Senin, 31 Maret 2014

(Seluk Beluk Sastra) - Mengapa Cinta Sejati Sulit Ditemukan






Kita tidak kekurangan nasihat tentang cinta asmara.  Para ahli terapi dan penasihat menawarkan bimbingan. Masalah ini sering diperbincangkan di berbagai acara temu wicara di televisi.



DI INTERNET, banyak situs menawarkan tips-tips caranya menemukan cinta. Anda mungkin diiming-imingi akan menemukan ”rahasia yang luar biasa dan menakjubkan” dan akan belajar dari ”biro jodoh profesional”, ”pakar hubungan antarmanusia”, dan ”dokter cinta”, belum lagi dari para ahli terapi kejiwaan, psikolog, dan ahli perbintangan.

Topik tentang cinta juga membuat buku dan majalah laku keras. Beberapa di antaranya memuat janji yang muluk-muluk. Misalnya, sebuah buku mengaku dapat menunjukkan ”caranya membuat siapa pun jatuh cinta kepada Anda”. Yang lain menyingkapkan caranya Anda bisa menemukan ”pasangan yang sempurna hanya dalam waktu satu bulan saja”. Apakah satu bulan terlalu lama? Ada lagi buku yang membeberkan bagaimana dalam waktu ”90 menit atau kurang”, Anda bisa membuat orang mencintai Anda selamanya.

Sebagian besar nasihat itu bukannya cuma-cuma. Dan, banyak orang harus membayar dua kali. Pertama, mereka mengeluarkan uang untuk memperoleh nasihat itu. Lalu, ketika saran itu ternyata salah, dan sering begitu, mereka harus membayarnya dengan penderitaan emosi sewaktu hasilnya tidaklah seperti yang diharapkan.

Tetapi, ada satu buku berisi nasihat yang jika diterapkan tidak akan pernah salah. Buku itu juga membahas pokok ini dengan jujur, tanpa pernyataan yang sensasional dan janji yang tidak realistis. Meskipun ditulis lama berselang, nasihatnya tidak pernah ketinggalan zaman. Pengarangnya memiliki hikmat yang tiada bandingnya dan kasih yang tiada duanya. Barangkali, Anda sudah memiliki hadiah istimewa itu—Alkitab. Tidak soal keadaan atau latar belakang kita, Alkitab mengajarkan apa yang perlu kita ketahui tentang kasih. Dan, nasihatnya cuma-cuma.

Apakah Alkitab akan membantu kita memiliki hubungan baik dengan semua orang? Tidak. Ada orang yang memang tidak mau berteman dengan kita, seberapa kerasnya pun upaya kita. Dan, cinta sejati tidak dapat dipaksakan. (Kidung Agung 8:4) Namun, dengan menerapkan bimbingan Alkitab, kesempatan kita untuk memiliki hubungan yang penuh kasih dengan orang lain akan bertambah, meskipun untuk itu dibutuhkan waktu dan upaya. Aspek kasih ini akan dibahas di artikel berikutnya, tetapi pertama-tama, mari kita bahas mengapa kasih sejati semakin sulit ditemukan dewasa ini.

Kasih ”Akan Mendingin”

Dalam nubuat besarnya tentang ”penutup sistem ini”, Yesus dengan akurat menubuatkan kondisi dan tren pada zaman kita. Ia mengatakan bahwa dunia akan dicirikan oleh pelanggaran hukum dan perang, yang justru adalah kebalikan dari kasih! Ia juga mengatakan bahwa ”banyak yang akan . . . mengkhianati satu sama lain dan membenci satu sama lain” dan bahwa ”kasih kebanyakan orang akan mendingin”. (Matius 24:3-12) Tidakkah Anda setuju bahwa kasih di dunia ini semakin mendingin dan bahwa kasih yang tulus sulit ditemukan, sekalipun di dalam keluarga?

Selain kata-kata Yesus, rasul Paulus memberikan gambaran yang terperinci mengenai perilaku manusia pada ”hari-hari terakhir”. Ia menulis bahwa orang-orang akan menjadi ”pencinta diri sendiri, pencinta uang, congkak, angkuh, penghujah, tidak taat kepada orang-tua, tidak berterima kasih, tidak loyal, tidak memiliki kasih sayang alami, tidak suka bersepakat, pemfitnah, tidak mempunyai pengendalian diri, garang, tidak mengasihi kebaikan, pengkhianat, keras kepala, besar kepala karena sombong, mencintai kesenangan sebaliknya daripada mengasihi Allah”. (2 Timotius 3:1-4) Di banyak negeri, sifat-sifat itu telah menjadi sangat umum.

Pikirkan: Apakah Anda akan tertarik kepada orang yang angkuh dan tak tahu berterima kasih, yang tidak loyal, yang akan memfitnah atau mengkhianati Anda? Apakah Anda senang dengan orang yang hanya mencintai diri sendiri, yang cinta uang, atau yang cinta kesenangan? Karena orang yang egoistis membina hubungan atas dasar ketamakan dan keinginan pribadi, kepedulian apa pun yang mereka perlihatkan kepada orang lain kemungkinan besar bersifat mementingkan diri. Dengan bijaksana, Alkitab menasihatkan, ”Dari mereka berpalinglah.”—2 Timotius 3:5.

Perhatikan juga pernyataan bahwa orang-orang yang hidup pada hari-hari terakhir ”tidak memiliki kasih sayang alami”, atau, menurut terjemahan lain, mereka ”tidak memiliki kasih sayang yang normal bagi keluarganya”. Sungguh menyedihkan, semakin banyak anak yang tumbuh dalam keluarga seperti itu. Sering kali, anak-anak muda ini belajar tentang kasih dari apa yang mereka serap dari media. Tetapi, apakah media melukiskan gambaran yang akurat tentang kasih, yang akan benar-benar menghasilkan hubungan yang lebih baik?

Cinta Khayalan atau Cinta dalam Kehidupan Nyata?

Sampai taraf tertentu, kebanyakan dari kita dipengaruhi oleh media. Seorang peneliti menulis, ”Sejak kecil, kita telah dibombardir dengan dongeng dan kisah klise yang sulit dilupakan tentang seks, cinta, dan asmara dalam kebudayaan yang dipopulerkan oleh media—film dan televisi, buku dan majalah, radio dan musik, iklan, dan bahkan warta berita.” Ia juga menjelaskan, ”Sebagian besar gambaran media massa tentang seks, cinta dan asmara membentuk atau memperkuat harapan-harapan yang tidak realistis yang tidak dapat diabaikan sepenuhnya oleh kebanyakan dari kita. Media massa membuat kita tidak puas dengan teman hidup kita dalam kehidupan nyata juga terhadap diri kita sendiri.”

Ya, buku, film, dan lagu jarang menyajikan gambaran yang akurat tentang cinta. Memang, tujuan utama mereka adalah untuk menghibur, bukan mendidik. Jadi, para penulis terus memproduksi kisah-kisah romantis yang dibumbui dengan hal-hal fantastis yang akan menghasilkan uang. Sayangnya, sulit untuk membedakan antara fiksi dan realita. Karena itu, orang sering kecewa ketika hubungan mereka tidak sesuai dengan kehidupan para tokoh fiksi. Jadi, bagaimana kita bisa membedakan antara khayalan dan realita, antara asmara ala media dan cinta sejati? Pertimbangkan perbandingan berikut ini.

Cinta—ala Novel Versus Realita

Entah itu di buku, film, atau drama, kisah cinta mungkin bervariasi, tetapi bentuk dasarnya, atau rumusnya, tidak banyak berubah. Majalah Writer menyatakan, ”Sebagian besar penulisan kisah cinta tetap mengikuti rumus yang sama. Hal ini bukannya tanpa alasan. Rumus paten ’jejaka bertemu sang dara, sang dara raib, dan kembali ke pelukan’ telah terbukti ampuh untuk terus memikat pembaca, tidak soal latar atau zaman yang disajikan dalam novel itu.” Mari kita cermati rumus populer ini.

Jejaka bertemu sang dara: Seorang pangeran tampan bertemu seorang dara cantik, dan cinta pun bersemi. Seorang pengarang yang sukses memberi tahu para calon penulis novel asmara bahwa ”haruslah jelas bagi pembaca bahwa sejak pandangan pertama, kedua sejoli itu sudah saling berjodoh”.

Konsep cinta pada pandangan pertama menyiratkan bahwa cinta sejati hanyalah suatu perasaan—emosi yang tak terbendung yang melanda Anda sewaktu Anda bertemu sang belahan jiwa—bahwa cinta itu muncul begitu saja tanpa perlu banyak upaya atau pengenalan. Tetapi di dunia nyata, cinta lebih dari sekadar perasaan. Memang, perasaan tersangkut, tetapi cinta adalah hubungan yang teramat dalam antarmanusia yang juga melibatkan prinsip dan norma dan yang akan terus bertumbuh, asalkan dipupuk dan dibina dengan benar.—Kolose 3:14.

Lagi pula, dibutuhkan waktu untuk mengenal seseorang. Dugaan bahwa Anda sudah dapat menemukan pasangan yang sempurna pada pandangan pertama adalah ciri dari dongeng dan biasanya berakhir dengan kekecewaan. Selain itu, jika Anda cepat-cepat mengira bahwa Anda telah menemukan cinta sejati, Anda mungkin akan menutup mata terhadap kenyataan yang sebaliknya. Memilih teman hidup yang cocok membutuhkan lebih dari sekadar kesan kuat yang dipengaruhi oleh luapan perasaan tergila-gila. Jadi, jangan terburu-buru. Kenyataannya, banyak penelitian yang memperlihatkan bahwa pilihan teman hidup yang salah dapat berdampak negatif atas performa kerja, kesehatan mental dan fisik, dan bahkan memperpendek usia.

Sang dara raib: Seorang bangsawan jahat menculik dan melarikan sang dara cantik. Pangeran melakukan petualangan berbahaya guna menemukannya. Seorang juru bicara dari Persatuan Penulis Novel Percintaan di Amerika menyatakan, ”Alur utama kisah cinta haruslah tentang dua sejoli yang jatuh cinta dan berjuang untuk menyukseskan hubungan mereka.” Di kebanyakan novel, hubungan itu akan berhasil—pembaca sudah mengetahuinya. Berbagai rintangan, yang sering kali disebabkan faktor luar, dapat diatasi.

Dalam kehidupan nyata, biasanya ada problem karena faktor luar maupun faktor dalam. Problem itu bisa menyangkut uang, pekerjaan, kerabat, dan sahabat. Problem juga timbul ketika pihak yang satu tidak memenuhi harapan pihak yang lainnya. Pada tokoh-tokoh fiksi, kelemahan mereka biasanya sepele, tetapi halnya tidak selalu demikian dalam kehidupan nyata. Lagi pula di kehidupan nyata, tanpa upaya di pihak kita, cinta tidak dapat mengatasi cobaan atau perbedaan dalam hal pandangan, latar belakang, keinginan, dan kepribadian. Sebaliknya, cinta membutuhkan kerja sama, kerendahan hati, kelembutan hati, kesabaran, dan kepanjangsabaran—sifat-sifat yang tidak selalu berkembang secara alami atau mudah.—1 Korintus 13:4-7.

Sang dara kembali ke pelukan kekasihnya. Pangeran itu menyelamatkan sang dara cantik dan menyingkirkan si bangsawan. Mereka menikah dan hidup bahagia selama-lamanya. Seorang 

editor novel percintaan memberi saran berikut kepada para calon penulis, ”Kisahnya harus selalu berakhir dengan ’hidup bahagia selama-lamanya’. . . . Pembaca harus merasa senang karena pasangan itu bisa hidup bersama dan bahagia.” Novel percintaan jarang menceritakan tokoh-tokohnya selama tahun-tahun pascapernikahan. Selama masa itu, ketidaksesuaian dan segudang masalah serta kesulitan lainnya bisa jadi telah menguji hubungan tersebut. Sebagaimana diperlihatkan statistik perceraian, banyak perkawinan yang akhirnya tidak lulus dari ujian itu.

Ya, cinta ala novel tampak relatif mudah; cinta di dunia nyata butuh upaya. Jika Anda memahami perbedaan di antara kedua hal itu, Anda tidak akan mengembangkan harapan yang naif dan tidak realistis. Anda juga akan dibantu untuk tidak tergesa-gesa membuat komitmen yang akan Anda sesali di kemudian hari. Artikel berikut akan membahas cara mengembangkan kasih sejati yang tidak mementingkan diri dan cara Anda bisa menjadi orang yang lebih mudah dikasihi.





[Blurb di hlm. 5]

Orang yang kurang mengasihi akan kurang dikasihi

[Blurb di hlm. 7]

Cinta ala novel tampak relatif mudah; cinta di dunia nyata butuh upaya

[Kotak/Gambar di hlm. 6]

Tokoh-Tokoh dalam Novel Percintaan
  
Di Amerika Serikat, setiap tahun novel percintaan mengeruk lebih dari satu miliar dolar dalam penjualannya. Kira-kira setengah dari novel yang terjual di negeri itu adalah novel percintaan. Menurut statistik yang dikeluarkan oleh Persatuan Penulis Novel Percintaan di Amerika, tiga ciri utama yang dicari oleh pembaca, yang sekitar 90 persennya adalah wanita, dalam diri tokoh pria adalah otot, ketampanan, dan kecerdasan. Sedangkan untuk tokoh wanita, tiga ciri yang paling populer adalah kecerdasan, kepribadian yang kuat, dan penampilan yang menarik.

[Gambar di hlm. 6, 7]

Media jarang menyajikan gambaran yang akurat tentang cinta




___________________

Sumber : Watchtower Library
Majalah Sedarlah 2006

Minggu, 30 Maret 2014

(Cerita Penjuru Dunia) - Bangsa Cossack Sang Penakluk: Dari Alaska Sampai Paris


Sumber Tulisan : RBTH Indonesia [Russia Beyond The Headlines]
http://indonesia.rbth.com/discover_russia/2014/03/28/bangsa_cossack_sang_penakluk_dari_alaska_sampai_paris_23487.html

____________________



28 Maret 2014 RBTH, Ivan Nikolayev
 
Bangsa Cossack adalah bangsa yang dulu menemukan Siberia dan Alaska, melindungi perbatasan Rusia, pernah memberontak melawan Kekaisaran Rusia, namun kemudian mengabdi kepada para Tsar dengan loyal. Bangsa Cossack sangat ditakuti oleh orang-orang Eropa. Bangsa ini pernah menaklukan Paris, mengalahkan Turki Ottoman, serta dikagumi panglima-panglima Napoleon atas kemampuan bertempur mereka. RBTH akan mengulas bangsa Cossack pada masa prarevolusi yang jelas merupakan bagian unik dalam sejarah Rusia. 
 Bangsa Cossack Sang Penakluk: Dari Alaska sampai Paris 
 Para Don Cossack di akhir abad ke-19. Kredit: RIA Novosti

Kata kazak (yang umum ditulis 'cossack') berasal dari keluarga bahasa Turki yang artinya “orang bebas, petualang, pengembara”. Akar kata ini dapat ditemukan dalam nama bangsa Kazakh modern.



Tak ada yang bisa menyebutkan kapan tepatnya bangsa Cossack lahir, namun diyakini riwayat Cossack dimulai pada abad ke-15 ketika nama tersebut mulai sering muncul dalam dokumen sejarah.

Penindasan feodal, kelaparan, kekeringan, penyakit, penganiayaan oleh Old Believers (kelompok Ortodoks Rusia), serta berbagai kemalangan lain memaksa masyarakat yang aktif dan bersemangat dari seluruh Rus mencari wilayah lain untuk ditempati. Mereka mencari ‘tanah tak bertuan' untuk kehidupan yang lebih baik, menyusuri pesisir padang rumput Eropa Timur yang keras di bagian bawah Sungai Dnieper, Don, Terek, Volga dan Ural. Di tepi sungai-sungai besar itulah masyarakat Cossack yang mandiri terbentuk.


 




Mereka pernah bertempur dengan semua tetangganya: Kadipaten Agung Muscovy (Grand Duchy of Muscovy), Kerajaan Krimea, Turki, serta Persemakmuran Polandia-Lithuania. Jika diperlukan, mereka akan membentuk aliansi sementara dengan musuhnya. Dengan banyaknya jalur dagang yang mereka kuasai, bangsa Cossack menarik bayaran dari semua orang yang ingin melalui wilayah mereka, bahkan terkadang dengan cara merampok.

Dari mana asal bangsa Cossack? Menurut para peneliti, bangsa Cossack jelas memiliki unsur Rusia dan Slav Timur. Dengan pengaruh unsur Turki dan Kaukasia, banyak keturunan Cossack yang berambut hitam dan bermata gelap. 

Sejak dulu, bangsa Cossack berbicara dalam berbagai dialek bahasa Rusia yang dapat dipahami oleh orang Rusia, kecuali untuk beberapa kata tertentu. Meski bangsa tersebut tidak pernah memiliki identitas nasional yang kuat seperti bahasa, mereka memiliki identitas kelas dan kepercayaan (Ortodoks) yang cukup berkembang.


 Saat ini, bangsa Cossack telah menganggap diri mereka orang Rusia, dengan darah Rusia khusus. Para ahli menyebutnya 'subetnisitas'. 



Identitas Ortodoks bangsa Cossack membuat mereka jatuh ke dalam kekuasaan Muscovy yang baru bangkit, lalu kemudian berada di bawah kuasa Kekaisaran Rusia dengan hukum penaklukan atau feodal. Wilayah Cossack diatur dengan hukum internal mereka sendiri, semacam demokrasi Cossack. Mereka hanya mau memilih komandan dari wilayah mereka sendiri saat perang. Saat masa damai, semua orang Cossack dianggap setara.

Namun demikian, bangsa Cossack terus berada di bawah tekanan Tsar selama abad ke-17 dan ke-18. Tsar menggunakan segala cara untuk melawan ‘pemberontak’. Wajar jika kemudian upaya-upaya itu ditanggapi dengan perlawanan sengit. Para pemimpin Cossack yang disebut Ataman memimpin berbagai pemberontakan terhadap Moskow, mendorong ribuan petani untuk membuat kekacauan. Stepan Razin memimpin sebuah pemberontakan besar terhadap Tsar Alexis pada 1670-1671. Hal tersebut diikuti pembangkangan Kondraty Bulavin terhadap Peter yang Agung dan perlawanan Yamelyan Pugachev terhadap Katarina yang Agung. Zaporizhian Sich dibubarkan oleh sang Kaisar karena penduduknya keras kepala, sehingga bangsa Cossack harus pindah ke wilayah Kuban. Tetapi sejumlah orang Cossack memilih pindah ke wilayah Ottoman dan membentuk Danubian Sich yang loyal kepada Sultan Ottoman, sementara yang lain pindah ke Vojvodina, tempat mereka mengabdi kepada Keluarga Kerajaan Habsburg di perbatasan Austria dan Turki.


 
Lukisan yang menggambarkan Zaporizhian Cossack yang sedang menulis surat kepada Sultan Turki karya seniman terkenal Rusia Ilya Repin. Untuk menggambar lukisan ini Repin pergi ke Kuban dan belajar dari orang-orang Cossack yang masih hidup. Sumber: PressPicture




Penakluk Tangguh


Meski hubungan antara Kekaisaran Rusia dan bangsa Cossack penuh ketegangan, pada masa damai Kekaisaran Rusia tetap memanfaatkan orang-orang Cossack untuk membantu memperluas wilayahnya. Orang Cossack berperan besar dalam menaklukan wilayah Pegunungan Ural, Siberia dan Timur Jauh Rusia menjadi bagian dari Federasi Rusia. Banyak kota yang didirikan oleh bangsa Cossack di wilayah-wilayah tersebut, termasuk yang sekarang menjadi ibukota Irkutsk, Khabarovsk, Omsk, Tomsk, Republik Sakha, Blagoveshchensk, Petropavlovsk-Kamchatsky, Orenburg, Krasnoyarsk, Krasnodar, Grozny, serta masih banyak lagi.






Orang-orang Cossack berpetualang hingga mencapai Samudra Pasifik, perairan maha luas tersebut bahkan tidak dapat menahan mereka.  Pada 1648, Semyon Dezhnyov menemukan sudut lain Amerika dan memperluas wilayah Rusia hingga Alaska.

Penaklukan banyak wilayah Eurasia yang sekarang menjadi bagian integral Federasi Rusia sebagian merupakan rencana strategis dan instruksi langsung dari Tsar, namun sebagian juga merupakan akibat keinginan dasar bangsa Cossack untuk hidup secara merdeka dan bebas jauh dari Tsar dan pemerintahan. Di wilayah-wilayah itulah cadangan minyak, gas, emas, dan mineral lain terkonsentrasi dan kini menjadi kekayaan alam Rusia.

Tak dapat dipungkiri bahwa sifat bawaan orang Cossack memang keras karena dibesarkan sebagai prajurit sejak bayi. Mereka kasar dan sering kali kejam dalam berurusan dengan penduduk setempat. Namun mereka dapat membangun fondasi hidup bersama yang damai antara warga Rusia dan penduduk asli yang tanahnya mereka duduki, tidak seperti bangsa Eropa yang memusnahkan penduduk asli secara besar-besaran ketika melakukan ekspansi ke wilayah lain.



Prajurit Hebat yang Loyal


Tidak ada satu pun suku atau penduduk asli yang dihancurkan selama kolonisasi Rusia yang dilakukan oleh bangsa Cossack.


Setelah Pemberontakan Pugachev surut, otoritas kekaisaran memutuskan bahwa demi kebaikan mereka sendiri konflik dengan bangsa Cossack harus dihindari. Kelas prajurit hebat Cossack pun lahir. Kewajiban utama mereka adalah menjaga perbatasan Kekaisaran dan melakukan kampanye militer. Mereka mendapat hak-hak istimewa tertentu dari Tsar atas jasa mereka berupa tanah yang luas, status bebas pajak dan hak untuk memiliki pemerintahan internal. Para Don Cossack bahkan diberi wilayah otonom sendiri yakni Provinsi Tentara Don Cossack. Berkat kesepakatan ini, pemerintah yang berhati-hati untuk tidak berkonflik dengan bangsa Cossack bisa mendapat dukungan tanpa syarat dari mereka. Sejak saat itu, bangsa Cossack menjadi salah satu yang paling loyal kepada Tsar. Mereka mengorganisir diri dengan sangat baik, memiliki senjata, sangat terampil bertempur dan selalu siap untuk menumpahkan darah “demi Tsar dan Ortodoks”.


 
 Brigade Cossack. Balkan, 1877-1878. Sumber: Press Photo/arsip bioskop dan foto dokumentasi Rusia
 

Sesuai tradisi, setiap Don Cossack muda menerima kuda, tombak, pedang, senapan, belati, dua pistol dan dua setel seragam musim dingin dan musim panas dari keluarganya.


Abad ke-19 adalah zaman keemasan bangsa Cossack. Para Don Cossack di bawah kepemimpinan Matvei Platov bersama tentara Rusia yang digdaya mengalahkan Napoleon dan merebut Paris. Dengan melakukan hal tersebut, mereka memberi Eropa dan dunia sebuah citra baru penunggang kuda yang tak terkalahkan dan kata bistro pun masuk ke dalam bahasa internasional. Bangsa Cossack tak hanya berhasil menekan pemberontakan di wilayah Rusia (Polandia), mereka juga menyelamatkan Kekaisaran Habsburg dari pemberontak Hungaria pada 1848. Di sini mereka bertempur melawan warga Austria, orang-orang Serbia yang tetap loyal kepada Wina. Pada 1878, tentara Cossack dan Rusia mengalahkan Turki Ottoman yang akhirnya menghantarkan Bulgaria, Serbia dan Rumania ke pintu kemerdekaan.  Orang Cossack membantu meredakan pemberontakan lokal dan bertempur gagah berani di garis depan dalam Perang Rusia-Jepang dan Perang Dunia I. Semua itu terjadi sebelum bermulanya perang saudara berdarah yang begitu menyedihkan pada 1918. Tetapi sejarah bangsa Cossack pada abad ke-20 merupakan kisah yang berbeda.

Fakta Menarik

  • Tsar Pavel I yang bersekutu dengan Napoleon, mengirim tentara Cossack untuk menaklukkan India. Akan tetapi, kematian sang Tsar mengakhiri misi ini.
  • Kuda Cossack dikenal dengan daya tahan yang tangguh dan kecantikannya yang mengagumkan.
  • Anda dapat melihat Don Cossack di lukisan-lukisan tua, ia memakai seragam biru dengan garis celana merah dan taji.   
  • Orang Cossack Terek dan Kuban mengambil banyak budaya dari tetangganya di Kaukasus, termasuk gaya busana, cara menari, senjata, dan sebagainya. 
  • Syekh Persia memiliki brigade Cossack yang meniru Tentara Cossack Rusia. Brigade tersebut dipimpin oleh seorang perwira Rusia. 
  • Desa Parizh (nama Rusia untuk Paris) di Kawasan Chelyabinsk, Pegunungan Ural diberi nama demikian untuk menghormati masyarakat Cossack Ural yang turut serta menyerang Paris pada 1814. 

Jumat, 28 Maret 2014

(Cerita Penjuru Dunia) - Toko Merah






Gedung tua sebagai saksi kejayaan Batavia lama di tepian Muara Ciliwung. Bangunan tersebut pernah menjadi tempat tinggal Gubernur Jenderal von Imhoff (1705-1751). Bangunan Toko Merah terletak di Jl. Kali Besar No. 11, Jakarta Barat. Secara administratif berada di Kelurahan Roa Malaka, Kec. Tambora, Wilayah Kota Jakarta Barat. Letak bangunan pada masa kejayaan VOC sangat strategis, berada di kawasan jantung kota asli Batavia, berdekatan dengan pusat pemerintahan VOC (Stadhuis). Dari segi bisnis, Toko Merah justru terletak di tepi barat Kali Besar (de Groote River), sebagai "central business district" nya Batavia. Pada saat itu Ciliwung merupakan urat nadi lalu lintas air yang ramai dilayari hingga ke pedalaman. Kawasan Kali Besar sendiri merupakan salah satu wilayah hunian elit di dalam Kota Batavia.

Sejarah Toko Merah: Toko Merah dibangun pada tahun 1730 oleh Gustaaf Willem Baron van Imhoff (kemudian menjadi gubernur jenderal) sebagai rumah tinggal. Pada saat ia membangun Toko Merah jabatannya masih sebagai opperkopman, sehingga kadangkala orang meragukan bahwa Toko Merah dibangun van Imhoff. Rumah tersebut dibangun sedemikian rupa, sehingga besar, megah dan nyaman. Nama "Toko Merah" berdasarkan salah satu fungsinya yakni sebagai sebuah toko milik warga Cina, Oey Liauw Kong sejak pertengahan abad ke-19 untuk jangka waktu yang cukup lama. Nama tersebut juga didasarkan pada warna tembok depan bangunan yang bercat merah hati langsung pada permukaan batu bata yang tidak diplester. Warna merah hati juga nampak pada interior dari bangunan tersebut yang sebagian besar berwarna merah dengan ukiran-ukirannya yang juga berwama merah. Di samping itu dalam akte tanah No. 957, No. 958 tanggal 13 Juli 1920 disebutkan bahwa persil-persil tersebut milik NV Bouwmaatschapij "Toko Merah".

Bangunan Toko Merah terdiri dari 2 gedung dan sempat beberapa kali berpindah pemilik seperti kepada Jacob Mossel, anak Gubernur Jenderal Mossel yang bernama Phillippine Theodore Mossel; Gubernur Jenderal Petrus Albertus van der Parra, Renier de Klerk, Nicolaas Hartingh, Baron van Hohendorf, dll. Pada tahun 1743-1755 dijadikan Kampus dan Asrama Academie de Marine (akademi angkatan laut), kemudian berpindah tangan lagi. Pada tahun 1786-1808 bangunan ini digunakan untuk Heerenlogement atau hotel para pejabat. Tahun 1809-1813 seluruh bangunan dijadikan rumah tinggal oleh Anthony Nacare. Kurun waktu 1813-1851 kepemilikan beberapa kali berganti hingga kemudian dimiliki oleh Oey Liauw Kong yang berfungsi sebagai taka, sehingga populer dengan sebutan "Taka Merah". Berpindah lagi pada Oey Kim Tjiang (gedung utara), Oey Hok Tjiang (gedung selatan), Kultur Hong Hiu Kongsi (seluruh bangunan), digunakan sebagai kantor oleh Borneo Compagnie (1900). Di tahun 1901 bagian-bagian ruang samping rumah sebelah utara diambil untuk membentuk Compagnies kammer di Museum Pusat. Kemudian sebagai kantor Behn Meiwe & Co (1917). Tahun 1920 dibeli dan dipugar oleh NV Bouw Maatschappij "Toko Merah" yang menelan biaya satu juta gulden. Bangunan ini diperbaiki lagi oleh Bank Voor Indie yang kemudian berkantor di sini hingga tahun 1925. Kemudian ditempati oleh sejumlah Biro dan Kantor Dagang: Algemene Landbouws Syndicaat, De Semarangse Zee en Brandassuransi Mij, dan WM Muller. & Co. Tahun 1934-1942 menjadi Kantor Pusat N.V. Jacobson vanl den Berg salah satu perusahaan "The Big Five" milik Kolonial Belanda. Di masa pendudukan Jepang menjadi Gedung Dinas Kesehatan Tentara Jepang. Ditempati oleh tentara gabungan Inggris-India. Sesudah kemerdekaan menjadi Kantor Dagang Nigeo Eksport. Kemudian di tahun 1946-1957 menjadi kantor N.V. Jacobson van den Berg lagi. Saat terjadi nasionalisasi terhadap semua perusahaan asing di Indonesia N.V Jacobson van den Berg diubah menjadi P.T. Yudha Bakti. Ditahun 1961 berubah menjadi P. N. Fajar Bhakti, berubah lagi menjadi P. N. / P. T. Satya Niaga di tahun 1964. Selanjutnya di tahun 1977 berubah menjadi PT Dharma Niaga (Ltd) dan gedung tersebut tetap digunakan sebagai kantor. Toko Merah merupakan rumah mewah terbesar dari abad ke-18 di dalam Kota yang masih dalam keadaan terpelihara baik.

Arsitektur: Gedung Toko Merah dibangun di atas areal seluas 2.455 m2. Bangunan terdiri atas tiga gedung yang menyatu. Bangunan depan (tingkat dua) dan belakang (tingkat tiga), membujur dari utara ke selatan, adapun bangunan tengah merupakan penghubung bangunan utara dan selatan, melintang dari timur ke barat. Arsitektur bangunan mencerminkan perpaduan bangunan Cornice House (bangunan dengan dinding muka yang ujung atasnya datar dan diberi profil-profil pengakhiran) pada abad ke-18 dan atap tropis. Bangunan Toko Merah sebenarnya merupakan bangunan kembar, dua rumah di bawah satu atap. Hal itu terlihat dengan adanya dua buah pintu masuk ke dalam bangunan dan adanya parapat pemisah yang biasa dibuat untuk mencegah apabila terjadi kebakaran tidak menjalar ke gedung sebelahnya.

Bangunan depan dan belakang dihubungkan dengan bangunan satu lantai berplafon dua tingkat. Kedua bangunan ini berhubungan secara terbuka dan secara visual memberi kesan terbagi oleh adanya tujuh buah pilar tembok persegi panjang dan bukaan yang dibingkai architrave berskala tinggi, berukuran 3,5 m x 2,1 m. Bingkai pilar terbuat dari kayu berwarna merah tua dengan garis keemasan. Di lantai dua terdapat tembok tengah sebagai pemisah ruangan atas yang merupakan terusan dari tembok sebelah bawahnya. Tembok itu berlanjut terus hingga mencapai bubungan atap, baik atap depan, tengah maupun belakang. Tembok pemisah itu juga berfungsi sebagai penyangga guna menopang dan mendukung beban atap yang tinggi dan berat. Tembok depan bangunan yang terbuat dari susunan batu bata yang tidak diplester dapat memberikan kesan unik bagi gedung ini.

Toko Merah memiliki dua buah pintu masuk berukuran besar dan tinggi. Pada bagian atas kedua pintu masuk bangunan terpasang fanlight atau jendela angin yang berada pada satu kusen dengan pintu. Kedua jendela angin kaca di atas pintu (bovenlichten) itupun berpola kotak-kotak dan masing-masing memiliki 30 buah kotak. Semua jendela masih menerapkan gaya abad ke-18 dan berskala monumental guna mengimbangi ruangan-ruangan besar di dalamnya. Kemudian untuk mencapai lantai bagian atas bangunan, terdapat enam buah tangga, kesemuanya berwarna merah hati, terbuat dari kayu terukir artistik. Dari depan bangunan ini seolah hanya memiliki sebuah atap, namun kenyataannya memiliki tiga buah atap. Bangunan depan dan belakang memiliki atap dengan bubungan yang memanjang dari utara ke selatan. Sementara atap bangunan tengah, bubungan atapnya melintang dari timur ke barat, sekaligus sebagai atap penghubung bagi kedua atap bangunan depan dan belakang. Atap bangunan berbentuk atap pelana atau atap rumah kampung, terbentuk oleh susunan kerangka kuda-kuda segitiga yang dihubungkan oleh kerangka-kerangka yang membentang di atasnya tetap orientasi susunan kerangka atap ini menyamping dari arah hadap bangunannya. Susunan kerangka tersebut membentuk dua bidang miring yang berbentuk empat persegi panjang yang menjadi tempat dimana penutup atap.

Bangunan Toko Merah memiliki cukup banyak ruangan, baik di lantai dasar, lantai 2 maupun lantai 3. Selain ruang besar (aula) di lantai dasar dan lantai 2, ruang-ruang lain berfungsi sebagai kamar. Di lantai dasar terdapat 16 buah kamar, masing-masing 8 buah di rumah sebelah utara dan 8 buah di rumah sebelah selatan. Di lantai 2 kamarnya berjumlah 4 buah dan terdapat di bangunan bagian belakang. Sementara di tingkat 3 terdapat 5 buah kamar. Bangunan tambahan di areal belakang memiliki sejumlah kamar.

Gedung Toko Merah yang tak di pakai untuk gedung PT. Dharma Niaga terletak di Jl. Kali Besar Barat No.107, Jakarta Barat. Bangunan yang pernah digunakan sebagai rumah kediaman Gubernur Jenderal VOC Baron van Irnhoff tersebut memiliki arsitektur bergaya Barok abad ke-18, terlihat pada elemen cornice dan jendela tinggi yang dominan. Bangunan ini juga merupakan perpaduan gaya klasik Eropa dan Cina, terutama pada ornamen dalam bangunan. Unsur Cina berupa warna merah hati ayam cukup dominan pada bangunan ini, baik pada warna tembok depan maupun pada interior dari unsur kayu di dalamnya. Di samping itu terdapat unsur tradisional yang juga terdapat pada bangunan, yang terlihat pada hiasan motif kisi-kisi pipih pada balustrade (jeruji pengaman pada samping tangga), terdapat pada tangga di rumah bagian utara lantai 3. Hiasan semacam itu banyak ditemukan pada balustrade rumah-rumah Melayu. Apabila sekarang orang mengenalnya dengan sebutan Toko Merah adalah karena elemen luar dan dalam bangunan didominasi warna merah. Salah satu keunikan lainnya adalah tangga dengan gaya Baroque yang merupakan satus-atunya di Jakarta. Bangunan merupakan penggabungan dari dua bangunan ini menyimpan sejarah yang cukup panjang. Sebelum PD II, bangunan yang terlihat mencolok di antara bangunan di sekitarnya, karena dinding luarnya yang berwarna merah Bangunan ini menerima Penghargaan Sertifikat Sadar Pemugaran 1993.




Hits: 8006






_____________________

Sumber Foto : Indonesia Tempo Doeloe
Sumber Artikel : Ensiklopedia Jakarta

(Seluk Beluk Sastra) - Cara Mudah Menikmati Sebuah Puisi Oleh Hamberan Syahbana



Hamberan Syahbana




01
MENIKMATI PUISI

       Menikmati sebuah puisi itu gampang-gampang susah. Tentu saja untuk menikmati sebuah puisi itu akan lebih nikmat rasanya jika kita mengerti dan memahami apa yang disajikan dalam sebuah puisi akan kita nikmati itu. Bagi sebahagian besar orang mengerti dan memahami sebuah puisi itu lebih sulit daripada mengerti dan memahami sebuah cerpen dan novel. Ungkapan ini memang ada benarnya juga. Kenapa? Karena kata-kata dan informasi yang disajikan dalam sebuah puisi itu lebih sedikit lebih singkat dan lebih padat daripada kata-kata dan informasi yang disajikan dalam sebuah cerpen dan sebuah novel.

       Kesulitan dalam mengerti dan memahami puisi itu antara lain karena di dalam teks puisi pada umumnya sering bahkan banyak ditemukan penggantian arti (displacing ofmeaning), penyimpangan arti (distorting of meaning) dan penciptaan arti baru(creating of meaning)

     Puisi adalah karya sastra yang tersulit dipahami pembacanya, dibanding dengan cerpen atau novel. Karena informasi yang disajikan dalam sebuah puisi tidak selengkap yang ada pada cerpen dan novel. Untain larik-lariknya juga lebih banyak menyajikan bahasa-bahasa ungkapan yang masih memerlukan penafsiran khusus. Rangkaian kata-kata yang tersaji pada umumnya bersifat ambiguitas yakni mengandung banyak makna. Dan penafsirannya juga bisa melebar ke mana-mana.

     Puisi ditulis oleh pengarangnya bukan hanya sekedar untuk mengungkapkan pikiran dan persaannya saja, tetapi juga untuk memberikan rasa suka bagi pembacanya. Rasa suka adalah tahapan awal yang mengantarkan pembaca kepada pesan moral yang ingin disampaikan penulisnya.Karena apabila pembaca tidak mendapatkan rasa suka maka puisi itu tidak akan dibaca lagi.

     Untuk memberikan rasa suka tsb penulis menggunakan bermacam cara. Di antaranya dengan menggunakan diksi atau pemilihan kata yang dianggap tepat. Kata-kata yang indah, menawan, mempesona dan memukau.Kata yang digunakan sangat menentukan nada dan suasana dalam sebuah puisi.Kata-kata yang bernada duka akan menimbulkan suasana iba. Kata-kata yang bernada kritik akan menimbulkan suasana pemberontakan. Kata-kata yang bernada syahdu akan menimbulkan suasana rindu.

     Selanjutnya penulis puisi juga menggunakan gambaran-gambaran pengalaman yang biasa disebut citraan, atau imaji. Baik citraan realis maupun citraan surialis. Baik gambaran pengalaman secara visual[imaji visual] yang dapat dirasakan pembaca seakan benar-benar melihat apa yang digamabarkan penulisnya. Atau gambaran pengalaman secara auditif [imaji auditif] yang dapat dirasakan pembaca seolah-olah benar-benar mendengar suaradan kata-kata yang disajikan. Atau gambaran pengalaman rasa cecap [imajitaktil] yang dapat dirasakan pembacanya seakan benar-benar merasakan panasnya sesuatu, atau dingin dan sejuk, asam, asin dan sebagainya. Kadang-kadang penulisnya juga memasuki ranah yang lain, seperti: historis, ekonomi, politik,sosial budaya, religi dll. Bahkan penulis pengunjuk rasa masuk pada ranahpolitik yang menciptakan puisi orasi jalanan yang penuh dengan penggugah semangat bercampur hujat dan sumpah serapah.

     Selanjutnya, penulis juga menggunakan ungkapan-ungkapan dengan perumpamaan, perbandingan, penegasan, bahkan ungkapan sindiran dan pertentangan. Ungkapan-ungkapan tersebut biasanya disebut majas atau gaya bahasa.

     Untuk membuat puisi lebih indah, lebih enak dibaca, menggugah pendengarnya bila dibaca, penulisnya juga mengeksploitasi kata demi kata dengan membentuk pengulangan bunyi diujung-ujung baris lariknya dalam sebuah bait. Bisa juga di awal kalimat bahkan di tengah kalimat. Hal ini biasanya disebut rima atau pola persajakan. Bukanitu saja bahkan pengulangan itu terdapat di seluruh tubuh puisi tsb. Baik pengulangan bunyi vocal, bunyi sengau, bunyi konsonan, kata, frase, klausa,pengulangan kalimat, bahkan pengulangan baitnya secara utuh. Hal ini biasanya disebut irama atau ritme. Dengan demikan, maka puisi itu semakin meresap ketika dibaca, dihayati, direnungkan dan tentunya untuk dapat dinikmati.

                                                                       ***

       Untuk lebih jelasnya marilah kita nikmati puisi yang berjudul BISIK PERAHU karya Abadurahman El Husaini salah seorang penyair dari Kalimantan Selatan berikut ini.

BISIK PERAHU

Di dermaga tua ini
Aku dilahirkan sebagai perahu
Dinina bobokan  gelombang
Dicumbui ilung-ilung
Dikasihi lumut-lumut
Dibelai ikan-ikan
Dicintai nelayan-nelayan

Di dermaga tua ini
Aku dibesarkan sebagai petahu
Aku bersenda guaru bersamagelombang
Aku bernyanyi bersama burung-urung
Aku bersiul besama buih
Aku menari bersama angin

Di dermaga tua ini
Aku sebagai perahu
Mayatku dihanyutkan ke muara waktu

Martapura, 02/11/12

( Tadarus Rembulan Antologi Puisi ASKS X 2013 – hal  10 )


       Puisi BISIK PERAHU karya Abadurahman El Husaini ini tampil dengan tipografi konvensional yang terdiri dari 3 bait. Bait 1 terdiri dari 7 larik. bait 2 terdiri dari 6 larik dan bait3 terdiri dari 3 larik. Jadi keseluruhan lariknya berjumlah 16 larik.

       Ditinjau dari cara pengungkapannya puisi ini termasuk puisi lirik yang ditandai dengan ungkapan Aku lirik dalam larik-larik Akudibesarkan sebagai perahu. Aku bersenda gurau bersama gelombang. Aku bernyanyibersama burung-burung. Aku bersiul besama buih. Aku menari bersama angin.

       Ditinjau dari ungkapan-ungkapan yang digunakan, puisi ini termasuk puisiimajis yang ditandai dengan ungkapan imajivisual yang mampu membawa imajinasi pembaca seakan benar-benar melihat dermaga tua, perahu, gelombang, ilung-ilung,lumut-lumut, ikan-ikan. dermaga tua, buih-buih dan imaji taktual yang membuat pembaca seakan-akan dapat merasakan hembusan angin.

       Untuk lebih jelasnya marilah kitacermati puisi ini bait perbait. Selanjutnya marilah kita cermati bait 1 berikutini.

1. Di dermaga tua ini
2. Aku dilahirkan sebagai perahu
3. Dinina bobokan gelombang
4. Dicumbui ilung-ilung
5. Dikasihi lumut-lumut
6. Dibelai ikan-ikan
7. Dicintai nelayan-nelayan

       Bait 1 ini terdiri dari 7 larik yang dibangun dan diperindah dengan rima awalyang tertata rapi. Hal ini ditandai dengan adanya pengulangan bunyi vokal [i]pada kata Di dermaga di larik 1 yang bersajak dengan kata Dinina bobokan dilarik 3, Dicumbui di larik 4,  Dikasihi di larik 5, Dibelai di larik 6 dan pada kata Dicintai dilarik 7. Bait ini juga dibangun dengan rima akhir yang ditandai dengan pengulangan bunyi vocal [u] pada kata perahu dilarik 2 yang bersajak tidak sempurna dengan kata ilung-ilung di akhir  larik 4dan kata lumut-lumut di akhir larik5. berikutnya pengulangan bunyi sengau [ng] pada kata gelombang di akhir larik 3 yang bersajak dengan kata ilung-ilung di akhir larik 4. Disini  juga ada pengulangan bunyi konsonan[n] pada kata ikan-ikan di akhirlarik 6 yang bersajak  dengan kata nelayan-nelayan di akhir larik 7.

       Bait 1 ini juga dibangun dan diperindah dengan ritme atau irama yang terbentuk dari pengulangan bunyi vokal [i] pada kata Di, Ini, Dilahirkan, Dininabobokan,Dicumbui, ilung-ilung, dikasihi, Dibelai, ikan-ikan Dan pada kata Dicintai.  Di sini juga ada ritme yang terbentuk dari pengulangan bunyi vokal [u] pada katatua, Aku, perahu, Dicumbui, ilung-ilung dan pada kata lumut-lumut.

      Bait 1 ini juga dibangun dengan imajivisual yang membuat merasa seakan benar-benar melihat apa yang digambarkan oleh penyairnya di dalam puisi ini. Di sinikita seakan benar-benar melihat sebuah dermaga tua, sebuah perahu, gelombang air dan tumbuhan ilung-ilung atau enceng gondok yang biasa larut di arus  sungai, kitajuga sekan melihat lumut-lumut,  ikan-ikan dan nelayan-nelayan.

      Bait 1 ini secara keseluruhan dibangun dan diperindah dengan majas perifrase yaitu salah satu dari majas penegasan yang menggunakan ungkapan-ungkapan yang panjang. Untuk lebih jelasnya agar kita dapat merasakan indahnya bait 1 yang dibangun dengan majas perifrasi ini,marilah kita resapi ungkapan-ungkapan tsb. dalam untaian larik-larik berikutini. `    

      Di dermaga tua ini aku dilahirkan sebagai perahu (yang) dininabobokan gelombang (dan) dicumbui ilung-ilung. (Di sini akujuga) dikasihi lumut-lumut dibelaiikan-ikan (dan) dicintai nelayan-nelayan

        Bait 1 ini diawali dengan larik Di dermaga tua ini. Secara denotatif kata dermaga  maknanya adalah benar-benar sebuah dermaga yang erat kaitannya dengan perahu dan kapal. Secara khususnya dermaga adalah tempat singgah dan berlabuhnya sebuah kapal atau perahu. Sedangkan katafrasa dermaga tua maksudnya adalah sebuah dermaga yang sudah tua. Kata ‘tua’pada dermaga biasanya menunjukkan bahwa dermaga itu jarang atau hampir tidak digunakan lagi, bahkan ada yang tidak digunakan lagi.

       Selanjutnya larik 1 ini dilanjutkan dengan larik 2 Aku dilahirkan sebagai perahu. Mengacu pada klausa ‘sebagai perahu’ maka kata ‘dermaga’ di larik 1ini bukanlah arti yang sebenarnya. Tetapi ini adalah ungkapan yang fungsinya sama dengan dermaga pada umumnya. Yaitu tempat berlabuh dan berangkat perahu-perahu dan kapal-kapal. Dalam konteks puisi ini yang dimaksud dengan dermaga di satu sisi bisa bermakna dunia. Sedangkan di sisi yang lain bisa bermakna ganda. Pertama dermaga sebagai tempat berangkatnya perahuyang bermakna kelahiran dan yang kedua dermaga sebagai tempat kembali bisa bermakna kematian. Sedangkan perahu mengacu kepada aku lirik atau sang penyair dalam mengarungi sungai-sungai bahkan lautan kehidupan yang penuh dengan tantangan. Masalah yangdihadapi sang penyair dalam perjalanannya sebagai perahu tentu ada banyakhambatan dan tantangan yang digambarkan oleh sang penyair dengan ungkapan gelombang, ilung-ilung, lumut-lumut. Danhal-hal yang menunjang dan menggembirakan digambarkannya dengan ikan-ikan dan nelayan-nelayan. Hanya saja di sini sang penyair menganggap berbagai masalah hidup dan kehidupan bukanlah masalah yang harus dihindari  tetapi ia menganggap semua itu hanyalah alunan lagu ninabobo, cumbu kasih sayang dan cinta yang turut memberi semangat dalam  mencapai dermaga atau daratan yang dituju.Hal ini ditandai dengan ungkapan “Dininabobokan  gelombang Dicumbui ilung-ilung Dikasihi lumut-lumut Dibelai ikan-ikan Dicintai nelayan-nelayan”

       Selanjutnya marilah kita cermati dengan saksama bait 2 berikut ini.

8. Di dermaga tua ini
9. Aku dibesarkan sebagai perahu
10. Aku bersenda gurau bersamagelombang
11. Aku bernyanyi bersamaburung-burung
12. Aku bersiul bersama buih
13. Aku menari bersama angin



       Bait 2 ini terdiri dari 6 larik yangdibangun dengan diksi dan ungkapan yang begitu indah dan puitis. Hal iniditandai dengan ungkapan dermaga tua,dibesarkan sebagai perahu, bersenda gurau bersama gelombang, bernyanyi bersamaburung-burung, bersiul bersama buih dan ungkapan menari bersama angin.

       Bait 2 ini dibangun dengan ritme yang terbentuk dari pengulangan kata bersama pada klausa bersama gelombang di larik 10. bersama burung-burung di larik 11, bersama buih di larik 12 dan pada  klausa bersama angin di larik 13. Di sini juga ada pengulangan bunyi [er] pada kata dermaga,bersenda gurau, bernyanyi, bersama dan pada kata bersiul. Di sini juga ada ritme yang terbentuk dari pengulangan bunyi vokal    [e] pada kata dermaga, dibesarkan, sebagai, perahu,bersendau gurau, bersama, bernyanyi, bersiul dan pada kata menari.

       Bait 2 ini sepenuhnya dibangun dengan majas anaphora yang ditandai dengan pengulangankata Aku secara berurutan di awallarik 9 sampai dengan larik 13. bait 2 ini juga dibanguaan dengan majas personifikasi yang ditandai dengan ungkapan bersenda gurau bersama gelombang, bernyanyi bersama burung-urung,bersiul bersama buih dan menari bersama angin

       Bait 2 ini diawali dengan ungkapan Di dermaga tua ini Aku dibesarkan sebagaiperahu. Ungkapan dermaga tua dan perahu di sini maknanya sama dengan dermaga tua dan perahu yang ada di bait 1 yang berbeda adalah ungkapan perahu. Secara denotatif ini memang membicarakan perjalanan sebuah perahu dengan segala permasalahanya. Tetapi secara konotatif ini adalah menceritakan tentang perjalanan seorang anak manusia dalam perjuangan mengarungi lautan kehidupan. Kalau di bait 1membicarakan perjuangan aku lirikyang baru saja dilahirkan sebagai perahu. Sedang di bait 2 puisi ini berbicara tentang aku lirik yang sudah berhasil mengatasi dan mengendalkan segala hambatan dan tantangan dalam lautan kehidupan. Dalam perjalanan aku lirik sebagai perahu semua permasalahan bukan lagi sebagai hambatan dan tantangan yang sangat menakutkan. Tetapi semuanya aman terkendali. Hal ini dapat dilihat pada ungkapan Aku bersenda gurau bersama gelombang. Aku bernyanyi bersama burung-urung. Aku bersiul bersama buih. Dan ungkapan Aku menari bersama angin

        Akhirnya sampailah kita pada bait 3 yang merupakan bait terakhir. Untuk itu marilah kita cermati bariterakhir berikut ini.

14. Di dermaga tua ini
15. Aku sebagai perahu
16. Mayatku dihanyutkan ke muarawaktu

       Bait 3 ini hanya terdiri dari 3 larik yang merupakan larik penutup dari semua larik-larik yang ada. Bait 3 ini bisa dikatakan sebagai bait penutup yang isinya merupakan simpulan dari keseluruhan puisi ini. Bait penutup ini dibangun dengan ritme atau irama yang terbentukdari pengulangan bunyi  vokal  [u] yang terdapat pada kata tua, Aku, perahu, Mayatku, dihanyutkan,muara dan pada kata waktu

       Secara lengkap bait 3 ini terdiri dari rangkaian kata Di dermaga tua ini Akusebagai perahu Mayatku dihanyutkan ke muara waktu. Bait 3 ini diawalidengan larik yang dengan bait 1 dan bait 2 di atas yaitu Di dermaga tua ini. Bait ini diakhiri dengan larik Mayatku dihanyutkan ke muara waktu. Katamayat di sini mengingatkan kita pada tubuh manusia yang sudah tidak bernyawa lagi. Secara denotatif kata mayat di sini maknanya memang benar-benar mayatmanusia yang siap dikebumikan itu. Tetapi secara konotatif kata mayat di sinibisa berarti lain. Mayat dalam konteks puisi ini adalah sebuah perahu yangsudah purna pakai. Yaitu sesuatu yang tak terpakai lagi bahkan sudah tidakberguna lagi. Yang menurut bahasa Malaysia-nya biasa disebut asykar tak bergune.

       Penggunaan kata mayat dalam puisi ini memang sungguh ironis sekali. Padahal ada bahasa yang lebih halus lagi. Untuk manusia yang sudah tak bernyawa biasa digunakan kata jenazah. Untuk barang yangtak terpakai lagi disebut purna pakai. Untuk jabatan   yang sudah habis masa tugasnya biasa digunakan purna tugas. Untuk pekerjaan yang sudah berakhir biasa digunakan purna bhakti. Untuk sawah yang sudah selesai dipanen biasa digunakan pasca panen. Berikutnya ada klausa dihanyutkanke muara waktu. Ungkapan dihanyutkam inimengingatkan kita pada ungkapan dilarung.Sedangkan kata muara mengingatkan kita bahwa semua sungai itu akan bermuara ke laut lepas. Laut lepas ini adalah tempat bermuaranya semua sungai.

       Bait 3 ini membicarakan tentang aku lirik yang telah dilahirkan dan dibesarkan sebagai perahu itu telah selesai dalam tugas pengembarannya daridermaga ke dermaga. Sang penyair telah selesai tugasnya dari satu tugas ketugas yang lain, dari satu jabatan ke jabatan yang lain. Dari satu jabatan kejabatan yang lain. Dan pada akhirnya ia dilepas ke laut lepas. Sebagai abdimasyarakat yang purna tugas akhirnya kembali ke masyarakat. Sebagai manusiayang selesai menjalankan amanat pengabdiannya di dunia fana ini kembali berpulang ke  rahmatullah.

                                                                      ***

       Puisi Abdurrahman El Husaini ini berjudul BISIK PERAHU. Membaca kata bisik mengingatkan kita pada ungkapan bisik-bisiktetangga, bisikan syaitan, bisikan malaikat, bisikan hati, pembisik istana, bisikan cinta. Tentu bukan bisik-bisik itu yang dimaksud dalam puisiini. Kalau bukan yang itu lalu bisikan yang mana lagi?

       Secara khusus bisikan itu adalah ucapan,perkataan dan pembicaraan berupa desis yang diarahkan ke telinga lawan bicara. Berdasarkan isi pembicaraan maka bisikan itu bisa berupa rahasia yang hanya perlu diketahui berdua saja. Tetapiapapun namanya yang jelas bisikan itu adalah sesuatu yang harus diperhatikandan ditanggapi secara serius. Sedang kata Perahu adalah ungkapan perumpamaan perjalanan dalam sungai dan lautan kehidupan. Dalamhal ini Bisik Perahu maknanya adalah mutiara hidup yang harus diperhatikan dalam mengarungi sungai dan lautan kehidupan agar dapat selamat sampai  ketujuan.

       Adapun intisari yang tersirat dalam  puisi ini adalah hendaknya kita jangan sampai terlena oleh hambatan tantangan,godaan dan rayuan yang mengganggu jalannya bahtera kehidupan. Segala hambatanjanganlah menjadi penghambat tetapi harus diatasi dengan bijak dan saksama.Itulah amanat dan pesan moral yang tersirat dalam puisi ini.


Abdurrahman El Husaini
Abdurrahman El Husaini

MENIKMATI PUISI MELALUI ESAI ANALISIS

       Pada waktu kita membaca judul essei ini pertanyaan-pertanyaan yang timbul di benak kita adalah: (1) Apakah puisi bisa dinikmati? (2) Bagaimana mungkin kita bisa menikmati sebuahpuisi? (3) Bukankah puisi itu karya sastrayang tersulit dipahami? (4) Mungkinkah kita bisa menikmati puisi, sementara informasi yang disajikan teramat sedikit?J awaban untuk semua pertanyaan tsb adalah: Bisa!Mengapa tidak! Kita pasti bisa menikmati puisi. Tentu ada caranya.

       Kita bisa menikmati puisi dengan cara:(1) mendengar pembacaan sebuah puisi.(2) menghayati dan membaca sendiri sebuah puisi, (3) Menyaksikan pagelaran musikalisasi puisi, (4) melalui analisis yang mengulas tentang kekuatan dan keindahan sebuah puisi.

       Kali ini kita akan menikmati sebuah puisi dengan cara yang ke empat yaitu melalui analisis yang mengulas puisi AKU JATUH CINTA karya Kalsum Belgis salah seorang sastrawati dari Kalimantan Selatan  berikut ini.

  
AKU JATUH CINTA

Aku jatuh cinta
pada malam dan nyanyian angin
yang tersangkut di ujung-ujung ranting

Aku jatuh cinta
pada hening batu-batu hitam terpoles kabut berembun

Aku jatuh cinta
pada harum belukar bekas hujan senja

Aku jatuh cinta
merindukan cicit burung penghisap madu
dan rimbun lembah-lembah perawan

Aku merindu pada angkuh bukit-bukit berbatu
yang di sela tubuhnya mengalir sungai-sungai bening

Aku murka
Aku terluka
Aku menyumpah
Aku mengutuk

Luka mataku terhunus di poranda bukit
perih jantung tahumbalang hutan lembah
derita burung kehilangan rindang
ratap tangis bumi berkoreng

Aku jatuh cinta
Pada cintaku sendiri
Sebab hatiku isi bumi yang dialiri
sungai sungai bening rindu

Martapura, 1 Februari 2012


      Puisi Aku Jatuh Cinta karya Kalsum Belgis ini tampil dengan tipografi yang terdiri dari 8 bait. Bait 1, 4 dan bait 8 masing-masing terdiri dari 3larik. Bait 2, 3 dan bait 5 masin-masing terdiri dari 2 larik. Berikut bait 6 dan bait 7 masing-masing  terdiri dari 4larik. Jadi semuanya berjumlah 23 larik.

       Puisi ini secara keseluruhan mengungkapkan kenangan, kerinduan masa lalu yang begitu indah asri dan menyenangkan. Yang semuanya itu hanya tinggal kenangan belaka. Untuk lebih jelasnya mari kita awali mencermati bait 1 berikut ini.

       Bait 1 diawali dengan ungkapan aku jatuh cinta pada malam dan nyanyian angin yang tersangkut di ujung-ujung ranting. 

       Yang dimaksud dengan jatuh cinta di sini adalah menginginkan dan merindukan sesuatu. Sesuatu yang diinginkan itu adalah malam dan nyanyian angin. Ungkapan malam mengingatkan kita pada keheningan malam.Malam adalah waktu untuk beristirahat setelah sehari penuh beraktivitas sepanjang siang. Sehabis melakukan kegiatan sepanjang hari maka tibalah saat beristirahat sambil menikmati indahnya keheningan malam. Betapa indahnya simponi musik alam bunyi suara binatang dan burung malam saling bersahutan. Sedang nyanyian angin yang tersangkut di ujung-pujung ranting adalah indahnya desauan angin malam yang turut memberi keharmonisan musik alam di ujung-ujung ranting yang mendesir tertiup angin. Keadaan lingkungan yang asri seperti ini sudah mulai hilang di beberapa tempat. Di berbagai areal telah dibuka pembangunan  pemukiman-pemukiman  baru yang mengakibatkan hilangnya keasrian lingkungan.
    
       Tumbuhnya bangunan beton di pemukiman baru telah menggantikan harmoni musik alam dengan kebisingan musik teknologi. Kini semuanya sudah tergantikan oleh indahnya alunan lagu, atau kisah romantis atau film-film laga yang selalu tayang non-stop selama 24 jam.Bukan hanya itu, hutan-hutan juga sudah banyak yang rusak akibat daripenebangan pohon secara besar-besaran yang tidak diimbangi dengan reboisai yang bertanggung jawab.

      Bait 1 ini dibangun dengan rima asonansi yang ditandai dengan pengulangan bunyi vokal dalam 1 larik yang sama. Bait ini juga dibangun dengan rima aliterasi yang ditandai dengan pengulangan bunyi konsonan dalam 1 larik yang sama.

      Di larik 1 ada pengulangan bunyi vokal [u] di dalam kata Aku dan dalam kata jatuh. Di sini juga ada pengulangan bunyi konsonan [t] di dalam kata jatuh dan dalam kata cinta.  Di larik 2 ada pengulangan bunyi konsonan [d]di dalam klausa pada malam dan pada klausa dan nyanyian angin .Di larikm 3 ada pengulangan b unyi sengau [ng] dalam kata-kata yang ada didalam larik 3 ini, yang tersangkut di ujung-ujuug ranting.

       Bait ini juga dibangun dengan imaji auditif, pembaca seakan-akan turut mendengar simponi musik alam dari suara binatang malam dan nyanyian angin. Disini juga ada imaji taktil, kita seakan turut merasa keheningan malam dan dinginnya angin malam.

       Bait 1 ini juga dibangun dengan majas antropo-morfisme, yang ditandai derngan penggabungan dua kata membentuk makna baru pada ungkapan nyanyian malam di larik 2. Di larik 3 ada majas hiperbola yang ditandai  dengan ungkapan tersangkut di ujung-ujung ranting.Keseluruhan larik di bait 1 ini membentuk majas perifrase yang ditandai dengan penggunaan ungkapan yang panjang semestinya bisa diungkapkan dengan ungkapan yang lebih pendek.

      Selanjutnya mari kita cermati bait 2 berikut ini.

4. Aku jatuh cinta
5 .pada hening batu-batu hitam terpoles kabut  
    berembun

       Bait 2 ini juga masih dibangun dengan diksi dan ungkapan yang begitu indah dan puitis. Mari kita  resapi untaian larik yang indah ini aku jatuh cinta pada hening batu-batu hitam terpoles kabut berembun Yang dimaksud dengan batu-batu hitam terpoles kabut embun adalah batu-batu alam yang biasa ditemukan di alam terbuka. Di sini sosok Sang Aku dalam puisi ini jatuh cinta pada kelestarian alam batu-batu hitam berlumut dan berembun yang begitu menawan hatinya. Sebagai pencinta alam tentu sangat merindukan keadaan ini. Untuk itulah biasanya para pecinta alam beraktivitas di alam terbuka. Karena yang begini ini tidak akan ditemukan di tengah-tengah kebisingan kota. 

       Bait 2 ini dibangun dengan imaji visual, kita seakan melihat indahnya batu-batu hitam berembun di alam terbuka. Di sini juga ada imaji taktil kita seakan merasakan keheningan alam terbuka dan sejuknya embun yang memoles batu-batu hitam tsb. 

4. Aku jatuh cinta
5 .pada hening batu-batu hitam terpoles kabut  
    berembun

       Berikut di bait-bait berikutnya, Kalsum Belgis jatuh cinta pada harum belukar bekas hujan senja.Nampaknya baginya hujan senja itu telah menyisakan aroma harum yang begitu dirindu. Ia sangat menyukai, sangat merindukan itu. Ia jatuh cinta dan merindukan pada cicit burung penghisap madu, ia juga merindukan rimbun lembah-lembah perawan, bukit-bukit berbatu berbatu yang nampak begitu angkuh yang di sela-sela bukit itu mengalir sungai-sungai bening.

       Itulah semua yang sangatdirindu, semua yang sangat dicinta. Sayangnya semua itu banyak yang   hanya tinggal kenangan, banyak yang sudah diterjang  angin besar yang bernama teknologi di balik maraknya upaya demi kepentingan ekonomi. Penebangan hutan secara besar-besaran yang tidak diimbangani dengan penenaman uhan kembali,merusak ekosistem dan kelestarian lingkungan. Pembukaan areal tambang yang jugaturut merusak permukaan tanah. Berikut berubahnya fungsi persawahan menjadi pemukiman juga turut merusak lingkungan. Kerusakan lingkungan tidak hanya terjadi di hutan-hutan, di bukit-bukit, di gunung-gunung, tetapi juga di dasar laut. Bahkan kini sudah merambah ke perkotaan. Hal ini dapat dilihat dengan  menyempitnya  sungai -sungai di tengah kota. Bahkan sebagian besar sudah banyak sungai-sungai yang mati.

         Berikut mari kita cermati larik 13 – 17

13.Aku murka
14.Aku terluka
15.Aku menyumpah
16.Aku mengutuk

        Larik 13 – 16 di atas dibangun dengan rima awal yang mutlak.Bukan saja ditandai dengan pengulangan bunyi vokal dan konsonan, tetapi juga ditandai dengan pengulangan kata Akudi setiap awal lariknya. Di larik-larik ini juga ada rima akhir yang ditandai dengan pengulangan bunyi vokal [a] dalam kata murka di akhir larik 13 yang bersajak dengan kata terluka di akhirlarik 14. Ternyata larik-larik ini juga dibangun dengan rima tengah yang ditandai dengan pengulangan bunyi [me] di dalam kata menyumpah di larik 15 yang bersajak dengan kata mengutuk di larik 16.

       Larik 13 – 16 ini juga dibangun dengan imaji visual sekaligus juga imaji auditif. Pembaca seakan benar-benar melihat dan mendengar seseorang yang menumpahkan puncak kemarahan sembari mengutuk menyumpah dengan berang, ”Aku murka, Aku terluka, Aku menyumpah, Aku mengutuk.”

       Inilah kemarahan KalsumbBelgis. Secara sepintas ini hanyalah ungkapan kemarahan seorang Kalsum Belgis.Tetapi ketika kita cermati secara arif, ternyata ini juga kemarahan semua pencinta lingkungan hidup.

       Untuk itu mari kita resapisekali lagi, ledakan kemarahan yang menggelegar di dalam jiwa. Lihat danbbacalah! Aku murka, Aku terluka, Aku menyumpah, Aku mengutuk

       Selanjutnya marilah kitabcermati larik 17 – 20 berikut ini

17. Luka mataku terhunus diporanda bukit
18. perih jantungbtahumbalang hutan lembah
19. derita burung kehilangan rindang
20. ratap tangis bumi berkoreng

       Larik 17 – 20 di atas dibangundengan diksi dan ungkapan bermuatan duka. Di larik 17 ada suasana duka karena tanah-tanah perbukitan yang sudah porak-poranda hanya demi mengeruk keuntungan sepihak. Di larik 18 ada rasa perih di dada melihat hutan dan lembah yang sudah terhumbalang ganasnya mesin-mesin raksasa. Demikian juga di larik 19burung-burung itupun hidup menderita karena hutan-hutannya sudah kehilangan rindangnya. Di larik 20 ada ratapan dan tangisan bumi yang sudah korengan. Di sana sini berserakan lobang-lobang besar bekas areal tambang.

       Larik 17 – 20 ini jugadibangun dengan imaji visual. Jelas terbayang di  dalam benak kita gambaran kerusakan lingkungan tanah, hutan dan perbukitan yang semakin parah. Semuanya itu jelas seakan-akan kita melihatnya di depan mata.

       Larik 17 – 20 ini juga dibangun dengan majas inversi,yang  ditandai dengan mendahulukan predikat.


       Hal ini dapat dilihat pada susunan kata di dalam larik 17 ada ungkapan luka mataku susunan asalnya adalah mataku luka. Di larik 18 ada ungkapan perih jantung susunan asalnya adalah  jantungku perih. Di larik 19 ada ungkapan derita burung susunan asalnya burung menderita. Demikian pula di larik 20 ada ungkapan ratap tangis bumi susunan asalnya adalah bumi meratap dan menangis

      Akhirnya sampailah kita mencermati bait terakhir berikut ini

21.Aku jatuh cinta
22.Pada cintaku sendiri
23.Sebab hatiku isi bumi yang dialiri
           sungai sungai bening rindu

       Inilah bait pamungkas yang menyatakan bahwa sosok Sang Aku disini adalah bumi itu sendiri. Hal ini ditandai dengan ungkapan di larik 21 dan22 Aku jatuh cinta Pada cintaku sendiri.Ungkapan cintaku sendiri maknanya adalah diriku. Ini diperjelas lagi dengan ungkapan Sebab hatiku, isi bumi yang dialiri sungai sungai bening rindu

       Puisi Kalsum Belgis ini berjudul Aku Jatuh Cinta. Membaca sepintas, ini adalah puisi romansa yang penuh dengan luapan cinta sepasang anak manusia. Tetapi setelah dicermati dengan seksama, ternyata sedikitpun tak ada ungkapan pernyataan jatuh cinta kepada seseorang yang begitu dirindu. Justru yang ada adalah ungkapan kekhawatiran terhadap kerusakan lingkungan hidup yang sudah demikian parahnya.

       Setelah kita cermati dengan seksama, ternyata puisi ini adalah puisi naratif deskriptif impresionistik.Puisi yang mengungkapkan kesan penulisnya terhadap kerusakan lingkungan hidup.Ditinjau dari ungkapan Aku Jatuh Cinta puisi ini masuk dalam katagori puisi Metafisikal Platonic, yang diambil dari nama fiolosof Plato. Cinta platonic yaitu cinta tanpa nafsu jasmani. Puisi filosofis yang  mengajak pembaca merenungkan kerusakan lingkungan yang sudah demikian parahnya.

       Aku Jatuh Cinta, kata Aku dalam puisi ini bersifat ambiguitas ganda multitafsir. Pada tataran pertamakata Aku di sini adalah Kalsum Belgis sendiri yang mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kerusakan lingkungan.Perasaan jatuh cinta pada keindahan dan keasrian lingkungan yang diidam-idamkannya. Pada tataran ke dua Akudi sini adalah para pencinta alam dan pencinta lingkungan hidup yang prihatin terhadap, kerusakan lingkungan. Dan pada tataran ke tiga kata Aku di sini adalah bumi yang telah terjadi kerusakan di beberapa areal hutan, gunung dan perbukitan. Kiranya itulah amanat dan pesan moral yang diungkapkannya kepada khalayak melalui pembaca. 


Kalsum Belgis salah seorang penyair perempuan dari Kalimantan Selatan
Kalsum Belgis salah seorang penyair perempuan dari Kalimantan Selatan

03.
BAGAIMANA CARA MUDAH MENIKMATI SEBUAH PUISI

                                                                             I

       “Bagaimana cara mudah menikmati sebuah puisi?” Ini adalah pertanyaan yang sebenarnya sangat sederhana. Jawabnya juga sangat sederhana. Tetapi jika pertanyaannyadiperluas lagi, “Sejauh mana pusi itu dapat dinikmati?” Jawabnya tentu tergantung seluas apa wawasan dan daya nalar seseorang dalam mengapresiasi sebuah puisi. Di samping itu juga tergantung pada cita rasa dan kehalusan rasa estetika seseorang. Yang jelasdalam menikmati puisi itu tiap orang caranya beda-beda.

       Pada tataran pertama orang bisa menikmati sebuah puisi dengan cara menikmati untaian kata-kata yang tersaji di dalamnya. Seperti yang dikatakan orang pada umumnya bahasa puisi itu ditulis dengan kata-kata puitis, kata-katabersayap, kata-kata yang indah dan memesona, kata-kata yang bernilai seni dll. Sayangnya kata-kata yang tersaji dalam puisi itu sering juga diartikan dengan arti yang lain. Dengan kata lain itu bukan arti yang sebenarnya, tetapi hanya kata ungkapan atau kata kiasan yang harus dimaknai secara khusus. Ada yang mengatakan kata yang maknanya benar-benar seperti yang tertulis seperti yang diucapkan. Yang ini biasanya dinamakan juga arti secara harfiah.Dalam bahasa sastra disebut makna denotatif. Tetapi ada juga kata yang artinya tidak seperti apa yang diucapkan. Tetapi itu hanya ungkapan bukan arti yang sebenarnya, atau kata kiasan yang harus dimaknai secara khusus. Yang ini biasanya disebut makna konotatif. Misalnya kupu-kupu malam. Secara denotatif kupu-kupu malam itu maknanya memang benar-benar kupu-kupu yang biasa terbang malam hari. Tetapi secara konotatif yang dimaksud dengan kupu-kupu malam itu adalah perempuan malam atau perempuan esek-esek yang kerjanya memang esek-esek di malam hari.     

       Selain dari itu puisi juga bisa dinikmati melalui keindahan bunyi, khususnya ketika puisi itu dibacakan atau diperdengarkan di tengah khalayak atau pendengarnya. Pada saat itu kita dapat menikmati keindahan kata-kata yang indah dan puitis, memukau dan memesona. Disamping itu kita juga dapat menikmati keindahan rima dan ritme yang mengalun dan memanjakan telinga kita. Rima itu adalah keindahan bunyi yang terdengar karena adanya pengulangan bunyi vocal, konsonan dan bunyi sengau di ujung larik yang biasa disebut rima akhir,di awal larik yang biasa disebut riwa awal dan rima tengah yang adanya di tengah-tengah larik. Sedangkan ritme adalah irama yang ditimbulkan karena adanya pengulangan buuyi vokal, konsonan, bunyi sengau, kata, frasa, klausa,bahkan pengulangan larik secara utuh dalam sebuah puisi.

       Kita juga dapat menikmati sebuah puisi melalui imaji atau citraan yang disajikan oleh penyair. Karena imaji adalah kesan mental atau bayangan visual yang disajikan penyair lewat kata, frase, atau ka­limat. Dengan imaji visual atau citraan penglihatan kita bisa merasa seakan-akan benar-benar melihat apa yang digambarkan penyair. Dengan imaji auditif atau citraan pendengaran kita bisa merasa seakan-akan mendengar apa yang digambarkan penyair. Dengan imaji taktil atau citraan perabaan kita dapat merasakan seakan meraba kasar halusnya sesuatu atau seakan merasakan panas dingin udara atau sesuatu yang digambarkan penyair.Sedang dengan imaji nose atau citraan penciuman kita seakan  benar-benar mencium aroma sesuatu apa yang digambarkan penyair.

                                                                             II

       Untuk lebih jelasnya marilah kita nikmati puisi Gelepar Rumput Khatulistiwa karya Dewi Kelana Penyair Perempuan dari Probolinggo berikut di bawah ini.


Gelepar Rumput Khatulistiwa

ketika mendung hitam menetas hujan
merubuhkan pepadian rontok pula dedaunan
saat kencang angin humbalang segala
buah ranum gugur sebelum masa petik tiba

kala kali meluap membawa sampah dan muntah
hanyut semua mimpi tak mampu mendekap pasrah
sekat-sekat telah terpancang kuat
berlapis antara kaya atau melarat
sekarat dalam kesumat

arus bergulung gelombang menghantam
salah musim runtuh kemapanan beralas dendam
telah jatuh berdentam terberai damba
tawa-tawa pongah menginjak kepala

halilintar menyambar
otak terbakar jiwa terkapar
dalam gelegar makar

lalu aku mau bilang apa
rerumput tercerabut akar
tanpa naungan

prob, 022013

       Puisi Dewi Kelana yang berjudul Gelepar Rumput Khatulistiwa ini tampil dengan tipografi konvensional yang terdiri 5 bait. Bait pertama terdiri dari 4 larik. Bait ke dua terdiri dari 5 larik. Bait ke tiga terdiri dari 4 larik.Bait ke empat terdiri dari 3 dan bait ke limajuga terdiri dari 3 larik. Jadi seluruhnya berjumlah 19 larik.

       Ditinjau dari diksi dan ungkapan yang digunakan, puisi ini termasuk puisi deskriptif impresionistik yang mengungkapkan kesan penyairnya terhadap fernomina alam tahunan berupa bencana alam yang biasa terjadi sekitar bulan November sampai dengan Pebruari. Hal ini ditandai dengan diksi dan ungkapan mendung, hujan, kali meluap, arus bergulung, gelombang menghantam, halilintar menyambar dan ungkapan tercerabut akar tanpa naungan.

       Untuk lebihjelasnya ada baiknya kita cermati bait-bait puisi ini. Untuk itu marilah kita awali dengan mencermati bait pertama berikut di bawah ini.

1.- ketika mendunghitam menetas hujan
2.- merubuhkan pepadian rontok pula dedaunan
3.- saat kencang angin humbalang segala
4.- buah ranum gugur sebelum masa petik tiba

       Dari larik-larik di bait pertama di atas diketahui bahwa:

/1/
Bait 1 inidibangun dengan diksi dan ungkapan yang berkaitan dengan musim hujan dan banjir yang ditandai dengan ungkapan mendung hitam, hujan, pepadian rontok, angin, dan ungkapan gugur sebelum masa petik.

/2/
Bait ini jugadibangun dan perindah dengan rima akhir yang tertata rapi. Hal ini ditandai dengan pengulangan bunyi konsonan [n/an]pada kata hujan di larik 1 yang bersajak dengan kata dedaunan dilarik 2. Berikutnya ada rima akhiryang ditandai dengan pengulangan bunyi vokal [a] pada kata segala di larik 3 yang bersajak dengan kata tiba di larik 4.

/3/
Biat ini jugadibangun dengan citraan penglihatan di mana kita seakan benar-benar melihat cuaca mendung dan hujan deras. Kita juga seakan benar-benar melihat sawah-sawah yang terendam banjir. Kitajuga seakan benar-benar melihat kerugian dan korban bencana angin badai dan puting beliung yang menghumbalangkansegalanya. Bait ini juga dibangun dengan citraan perasaan di mana kita seakan-akan benar-benar merasakan betapa kencangnya angin ribut dan puting beliung yang mengakibatkan kerugian yang besar.

/4/
Bait ini jugadibangun dan diperkuat dengan majas personifikasi di larik 1 yang ditandai dengan kata menetas. Di larik 2 ada majasparalellisme yang ditandai dengan ungkapan merubuhkan pepadian yang parallel dan sejajar dengan ungkapan rontok pula dedaunan. Berikutnya dilarik 3 ada majas inversi yang ditandai dengan kata angin yangmendahui kata kencang

Selanjutnya marilah kita cermati bait ke dua berikut dibawah ini.

5.- kala kali meluap membawa sampah dan muntah
6.- hanyut semuamimpi tak mampu mendekap pasrah
7.- sekat-sekattelah terpancang kuat
8.- berlapis antarakaya atau melarat
9.- sekarat dalamkesumat

Dari larik-larik di bait ke dua diatas kita dapatkan informasi bahwa

/1/
Bait ke dua inidibangun dengan diksi dan ungkapan yang berkaitan dengan peristiwa dan akibat dari bencana banjir yang ditandai dengan ungkapan kali meluap membawa sampah, hanyut semua mimpi, berlapis antara kaya atau melarat,dan ungkapan sekarat dalam kesumat.

/2/
Bait ini jugadibangun dan perindah dengan rima akhir yang tertata rapi. Hal ini ditandai dengan pengulangan bunyi konsonan [h/ah]pada kata muntah di larik 5 yangbersajak dengan kata pasrah di larik 6. Berikutnya ada rima akhir yangditandai dengan pengulangan bunyi konsonan [t/at] pada kata kuat di larik 7 yang bersajak dengankata [melarat] di larik 8 dan kata kesumat di larik 9

/3/
Biat ini jugadibangun dengan citraan penglihatan di mana kita seakan benar-benar melihat sungai-sungaiyang meluap dan banjir yang menghanyutkan segalanya. Banjir telah menghanyutkan semua mimpi dan harapan. Baik yangmiskin atau kaya semuanya tak mampu berbuat apa-apa selain pasrah melihat banjir yang datang melanda di mana-mana. Banjir telah membuat korban tanpa pilih-pilih baik kaya atau miskin, pada saatnya banyak juga yang sekaratdibuatnya.

/4/
Bait kedua inidibangun dan diperkuat dengan majas personifikasi yang dilanjutkan demgan majas enumerasio. Majas Personifikasi tsb. dapat dilihat di larik 5 yang ditandai dengan ungkapan kali meluap membawa sampah dan muntah. Selanjutnya bait ini jugadiperkuat dengan majas enumerasio yangmenguraikan bagian demi bagian. Hal ini ditandai dengan larik 5 dalam untaiankata kala kali meluap membawa sampah dan muntah yang diuraikan lagi di larik 6 hanyut semua mimpi tak mampu mendekap pasrah. Maksudnya adalah luapan kali menyebabkan banjir yang menghanyutkan semua keinginan dan harapan. Hal ini sudah pasti membuat kita tak mampu menahannya dan terpaksa hanya pasrah menerima kenyataan yang ada. Lalu dilanjutkan dengan larik 7 sekat-sekat telah terpancang kuat. Ungkapan ini maksudnya adalah bahwa batas antara kaya dan melarat itu sudah menjadi anggapan manyarakat umum. Nah akibatdari banjir yang telah menghanyutkan semua harta bendanya apakah masih bisa jadi orang kaya? Ataukah sama dengan yang lainnya sekarat dalam penasaran?


Selanjutnya marilah kita cermati bait ke tiga berikut dibawah ini.

10.- arus bergulung gelombang menghantam
11.- salah musimruntuh kemapanan beralas dendam
12.- telah jatuhberdentam terberai damba
13.- tawa-tawapongah menginjak kepala

Dari larik-larik di bait ke tiga diatas kita dapatkan informasi bahwa

/1/
Bait ke tiga inijuga masih dibangun dengan diksi dan ungkapan yang berkaitan dengan peristiwa dan akibat dari bencana banjir yang ditandai dengan ungkapan arus bergulung gelombang menghantam, salah musim runtuh kemapanan beralas dendam, telah jatuh berdentam terberai damba, danungkapan tawa-tawa pongah menginjak kepala.

/2/
Bait ke tiga inijuga dibangun dan perindah dengan rima akhir yang tertata rapi. Hal ini ditandai dengan pengulangan bunyi konsonan[m/a,] pada kata menghantam di larik10 yang bersajak dengan kata dendam di larik 11. Berikutnya ada rima akhiryang ditandai dengan pengulangan bunyi vokal [a] pada kata damba di larik 12 yang bersajak dengan kata kepala di larik 13.

/3/
Bait ke tiga inijuga dibangun dengan citraan penglihatan di mana kita seakan benar-benar melihat arusgelombang pasang yang bergulung-gulung menghatam daratan dan meruntuhkan bangunan yang tadinya berdiri kokoh kini roboh. Banjir air pasang yang menjadi bencana ini adalah dendam kesumat alam yang telah dirusak oleh tangan manusia sendiri. Sebagaimana telah dinyatakan dalam Al Qur’an bahwa telah terjadi kerusakan di laut dan didarat oleh tangan-tangan manusia.

/4/
Bait ke tiga inidibangun dan diperkuat dengan majas personifikasi yang dtandai dengan ungkapan gelombangmenghantam di larik 10, kata dendam di larik 11 dan klausa tawa-tawa pongahdi larik 13.

/5/
Bait ke tiga inidiawali dengan ungkapan arus bergulung gelombang menghantam di larik 10. Ungkapan ini sifatnya ambiguitas,mengandung banyak makna dan multi tafsir. Hal ini tergantung dati arah mana pembaca menaknai dan menafsirkannya. Secara denotatif ungkapan arus bergulung gelombang di sini maknanya memang benar-benar arus gelombang laut bergulung-gulung yang kitakenal selama ini. Tetapi secara konotatif ungkapan ini bisa bermakna lain. Dan lebih jelas lagi maknanya berkaitan dengan klausa runtuh kemapanan dan beralas dendam di larik 11 dan ungkapan tawa-tawa pongah menginjak kepala di larik 13.

Kata kemapanan mengingatkan kita pada kekuasaan yang tak tergoyahkan.Sedangkan ungkapan runtuh kemapananbisa bermakna runtuhnya sebuah kekuasaan atau bisa juga berarti meruntuhkan sebuahkekuasaan. Dalam konteks ini ungkapan salah musim bisa diartikan kesalahan sistemik atau salah urus. Hal ini tentu sangatberkaitan dengan uingkapan arus bergulung gelombang dan ungkapan menghantam di larik 10. Dalam konteks penguasa dan kekuasaan maka ungkapan arus bergulung gelombang di sini maknakonotatifnya adalah gelombang pengunjuk rasa dan para demonstran yang terus terusan berunjuk rasa dan berdemonstrasi.Karenanya maka penguasa tsb pun jatuh telak dan segala harapannya pun ikut sirna. Bait ini ditutup dengan larik tawa-tawa pongah menginjak kepala

Berikut marilahkita mencermati bait ke empat dari puisi Gelepar Rumput Khatulistiwa berikut dibawah ini.

14.- halilintarmenyambar
15.- otak terbakarjiwa terkapar
16.- dalam gelegarmakar

Bait ke empatini hanya terdiri dari 3 larik. Dari larik-larik di atas kita ketahui bahwa

/1/
Bait ke empatini dibangun dengan diksi dan ungkapan yang menggetarkan jiwa. Hal  ini sangat terasa ada getaran dalam ungkapan halilintar menyambar, otak terbakar, jiwa terkapar, gelegar makar.  

/2/
Bait ke empatini dibangun dengan rima akhir yang tertata rapi. Hal ini jelas terlihat adanya pengulangan bunyi konsonan [r/ar]pada kata menyambar di ujung larik 14yang bersajak dengan kata terkapar dilarik  ujung 15 dan kata makar di ujung larik 16. Ternyata pengulangan bunyi [r/ar] ini juga memperindah bait ke empat ini dengan ritme yang terbentuk karena pengulangan bunyi tsb. Hal ini dapat dirasakan dengan jelas ritme atau irama tersebut dari pengulangan bunyi [ar] pada kata halilintar, menyambar, terbakar, terkapar,gelegar dan dalam kata makar.

/3/
Bait ini juga dibangun dengan imaji visual atau citraan penglihatan dimana pembaca seakan benar-benar melihat halilintar yang menyambar-nyambar di angkasa. Pembaca juga seakan benar-benar melihat orang-orang yangpanik dan orang-orang yang meninggal karena bencana alam yang terjadi saat itu.Bait ini juga dibangun dengan imajiauditif atau citraan pendengaran di mana pembaca sekan benar-benar mendengar bunyi guruh dan guntur yang menggelegar di langit bersamaan dengan datangnya halilintar yang menyambar-nyambar.

/4/
Bait ini juga dibangun dan diperkuat dengan majas personifikasi yang ditandai dengan kata menyambar pada klausa halilintarmenyambar di larik 14. Di samping itu bait ini juga sepenuhnya dibangun dan diperkuat dengan majas hiperbola yang ditandai dengan ungkapan halilintar menyambar, otak terbakar, jiwa terkapar dan ungkapan gelegar makar.

/5/
Bait ke empat ini diawali dengan klausa halilintar menyambar dan diakhiri dengan klausa dalam gelegar makar. Kata halilintarmengingatkan kita pada kilat yang menyambar-nyambar di langit kelabu kemudian diiringi dengan bunyi gelegar gurih dan guntur. Suasana danbunyi ini bagi sebagian orang sangat menakutkan, Sehingga tidak jarang orang mengucapkan audzubillahi minasysyaithoonirrajim saat itu. Sedangkan kata makardi akhir larik 16 mengingatkan kita pada istilah makar dalam perebutan kekuasaan. Pertanyaannya adalah apakah puisi ini juga membicarakan tentang makar?

Memang secara khusus puisi tidak berbibaca tentang makar atau perebutan kekuasaan. Tetapi sebagai puisi yang sifatnya ambiguitas, atau puisi yang sarat makna dan multi tafsir, maka puisi ini juga bisa dimaknai dariberbagai arah. Tergantung  dari arah mana pembaca memaknainya. Sebagaimana juga puisi Chairil Anwar yang berjudul AKUyang ditulisnya tahun 1943.

        Sebenarnya awalnya puisi Chairil yang berjudul AKU ini hanyalah ungkapan perasasaan Chairil Anwar. KAU yang disebutnya dalam puisi ini tidaklain adalah ayahnya sendiri. Yang telah meninggalkan dan menceraikan ibunyakarena terpikat oleh perempuan lain. Kemudian ayahnya benar-benar mengawiniperempuan lain itu. Karena puisi inilah Chairil Anwar pernah dicap sebagai indvidualis sejati. Tetapi setelah dicermati dengan saksama, ternyata puisiyang ditulisnya tahun 1943 ini juga penuh dengan ungkapan semangat menyala dan menggelora. Ungkapan-ungkapan yang penuh dengan vitalitas dan optimisme,diksi-diksinya juga lugas solid dan kuat, sehingga mampu menjadi inspirasi perjuangan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan RI yang diproklamirkan padatanggal 17 Agustus 1945. Ternyata puisi yang mengungkapkan kemarahan ChairilAnwar kepada Ayahnya ini dimaknai dan ditasirkan oleh bangsa Indonesia sebagaisemangat dan kemarahan para pejuang merebut kekuasan dari penjajah untuk mempertahankan  kemerdekaan bangsaIndonesia saat itu.

      Dengan demikian ungkapan halilintarmenyambar ini secara konotatif bisa bermakna berbagai tekanan demi tekanan yang datang bertubi-tubi yang menyebabkaninformasi akurat itu tak pernah muncul secara akurat ke permukaan. Mulaidari permasalan Antasari Azhar, Bank Century, Kasus Hambalang dll sejenisnya.Hal itu semuanya membuat otak terbakar dan jiwa terkapar dalam gelegar makar.Kata makar di sini bukanlah upaya menjatuhkan pemerintahan yang sah saat ini.Ini hanyalah majas hiperbola ungkapan dengan cara berlebihan. Barangkali yang dimaksud di sini adalah upaya menuntut agar pejabat publik yang menyengsarakanrakyat, yang melanggar amanat rakyat, yang korup dan sejenis agar mundur dari jabatannya.

       Akhirnya sampailah kita pada bait ke lima yang juga bait terakhir dan sekaligus sebagai bait pamungkas dari puisi ini.Untuk itu marilah kita cermati dengan saksama larik-larik berikut di bawah ini.

17.- lalu aku mau bilang apa
18.- rerumputtercerabut akar
19.- tanpa naungan
       Bait ke limaini juga sama dengan bait ke empat yaitu hanya terdiri dari 3 larik. Dari  ketiga larik tsb. di atas kita ketahui bahwa:

/1/
Bait inidibangun dengan diksi dan ungkapan bernuansa duka bahkan mendekati keputus asaan.Hal ini ditandai dengan ungkapan maubilang apa (?), rerumput tercerabutakar dan ungkapan tanpa maungan.

/2/
Sepintas lalu dibait ke lima ini tak nampak ada pengunaan rima. Baik rima di awal larik, di akhir larik, maupun di tengahlarik. Tetapi setelah kita cermati bait ini dengan saksama ternyata dibangundengan rima asonansi dan rima aliterasi. Hal ini ditandai denganpengulangan bunyi vokal [u] pada kata lalu yang bersajak dengan kata akudan kata mau sama-sama dilarik 17. Dan di larik 18 ada pengulangan bunyi konsonan [t/ut] pada  kata rerumput  yang bersajak dengan kata tecerabut.  Dan di larik l9 ada  pengulangan bunyi konsonan [n/an]  pada kata tanpayang bersajak dengan kata naungan.

/3/
Bait ini jugadibangun dengan citraan pendengaran di larik 17 di mana pembaca seakan benar-benar mendengar seseorang mengucapkan lalu aku mau bilang apa (?). Di larik 18dan 19 ada citraan penglihatan dimana pembaca seakan benar-benar melihat rumput-rumput yang akar-akarnya sudah tercabut tanpa naungan.

/4/
Bait ini jugadiperkuat dengan majas retoris dilarik 17 yang ditandai dengan pertanyaan lalu aku mau bilang apa (?). Bait ini juga diperkuat dengan majas litotes sekaligus juga majas hiperbola yang ditandai dengan ungkapan rerumputtercerabut akar di larik 18. Dikatakan majas litotes karena yang terkena musbibah banjir ini bukan hanya rumput, tetapi juga semua yang dilanda banjiritu lebih-lebih lagi pada bencana banjir banding dan senisnya. Baikpenduduknya, bangunan-bangunan dan lain-lainnya. Dikatakan majas hiperbolakarena ungkapan ini begitu luar biasa. Bayangkan bagaimana luar-biasanya bencana banjir itu sampai-sampai rumput-rumput tercabut akarnya. Padahal banjir itu kan hanya merendam rerumputansaja.

/5/
Bait terakhirini diawali dengan pertanyaan lalu aku mau bilang apa. Pertanyaan ini mengingatkan kitapada seseorang yang pasrah tak mampu berbuat apa-apa. Kenapa? Karena ia melihatdan merasakan bencan alam berupa banjir kebih-lebih lagi bencana banjir bandang yang sangat menyedihkan sekaligus menakutkan. Karena bencana banjir ini datanganya bukan hanya sekali dua kali, tetapi hampir setiap tahun. Bahkan adaareal kawasan yang menjadi langganan banjir setiap tahunnya. Khususnya di bulan November sampai Pebruari. Dan bait ini diakhiri dengan ungkapan tanpa naungan maksudnya adalah tak ada yang mampu menaungi, tak ada yang memberi perlindungan. Dengan kata lain tak ada yang mampu mengatasi apalagi menahandatangnya bencana banjir itu. Menyedihkan.

                                                                       III
       Puisi Dewi Kelana ini berjudul Gelepar Rumput Khatulisatiwa. Puisi ini berbicara tentang bencana alam berupa banjir dan bencana alam karena gelombang laut yang menerjang ke daratan. Dampaknya terasa sangat menakutkan. Dan ini terjadi setiap tahun, utamanya sekitar bulan November sampai dengan Pebruari. Itulahgambaramn yang pertama kali kita membaca dan menghayati pusi ini. Tetapi ketikakita terus mencermati lebih dalam lagi, ternyata puisi ini tidak hanya berbicara tentang banjir dan gelombang pasang saja. Tetapi ada makna yang tersirat dari makna yang tersurat. Ada sebuah agenda besar yang terselubung di samping agenda yang terang benderang dalam puisi ini.

       Puisi ini memang sifatnya ambigu, sarat makna dan multi tafsir. Tergantung dari arah mana pembaca memaknai dan menafsirkannya. Hal ini dapat dilihat pada beberapa kata kunci dan ungkapanyang ada di dalam puisi ini. Di antaranya ada pada judulnya sendiri yaitu Gelepar Rumput Khatulistiwa, lalu kata kemapanan di larik 11 bait ke tiga dankata makar di larik 16 di larik keempat. Ditambah lagi dengan ungkapan-ungkapan sekat-sekat telah terpancang kuat berlapis,antara kaya atau melarat sekarat dalam(dendam) kesumat pada larik 7, 8 dan larik 9 di bait ke dua. Dan juga ada ungkapan telah jatuh berdentam terberai damba dan tawa-tawa pongah menginjak kepala pada larik 12 dan larik 14 dibait ke tiga.

       Kata gelepar mengingatkan kita pada suatu keadaan seseorang atau mahkluk lainnyayang sedang sekarat sebelum benar-benar mati terkapar. Sungguh ironis, ini adalah  gambaran suatu keadaan yangsangat menyayat hati. Berikutnya diiringi dengan frasa Rumput Khatulistiwa. Kata Rumputdi sini bukanlah arti yang sebenarnya, melainkan sebuah ungkapan yang mengacukepada mahluk yang ada di khatulistiwa.Secara umum kata rumput di sini maksudnya adalah semua mahluk hidup yangada di bumi Khatualistiwa. Tetapi secara khusus dalam konteks puisi ini maksudnya adalah manusia yang ada di Indonesia.

       Berikutnya ada kata kemapanan di larik 11 baitke tiga dan kata makar di larik 16bait ke empat. Istilah kemapanan ini mengingatkan kita pada istilah yang biasa dipakai di era Orde Baru. Yangmaksudnya adalah suatu pemerintahan yang mapan, stabil  dan tak tergoyahkan.Sedangkan kata makar maksudnya adalahsuatu usaha dan tindakan yang mengarah menjatuhkan dan merebut kekuasaan pemerintahan yang sah.

       Berikut ada sekat-sekat telah terpancang kuat berlapis,antara kaya atau melarat sekarat dalam(dendam) kesumat. Ungkapan sekat-sekat telah terpancang kuat berlapis, Frasa  sekat sekat maksudnya adalah batas-batas pemisah atau lebih ekrem lagijurang-jurang pemisah yang begitu tajam antara yang kaya dan yang miskin,seperti dalam sebuah lirik lagu dangdut yangkaya makin kaya yang miskin makin miskin. Kemudian dilanjutkan dengan ungkapan melarat sekarat dalam kesumat. Secara khusus maksud ungkapanini adalah kecemburuan sosial yangsemakin tajam. Jika kecemburuan sosial itu menjadi bola api liar tak terkendali, maka besar kemungkinan akan menyulut kermarahan massa dan akan membangkitkan suatu gerakan unjuk rasa dan demonstrasi besar-besaran. Dan kemudian yang akan terjadi adalah apa yang diungkapkan dalam larik telah jatuh berdentam terberai damba dan tawa-tawapongah menginjak kepala.

       Ungkapan telah jatuh berdentam mengingatkan kita pada sesuatu benda keras yang jatuh berdentam terdengar sampai jauh. Berikut ada kata terberai kata ini asalnyaadalah tercerai berai lalu menjadi berderai yang biasanya dirangkai menjadi kluasa jatuh berderail. Ungkapan inibiasanya dikatakan pada kaca yang jatuh berderai dan tak bisa disatukan lagi.Mengapa penulis mengambil kaca sebagai perumpamaan? Karena kaca adalah sesuatu yang indah dan terang benderang. Tetapi orang banyak yang lupa bahwa kaca jugaadalah sesuatu yang rapuh dan mudah pecah. Hal ini sejalan dengan ungkapan tawa-tawa pongah menginjak kepala yang maknanya apabila sudah jatuh berderai maka sekuat apapun itu seindah apapunitu, kaca itu sudah tak punya arti lagi. Barangkali hanya akan menjadi bahan tertawaan dan barangkali juga kaca itu kini hanya jadi bahan injakan saja bagi yang sudah berhasil memecahkannya.

      Pertanyaannya adalah apakah amanat dan pesan moral yang terkandung dalam puisi ini? Setelah kita menyimak dan mencermati puisi ini dengan saksamaternyata puisi ini sarat makna dan multi tafsir. Dari paparan di atas dapatkita ketahui bahwa ada beberapa amanat dan pesan moral yang ada di dalam puisiini. Di antaranya ada dua yang dapat kita ungkapkan  di sini.

       Pertamaadalah amanat dan pesan moral yang tersurat, yang terang benderang yaitu sebagai warga masyarakat hendaknya kita jangan seenaknya saja membuang sampah sembarangan yang barangkali itu akan menyempitkan dan menyumbat jalannya air disungai-sungai yang bisa mengakibatkan terjadinya banjir seperti sekarang ini.Sebagai pemegang HPH dan para penebang liar hendaknya janganlah membabat hutan semaunya tanpa memperhatikan reboisasi. Sebagai Pemegang ijin tambang dan penambang liar janganlah hendaknya mengambil tambang seenaknya tanpa memperhatikan reklamasi tanah. kebiasaan yang tidak bertangungjawab itu sudah pasti menimbulkan kerusakan tanah sebagai resapan penahan ir hujan. Hal itu mengakibatikan datangnya bencana banjir seperti sekarang ini. Dan selain itu janganlah hendaknya mengalih fungsikan lahan resapan air menjadi pemukiman barudan perkebunan tanpa memperhatikan masalah saluran dan pelarian air ke areal yang tidak merugikan dan tidak menimbulkan banjir.

       Kedua adalah amanat dan pesan moral yang tersirat, yang terselubung yaitu sebagai pejabatpublik, sebagai eksekutif perusahaan, sebagai pimpinan organisasi baik orpol maupun ormas hendaknya janganlah seenaknya saja melanggar amanah, berbuat yang tidak terpuji apalagi sampai korupsi menggerogoti harta negara dengan dalih itudan ini yang sudah pasti akan menyulut dan membangkitkan kemarahan massa dan akibatnya bisa terjadinya gelombang unjuk rasa dan demonstrasi besar-besaran.Dan sudah pasti akan merugikan pejabat publik tsb. sudah pasti akan merugikan eksekutif perusahaan tsb, sudah pasti akan merugikan orpol tsb. sudah pasti akan merugikan pimpinan ormas tsb.

       Nah inilah amanat dan pesan moral yang terkandung dalam puisi Dewi Kelana ini yang dapat kita ungkapkan di sini semoga dapat menjadi pencerahan  bagi kita bersama. Amin.



DEWI KELANA SALAH SEORANG PENYAIR PEEREMPUAN DARI PROBOLINGGO
DEWI KELANA SALAH SEORANG PENYAIR PEEREMPUAN DARI PROBOLINGGO
 04
CARA MUDAH MENGANALISIS PUISI UNTUK DINIKMATI SENDIRI

                                                                          I

       Bagaimana cara menganalisis puisi untuk dinikmati sendiri? Menganalisis puisi itu bukanlah hal yang sulit. Apalagi bagi yang pernah jadi mahasiswa Bahasa Indonesia. Lebih-lebih bagi yang pernah kuliah di Fakultas Sastra Indonesia. Tentu itu bukanlah hal yang baru. Sayangnya analisis yang biasa dikerjakan itu adalah analisis dalam bentuk karya ilmiah itu adalah analisis ilmiah yang harus bisa dipertanggung jawabkan data dan fakta  secara teori dan keilmuan. Bukan untuk dinikmati. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya kita menganalisis sebuah puisi untuk dinikmati sendiri?
    
       Menganalisis puisi itu adalah proses penelisikan secara cermati sejauh mana sebuah puisi  itu dapat dinikmati. Pada bagian mana saja puisi itu dapat dinikmati. Cara yang paling mudah adalah dengan cara menganalisis dan mencermati unsur intrinsik yang digunakan untuk menciptakan sebuah puisi. Yang dimaksud dengan unsur intrinsik itu adalah bahan dasar yang digunakan dalam menulis atau menciptakan sebuah puisi. Yang ini dapat disamakan dengan  bahan  baku ketika kita akan membangun sebuah rumah.Bila kita ingin membangun sebuah rumah, kita memerlukan bahan baku yang terdiri dari paku, kayu, pasir, krikil, semen dan lain-lain. Sedangkan dalam menulis sebuah puisi bahan dasarnya adalah unsur bunyi, diksi, rima, ritme, imaji, majas, judul, tema dan amanat. Setelah kita mengenal unsur instrinsik pembangun sebuah puisi tsb. barulah kita dapat menganalisis puisi yang akan kita nikmati.
    
       Proses penganalisisan itu meliputi penelisikan terhadap unsur bunyi, diksi, rima, ritme, imaji, majas, judul, tema, amanat dan pesan moral yang  terkandung di dalamnya. Unsur instrinsik yang pertama di telisik adalah unsur bunyi. Yang dimaksud unsur bunyi di sini adalah bunyi yang sengaja dimasukkan penyair dalam penciptaan puisinya. Misalnya tiruan bunyi tetesan air hujan, bunyi hembusan angin, bunyi desauan ombak laut, bunyi tabrakan benda keras dan termasuk juga bunyi yang tak ada artinya apa-apa biasa disebut dengan nonsense. Selain itu ada juga Pengulangan bunyi vokal dan sengau yang dapat menimbukan efek merdu dan berirama disebut efoni. Efoni menimbukan kesan keindahan, kemesraan, kegembiraan, dan kerinduan. Sebaliknya kombinasi bunyi yang tidak merdu dan terkesan parau disebut kakofoni.  Kakofoni menimbulkan kesan kekuatan, tekanan,kekacauan, dan kehancuran. Yang dua hal ini hanya penyair yang memahami kekuatan efoni dan kokofon saja yang menggunakannya dalam sebuah puisi. Tetapi apapun itu unsur bunyi ini digunakan penyair untuk memperindah puisi itu ketika dibaca dan diperdengarkan.
      
       Unsur intrinsik yang kedua adalah diksi. Yang dimaksud dengan diksi itu ada­lah pemilihan kata dan penempatannya yang kata harus se­suai, tepat, eko­nomis, dan tegas. Kata yang digunakan bisa berbemtuk kata dasar bisa juga kata jadian yang terbentuk karena proses morfologis. Dalam menciptakan puisi penyair itu bisa
menggunakan kata yang bermakna denotatif bisa juga yang mempunyai makna konotatif. Yang dimaksud dengan makna denotatif adalah makna secara harfiah. Sedangkan makna konotatif adalah makna khusus. Misalnya, Kau adalah bunga di taman yang mekar di kala pagi. Makna bunga secara denotatif adalah memang benar-benar bunga yang biasa kita lihat di taman-taman itu. Tetapi secara konotatif bunga di dalam kalimat ini bisa berarti seorang gadis cantik idaman hati. Dengan kata lain kata yang digunakan penyair bisa kata secara harfiah, bisa juga kata kiasan perumpamaan yang harus dimaknai secara khusus.

       Untuk sementara masalah yang kita bicarakan hanya sampai pada unsur bunyi dan diksi yang digunakan penyair dalam menciptakan puisi. Sedangkan masalah rima, ritme, imaji, majas, judul, tema dan amanat akan kita bicarakan pada bagian yang akan datang. Kali ini kita akan menikmati puisi Acep Zamzam Noor yang berjudul KEPADA SEORANG PENYANYI DANGDUT sebagai berikut di bawah ini.

                                                                 II

KEPADA SEORANG PENYANYI DANGDUT

Di tengah melambungnya harga-harga
Suaramu semakin merdu saja

Di tengah membengkaknya hutang negara
Wajahmu semakin cantik saja

Di tengah ruwetnya masalah sosial, politik dan agama
Tubuhmu semakin sintal saja

Di tengah merebaknya teror dan berbagai bencana
Goyanganmu semakin heboh saja

Di tengah langkanya pemimpin yang bisa dipercaya
Kehadiranmu semakin berarti saja

Di tengah terpuruknya kehormatan bangsa
Hargamu semakin melambung saja

(SKH Kompas 18
Oktober 2009  - hal 22)

      Puisi KEPADA SEORANG PENYANYI DANGDUT karya Acep Zamzam Noor ini tampil dengan tipografi 6 bait, yang masing-masing bait hanya terdiri dari 2 larik saja. Jadinya keseluruhan lariknya berjumlah 12 larik.

      Hanya dengan sekali baca saja, kita sudah dapat merasakan bahwa puisi ini bukan hanya bicara tentang penyanyi dangdut dengan goyangannya yang sangat menggairahkan itu, tetapi sebenarnya ini juga adalah sindiran halus yang menggelitik, tajam menyengat dan menggigit. Meski demikian bukan berarti puisi ini hambar dan non-puitis. Sebaliknya puisi ini sangat memesona dan menarik untuk ditelisik dicermati dan dinikmati.

      Puisi ini dibangun dengan diksi yang kontradiktif dan komparatif antara carut marut permasalahan yang terjadi di negara kita ini dengan kecendrungan menggandrungi para penyanyi  dangdut  dengan lagu yang goyangannya semakin menggairahkan itu, yang ditandai dengan ungkapan-ungkapan melambungnya harga-harga, membengkak- nya hutang negara, ruwetnya masalah sosial, politik dan agama, merebaknya teror dan berbagai bencana dan langkanya pemimpin yang bisa dipercaya, terpuruknya kehormatan bangsa. Penyanyi dangdut itu semakin merdu. semakin cantik, semakin sintal, semakin heboh, semakin berarti dan semakin 
melambung . 

       Puisi ini begitu mudahnya untuk dipahami, dihayati dan dinikmati. Dengan membaca sekilas saja kita sudah dapat menikmati keindahan untaian kata ungkapan-ungkapan yang tersaji sekaligus juga dengan mudahnya kita menangkap apa yang dibicarakan dalam puisi ini.

      Ketika puisi ini dibacakan dan diperdengarkan kita langsung dapat menikmati betapa indahnya kata-katanya. Betapa kocak sekaligus juga betapa tajamnya sindiran yang ada pada puisi ini. Pada saat kita mendengar puisi ini dibacakan, yang pertama-tama dapat kita nikmati dari puisi ni adalah keindahan rima yang tertata rapi. Hal ini ditandai dengan pengulangan bunyi vokal [a] pada kata harga dan saja, negara dan saja, agama dan saja, bencana dan saja, dipercaya dan saja, dan pada kata bangsa dan saja.

       Puisi ini juga dapat kita nikmati dengan mendengarkan ritme atau irama yang mengalun indah lewat pengulangan kata Di tengah di setiap awal larik 1, 3, 5, 7, 9 dan di awal larik 11. Keindahan ritme itu juga dapat kita nikmati dengan adanya pengulangan bunyi kata saja di setiap akhir larik 2, 4, 6, 8 dan di akhir larik 12.

      Puisi ini juga dapat kita nikmati lewat imaji visual yang menggelitik membuat puiisi ini semakin menarik untuk dinikmati. Kita seakan melihat di berbagai pasar dan tempat-tempat lainnya barang dan jasa harganya semakin melambung naik, Hal dapat dilihat pada berita di media-media dan tayangan di televisi. Bukan itu saja tetapi juga hutang negara semakin membengkak, ditambah lagi dengan ruwetnya masalah sosial,  politik dan masalah agama, merebaknya teror dan berbagai bencana, kita juga kekurangan pemipim-pimpmpin yang bisa dipercaya. Sementara pada saat yang sama kita juga seakan melihat betapa ramai dan menariknya seorang penyanyi dangdut yang begitu digandrungi publik. Kita semakin terpesona dengan wajahnya yang semakin cantik, tubuhnya semakin sintal, dan goyangannya pun semakin heboh. Pada saat negara semakin terpuruk, anehnya bahkan sudah menjadi fenomena justru kehadiran seorang penyanyi dangdut yang aduhai itu lebih berarti bagi masyarakat dan harga jualnya pun terus semakin meninggi. Ironis, memang ironis. inilah  gambaran keadaan negeri kita saat ini.
 
       Sepintas lalu puisi ini hanyalah ungkapan rasa kagum terhadap seorang penyanyi dangdut yang begitu memukau dan aduhai. Tetapi ketika kita membaca beberapa ungkapan yang berkaitan erat dengan permasalahan yang tak pernah selesai di negara kita, maka tentulah bukan itu maksud terciptanya puisi ini. Ini jelas sebuah ungkapan perasaan  penulisnya yang terang benderang yang dikemas secara ironis.

       Puisi ini sepenuhnya dibangun dengan majas ironis dan sinisme yang ditandai dengan ungkapan berupa sindiran halus tetapi tajam menyengat tentang keadaan carut marut di negara kita saat ini.

       Puisi ini juga dibangun dengan majas paralelisme yang ditandai dengan penyajian dua buah ungkapan yang sejajar komparatif dan kotradiktif dalam setiap baitnya. Hal ini jelas terbaca pada ungkapan yang paralel sebagai berikut di bawah ini.

Ungkapan melambungnya harga
Paralel dengan
Ungkapan suaramu semakin merdu

Ungkapan membengkaknya hutang negara
Paralel dengan
Ungkapan wajahmu semakin cantik

Ungkapan ruwetnya masalah sosial, politik dan agama
Paralel dengan
Ungkapan tubuhmu semakin sintal

Ungkapan merebaknya teror dan berbagai bencana
Paralel dengan
Ungkapan Goyanganmu semakin heboh

Ungkapan langkanya pemimpin yang bisa dipercaya
Paralel dengan
Ungkapan Kehadiranmu semakin berarti

Ungkapan terpuruknya kehormatan bangsa
Paralel dengan
Ungkapan Hargamu semakin melambung

                                                                  III

       Puisi Acep Zamzam Noor ini yang berjudul KEPADA SEORANG PENYANYI DANGDUT. Puisi ini mengingatkan kita pada fenomena masyarakat semakin maraknya dunia industri musik dangdut belakangan ini. Secara denotatif frasa penyanyi dangdut di sini maksudnya memang benar-benar penyanyi dangdut yang biasa kita lihat di layar kaca. Penyanyi dangdut yang suaranya semakin merdu. yang wajahnya semakin cantik, yang tubuhnya semakin sintal, yang goyangannya semakin heboh, yang kehadirannya semakin berarti dan yang bayarannya semakin tinggi melambung.
     
       Secara konotatif frasa penyanyi dangdut di sini, maknanya bisa berarti siapa saja. Bisa berarti seorang caleg yang suaranya semakin merdu menebar janji itu dan ini. yang wajahnya semakin cantik mengajak untuk memilihnya, yang tubuhnya semakin sintal, yang goyangannya semakin heboh di panggung kampanye, yang kehadirannya semakin berarti bagi penggemarnya guna mendapatkan serangan fajar dan yang jumlah bayaran yang semakin tinggi melambung.

       Frasa penyanyi dangdut di sini bisa juga berarti seorang pemimpin publik yang suaranya semakin merdu mengaku bahwa keberhasilan sakarang adalah hasil perjuangan dan pengabdiannya selama ini, yang wajahnya semakin simpatik mengajak untuk memilihnya kembali, yang tubuhnya semakin makmur, yang tindak tanduknya semakin meyakinkan masyarakat, yang kehadirannya juga semakin berarti bagi penggemarnya yang ikut menikmati hasil kerjanya. Yang syukur-syukur bukan hasil korupsi, apalagi korupsinya yang semakin membengkak.

       Sementara itu ia tak memperdulikan lagi tentang melambungnya harga-harga sembako, membengkaknya
hutang negara, semakin ruwetnya masalah sosial, politik dan agama, merebaknya teror dan berbagai bencana serta langkanya pemimpin yang bisa dipercaya, mengakibatkan terpuruknya kehormatan bangsa. Mereka-mereka itu malah semakin manis saja suaranya.
    
       Setelah kita membaca, meresapi, menghayati dan mengapresiasi ternyata puisi ini adalah puisi deskriptif impresionistik yang mengungkapkan kesan penyairnya terhadap keadaan di negara kita dengan cara yang kocak dan menggelitik. Adapun amanat dan pesan moral yang dapat kita petik dari puisi ini adalah (1) hendaknya kita jangan ’terlalu’ terlena dengan keadaan yang sangat menyenangkan dan menggairahkan ini, (2) hendaklah kita juga turut prihatin atas melambungnya harga-harga sembako, membengkaknya hutang negara, semakin ruwetnya masalah sosial, politik dan agama, merebaknya teror dan berbagai bencana serta langkanya pemimpin yang bisa dipercaya, mengakibatkan terpuruknya kehormatan bangsa.

       Demikianlah kiranya amanat dan pesan moral yang terkandung di dalam puisi ini. Dan demikian pula lah yang dapat kita nikmati dari puisi ini


 Selamat Menikmati


  




_____________________

 
Sumber : Dari Catatan Hamberan Syahbana, penulis sastra (sastrawan) yang tinggal di Banjarmasin