untuk tujuan kejahatan membuat manusia lebih bersikap 'tertutup dengan rapat', bahkan dalam suatu keluarga ruang privasi juga dibutuhkan.

Seringkali juga kejujuran seseorang dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, jika demikian hendaknya kita selektif dalam melakukannya itu. Namun nilai kejujuran tetap harus diketahui banyak orang, karena 'kepercayaan', masih menempati urutan yang mulia dalam melakukan kehendak apa saja.

Ingatlah sebuah lagu dari album Peterpan dulu yang memiliki lirik lagu cinta ini :


Topeng (7)


Kudapat melintas bumi
Kudapat merajai hari
Kudapat melukis langit
Kudapat buatmu berseri

Tapi kudapat melangkah pergi,
bila kau tipu aku di sini
kudapat melangkah pergi,
kudapat itu

Tapi buka dul topengmu
buka dulu topengmu
biar kulihat warnamu,
kan kulihat warnamu

Kau dapat cerahkan aku
Kau dapat buatku berseri
Kau dapat buatku mati
Kau dapat hitamkan pelangi

Kau dapat hitamkan pelangi, demikianlah sebah lagu mengungkapkan sebuah arti atau nilai kejujuran dari sebuah wajah, atau jangan ada lagi dusta di antara kita. Bagi sastra nilai sebuah kejujuran adalah harga mati yang harus diperjuangkan seumur hidup, dia sangat erat berhubungan dengan keyakinan kita, dogma kita, nilai-nilai yang kita anut secara konsisten dan tidak berubah dalam sikap hidup sehari-hari ataupun dalam kegiatan tulis menulis.

Untuk menjadi konsisten dan berarti bagi orang lain itu tidaklah mudah, banyak liku-liku yang harus dilaluinya, tetaplah netral secara politik, walaupun banyak penulis atau sastrawan juga berpolitik dan memperjuangkan sikap politiknya itu melalui berbagai macam tulisannya. Wajah politik itu hanya sementara dan menyakitkan, pilihlah wajah yang netral, wajah yang mudah dibaca oleh umum, bahkan seorang anak kecilpun bisa mengetahui apa yang ada dalam diri Anda.
Jangan remehkan anak kecil kata sebuah Referensi.


Wajah Yang Bersinar


Aku Hanyalah Sebuah Wajah (8)


Aku hanyalah sebuah wajah dari tanah liat berwarna coklat
seandainya bernafas itu pun pemberian karunia Ilahi
Apa yang kupunya ?
Semua karunia, siapalah aku ?
Sejenis rumput bergoyang dihembus angin sebentar kering dan mati
Aku hanya sebuah wajah mewarisi ketiadaan
sebentar bergaduh sebentar pula menguap
bagai asap menghilang dalam badai angin
siapalah aku hanya sebuah wajah
sebentar diingat lalu lupa selamanya
wajah yang sebentar mengerut
bagai bunga yang layu


09 Juni 2013



Kita mengenal arti dari typografi (perwajahan) dalam puisi, typografi juga menduduki tempat yang strategis dalam puisi dan menentukan puisi itu menjadi lebih indah dan bermakna. Demikianpun dengan kita, hendaknya wajah kita selalu mencerminkan kebaikan, sehingga sampai kapanpun nama atau wajah kita selalu dikenang, diingat dan diketahui sebagai 'orang yang baik', orang yang meninggalkan jejak-jejak yang patut diteladani, dikenal sebagai orang yang memiliki kepekaan sosial, cinta damai dan tidak suka berpolemik dari hal-hal yang kecil yang bisa dibicarakan dengan baik tanpa harus bertengkar, atau pak Jokowi (Gubernur DKI Jakarta) sering menggunakan istilah ini :

"Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha. Berjuang tanpa perlu membawa massa. Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan atau keturunan. Kaya tanpa didasari kebendaan." (9)

"Semua sastra yang baik selalu religius." (10) Seraut wajah semoga engkau mengenalnya dengan baik! 





Jaga Blengko, 12-2-14
Jack Phenomenon

















____________________



Daftar Referensi/Pustaka :


# Koleksi Puisi diambil dari koleksi pribadi Jack Phenomenon (Sonny H. Sayangbati)
(1) http://www.duniapsikologi.com/arti-kepribadian-dibalik-wajah-seseorang/
(2) Watchtower Library - New World Translation of The Holly Scriptres (Indonesian Edition)
(3) Sastra dan Religuisitas, Y.B. Mangunwijaya, Sinar Harapan, h. 11-12.
(4) TANTANGAN DEBAT PUBLIK KEPADA DENNY JA (Status Facebook Cecep Syamsu Hari - 11-2-14)
(5) http://rifkymedia.wordpress.com/2009/11/06/bagaimana-cara-kerja-lie-detector/
(6) http://alam.web.id/membaca-kebohongan/
(7) Lagu dengan judul Topeng, Album Peterpan
(8) http://www.karyapuisi.com/2013/07/puisi-aku-hanyalah-sebuah-wajah-sonny-h.html#.Uvse7bRoLIU
(9) http://gubernurdki.wordpress.com/2012/04/08/10-falsafah-hidup-jokowi/
(10) Sastra dan Religiositas, Y. B. Mangunwijaya, Sinar Harapan, h. 15.

Selasa, 04 Februari 2014

(Puisi) - Manisku












Dua orang sahabat yang saling bercengkerama,
yang satu anak kecil dan yang lain seekor anak kucing
mereka saling bicara dengan bahasa tubuh
demikianlah mereka saling percaya

Bilamana anak kecil makan di piring dengan lahapnya,
tak lupa sahabat kucing kecil menemaninya dan melihat
sahabatnya itu dengan mata yang tajam,
mata yang memelas, anak kecil membagi sepotong ikan untuknya

Mereka saling senyum dan tak lupa sang kucing
melingkari kaki sang anak dengan elusan bulu halusnya,
tanda sayang,
sang anakpun mengelus kepala kucing dengan mesra

Sekali-kali mereka tak menganggap siapa yang lebih tinggi,
dan siapa yang lebih rendah,
mereka bersahabat hingga besar dan bahkan sampai
anak kucing besar dan kawin, lalu punya anak

Mereka tetap bersahabat dari generasi ke generasi,
adakah mereka melihat perbedaan
yang satu binatang dan yang lain makhluk paling cerdas di bumi,
dari kecil mereka bertumbuh bersama,
melewati piring yang sama

Oh engkau manusia di bumi yang cerdas dan berhikmat
melebihi apapun jua, dapatkah engkau menjadi teman istimewaku
selama-lamanya di bumi.

Mungkin jika aku berbeda darimu, barulah engkau sayang,
bukankah kita lain jenis yang memadu kasih
dapatkah kita berkasih sayang,
aku ingin membelaimu sepanjang hidupku,
engkaupun dapat memelukku kapan saja engkau mau

Oh kucingku, manisku, manjamu







Jaga Blengko, 01/02/2014
Sonny H. Sayangbati