Senin, 26 Januari 2015

(Sudut Pandang/Referensi) - Bagaimana Aku Bisa Memilih Hiburan yang Bagus?







Bagaimana Aku Bisa Memilih Hiburan yang Bagus?

Kalau kamu seorang Kristen, kamu pasti selektif soal hiburan. Kamu tidak sekadar ikut-ikutan dengan kata orang lain tentang apa yang mesti kamu tonton, baca, atau dengarkan. Mengapa? Karena kebanyakan hiburan dewasa ini memuja hal-hal yang harus kamu hindari, seperti hubungan seks gelap, kekerasan, dan spiritisme. Walau demikian, ada hiburan yang bagus. Mari kita lihat bagaimana kamu bisa memilihnya.*


FILM


Di bawah ini, tandai ✔ di sebelah jenis film kesukaanmu.

○ Komedi
○ Drama
○ Laga/Petualangan
○ Fiksi ilmiah
○ Yang lain

Tahukah kamu . . . ? India sering memproduksi lebih dari seribu film per tahun—lebih banyak daripada negeri lain mana pun.

Apa yang perlu dihindari. Banyak film mempromosikan nilai-nilai yang bertentangan dengan standar Alkitab. Ada yang jelas-jelas menonjolkan adegan seks dan kekerasan, dan ada yang bertemakan hal gaib. Tetapi, Alkitab berkata, ”Singkirkan itu semua dari dirimu, kemurkaan, kemarahan, hal-hal yang buruk, cacian, dan perkataan cabul.” (Kolose 3:8) Juga, Allah mengutuk segala hal yang berkaitan dengan spiritisme.—Ulangan 18:10-13.

Bagaimana kamu bisa selektif. ”Kalau cuplikannya saja sudah enggak benar, aku enggak mau nonton film itu.”—Sherina.*

”Aku enggak pernah asal percaya kalau ada yang bilang filmnya bagus, kecuali aku tahu orang itu prinsipnya sama denganku.”—Katrin.

”Kalau aku lagi nonton film di bioskop dan mulai merasa risi sama adegannya, aku langsung keluar.”—Marina.

”Biar tahu bagus atau enggaknya film, aku cek dulu situs Internet yang memuat peringkat adegan seks, kekerasan, dan kata-kata kotor dalam setiap film.”—Natasha.

Tips: Carilah film yang kecil kemungkinannya berisi hal-hal yang tidak berterima. ”Aku suka banget film yang latarnya tempo dulu, yang diangkat dari sastra klasik,” kata remaja bernama Masami.

Pikirkanlah,

’Apakah film yang aku tonton memudahkan—atau menyulitkan—aku menaati hukum Allah mengenai seks, kekerasan, dan spiritisme?’





BUKU


Di bawah ini, tandai ✔ di sebelah jenis bahan bacaan kesukaanmu.

○ Fiksi
○ Nonfiksi
○ Novel klasik
○ Yang lain

Tahukah kamu . . . ? Lebih dari seribu buku diterbitkan setiap minggu di Amerika Serikat saja.
Apa yang perlu dihindari. Sama halnya dengan film, banyak buku mempromosikan nilai-nilai yang bertentangan dengan standar Alkitab. Misalnya, ada yang terang-terangan melukiskan adegan seks atau bertemakan spiritisme. Tetapi, Alkitab berkata, ”Mengenai percabulan dan setiap jenis kenajisan atau ketamakan, disebut saja pun jangan di antara kamu.” (Efesus 5:3) Alkitab juga mengatakan bahwa praktek spiritisme ”buruk di mata Yehuwa”.—2 Raja 17:17.

Bagaimana kamu bisa selektif. ”Sebelum beli sebuah buku, aku baca dulu sampul belakangnya dan lihat-lihat isinya. Kalau ada sesuatu yang meragukan, aku enggak jadi beli.”—Marie.

”Semakin dewasa dan mulai bisa bernalar, aku sadar pentingnya mendengarkan hati nurani. Kalau aku baca suatu buku lalu merasa itu jelek, aku akan berhenti membacanya karena isinya tidak sesuai dengan cara berpikir Allah.”—Karina.

Tips: Bacalah yang lain juga. ”Menurutku, lebih seru baca novel klasik daripada fiksi modern,” tutur Lara, 17 tahun. ”Pilihan katanya, perjalanan hidup tokohnya, alur ceritanya—keren habis deh!”

Pikirkanlah,
’Apakah buku yang aku baca membuat aku terhibur oleh tingkah laku yang tidak diperkenan Allah?’






MUSIK


Di bawah ini, tandai ✔ di sebelah jenis musik kesukaanmu.
○ Rock
○ Klasik
○ Jazz
○ Pop
○Rap
○ Yang lain

Tahukah kamu . . . ? Setiap tahun, ada total sekitar 30.000 album yang dirilis empat perusahaan-musik besar.

Apa yang perlu dihindari. Sama halnya dengan film dan buku, kebanyakan musik dewasa ini sangat bejat. Lirik yang tidak senonoh dan video musik yang vulgar justru makin menyulitkanmu mengendalikan dorongan seksual. (1 Korintus 6:18) ”Banyak musik sekarang ini menganjurkan perilaku yang berseberangan dengan standar Alkitab,” ujar Layla, 21 tahun, ”dan iramanya itu lho, bikin orang jadi ingin bergoyang sensual.”

Bagaimana kamu bisa selektif. ”Aku coba jujur sama diriku, ’Seandainya ada orang Kristen dewasa melihat-lihat daftar musikku, apa aku bakal malu?’ Ini menjadi pertimbangan bagiku untuk memilih jenis musik apa yang sebaiknya aku dengarkan.”—Liani.

Tips: Cobalah dengarkan beragam jenis musik. ”Papaku suka musik klasik, jadi dari kecil aku lumayan sering mendengarkannya,” kata remaja bernama Roberto. ”Mendalami musik klasik, sambil belajar main piano, membuka wawasanku!”

Pikirkanlah,

’Apakah musik yang aku dengarkan memudahkan—atau menyulitkan—aku mengendalikan hasrat seksualku?’

BACALAH JUGA!

Lihat buku Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 2, Pasal 31 dan 32, yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.

[Catatan Kaki]

Sedarlah! tidak menganjurkan ataupun mengecam judul film, buku, atau lagu komersial tertentu. Tujuan artikel ini adalah membantumu mengembangkan dan mengikuti hati nurani yang dilatih Alkitab, yang peka terhadap standar Allah.—Mazmur 119:104; Roma 12:9.

Beberapa nama dalam artikel ini telah diubah.

[Blurb di hlm. 19]

Industri hiburan tidak rugi—malah untung besar—kalau kamu mengabaikan hati nuranimu yang dilatih Alkitab dan ikut-ikutan menonton, membaca, atau mendengarkan apa pun yang sedang populer.

[Kotak/Gambar di hlm. 18]
  
 ”Banyak buku dan film yang enggak cocok sama standar Alkitab. Tapi, kalau aku menemukan yang cocok, aku jadi lebih menikmati ceritanya.” Adrian

[Gambar di hlm. 18]

[Kotak di hlm. 18]

TANYAI ORANG TUAMU
  
Apa bedanya hiburan sewaktu Papa dan Mama masih muda dengan hiburan sekarang? Bagaimana cerita Kakek dan Nenek tentang hiburan pada masa muda mereka dibanding masa muda Papa dan Mama?

[Kotak/Gambar di hlm. 19]

 ”Ada musik yang bisa bikin kita penasaran dengan hal-hal yang harus dijauhi orang Kristen. Jangan sampai kita cuek sama hati nurani kita hanya karena suka entakan musiknya.” Janiece

[Gambar di hlm. 19]




____________________

Sumber : http://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/102011408#h=18:0-29:107

(Sudut Pandang/Referensi) - BUKU







BUKU


 
Kata Ibrani se′fer (buku; surat; tulisan) berkaitan dengan kata kerja sa·far′ (hitung) dan kata benda so·fer′ (penulis; penyalin). (Kej 5:1; 2Sam 11:15; Yes 29:12; 22:10; Hak 5:14; Neh 13:13) Apabila digunakan untuk tulisan resmi, se′fer secara beragam diterjemahkan menjadi ”dokumen tertulis”, ”surat”, dan ”akta”. (Est 9:25; Yer 3:8; 32:11) Bi′blos adalah kata Yunani untuk ”buku”; bentuknya yang berimbuhan, bi·bli′on (harfiah, buku kecil), diterjemahkan menjadi ”kitab”, ”buku”, ”surat”, dan ”gulungan”. (Mrk 12:26; Ibr 9:19, Int; Mat 19:7; Luk 4:17) Kata bahasa Inggris ”Bible” (Alkitab) berasal dari kata-kata Yunani tersebut.—Lihat ALKITAB.

Pada masa awal, ”buku” mungkin berbentuk sebuah lempeng atau sekumpulan lempeng yang terbuat dari tanah liat, batu, lilin, kayu berlapis lilin, logam, gading, atau mungkin bahkan sekumpulan pecahan tembikar (ostraka). Gulungan-gulungan yang ditulis dengan tangan dibuat dari lembaran-lembaran papirus yang direkatkan, dari perkamen (kulit binatang, seperti kulit domba dan kambing), atau dari bahan yang lebih halus, yaitu vellum yang terbuat dari kulit lembu muda, dan belakangan, dari linen dan kertas linen. Akhirnya, yang disebut buku adalah sekumpulan lembaran bertulisan tangan atau bertulisan cetak yang dilipat dan disusun secara berurutan, kemudian dijilid menjadi sebuah bundel dengan diikat, dijahit, dilem, atau dengan cara lain.

Gulungan biasanya ditulisi pada satu sisi saja (jika terbuat dari kulit, sisi yang tadinya berbulu). Alat tulis ini kadang-kadang digulungkan pada sebatang tongkat. Si pembaca akan mulai membaca dari ujung yang satu, sambil menahan gulungan itu dengan tangan kiri dan menggulungnya pada tongkat dengan tangan kanan (jika membaca bahasa Ibrani; arahnya dibalik jika membaca bahasa Yunani). Apabila catatan itu panjang, gulungan ini mungkin digulungkan pada dua batang tongkat, dan bagian tengah teks akan terlihat sewaktu gulungan diangkat untuk dibaca. Oleh karena itu, kata ”volume” (jilid) dalam bahasa Inggris diambil dari kata Latin volumen, yang berarti sebuah ”gulungan”.

Umumnya lembaran yang digunakan untuk membuat gulungan panjangnya antara 23 sampai 28 cm dan lebarnya 15 sampai 23 cm. Beberapa lembaran disambung dengan merekatkan sisi-sisinya menggunakan pasta. Namun, lembaran-lembaran Gulungan Yesaya Laut Mati, dari abad kedua SM, dijahit menjadi satu dengan benang linen. Gulungan itu terdiri dari 17 lembaran perkamen yang rata-rata tingginya 26,2 cm dan lebarnya bervariasi dari kira-kira 25,2 cm hingga 62,8 cm; panjang seluruhnya 7,3 m berdasarkan kondisinya sekarang. Pada zaman Plinius, panjang gulungan (mungkin yang diperjualbelikan) biasanya 20 lembaran. Sebuah gulungan papirus Mesir yang memuat riwayat pemerintahan Ramses III, disebut Papirus Harris, panjangnya 40,5 m. Untuk Injil Markus pastilah diperlukan gulungan sepanjang 5,8 m; untuk Injil Lukas, sekitar 9,5 m.

Pinggiran-pinggiran gulungan dipotong, dihaluskan dengan batu apung, lalu diwarnai, biasanya hitam. Dengan dicelupkan ke dalam minyak pohon aras, gulungan akan terlindung dari serangga. Orang biasanya menulis pada satu sisi gulungan saja kecuali jika ada lebih banyak informasi yang tidak termuat di sisi dalam. Untuk itu, ada yang mungkin menulis di sisi luar, atau sisi sebaliknya. Gulungan-gulungan yang memuat penghakiman dalam penglihatan nabi Yehezkiel, nabi Zakharia, dan rasul Yohanes ditulisi pada kedua sisinya. Ini berarti penghakiman tersebut berat, ekstensif, dan serius.—Yeh 2:10; Za 5:1-3; Pny 5:1.

Dokumen-dokumen penting disegel dengan gumpalan tanah liat atau lilin yang dibubuhi cap meterai sang penulis atau pembuatnya, dan meterai itu direkatkan pada tali yang mengikat dokumen tersebut. Rasul Yohanes melihat dalam penglihatan sebuah gulungan dengan tujuh meterai, yang diserahkan oleh pribadi yang duduk di atas takhta kepada Anak Domba.—Pny 5:1-7.

Tampaknya gulungan-gulungan yang lebih awal memiliki sampai empat kolom per lembar, sedangkan yang belakangan umumnya hanya satu kolom. Gulungan Yeremia terdiri atas beberapa ”kolom halaman”. Setelah dibacakan tiga atau empat kolom, Raja Yehoyakim memotong bagian gulungan itu lalu melemparkannya ke api. (Yer 36:23) Ke-17 lembaran Gulungan Yesaya Laut Mati berisi 54 kolom teks, rata-rata sekitar 30 baris per kolom.

Buku berbentuk gulungan masih digunakan oleh orang Israel sampai periode sidang Kristen. Catatan-catatan dalam arsip pemerintah bangsa Israel dan Yehuda zaman dahulu serta tulisan-tulisan terilham para nabi Yehuwa, meski kadang-kadang disebut buku (kitab), sebenarnya berbentuk gulungan.—1Raj 11:41; 14:19; Yer 36:4, 6, 23.

Setelah pembuangan di Babilon, dimulailah pembangunan sinagoga-sinagoga, yang masing-masing menyimpan dan memanfaatkan gulungan-gulungan Tulisan-Tulisan Suci, dan pada setiap hari Sabat, gulungan-gulungan itu dibacakan di depan umum. (Kis 15:21) Yesus pun membaca dari gulungan semacam itu, yang mungkin mirip Gulungan Yesaya Laut Mati.—Luk 4:15-20.

Kodeks. Tampaknya, orang Kristen terutama menggunakan buku berbentuk gulungan setidaknya sampai kira-kira akhir abad pertama M. Rasul Yohanes menulis buku Penyingkapan kira-kira pada tahun 96 M, dan di pasal 22, ayat 18 dan 19, buku itu sendiri disebut sebagai gulungan. Tetapi buku berbentuk gulungan sangat besar dan berat. Sesudah peralihan bentuk kodeks dari buku catatan ke bentuk buku, jelas terlihat bahwa kodeks jauh lebih unggul daripada gulungan kuno. Misalnya, dibutuhkan gulungan sepanjang 31,7 m agar dapat memuat keempat Injil, sedangkan satu kodeks yang relatif kecil dapat menampung keempat Injil sekaligus. Selain itu, kodeks lebih ekonomis, karena kedua sisi halamannya dapat ditulisi. Lagi pula, penutup buku dapat sangat melindungi isinya, dan suatu keterangan dapat ditemukan dengan cepat tanpa perlu bersusah payah membuka gulungan demi gulungan.

Akan merepotkan, dan bahkan nyaris tidak mungkin, untuk mencari dengan cepat pernyataan tertentu dalam sebuah gulungan yang besar. Bukti-bukti menunjukkan bahwa orang Kristen langsung menerima penggunaan kodeks, atau buku berhalaman, karena mereka sangat berminat untuk memberitakan kabar baik dan sering membuka Alkitab serta merujuk ke banyak ayat sewaktu mempelajari dan memberitakan Alkitab.

Sekalipun mungkin bukan penemunya, orang Kristen telah memelopori penggunaan buku berhalaman; mengenai fakta ini, Profesor E. J. Goodspeed dalam bukunya Christianity Goes to Press (1940, hlm. 75, 76) menyatakan, ”Ada orang-orang dalam gereja masa awal yang sangat antusias terhadap peranan penerbitan bacaan di dunia Yunani-Romawi, yang, karena bergairah menyebarluaskan berita Kristen ke seluruh dunia itu, menggunakan segala macam teknik penerbitan, tidak hanya teknik tradisional yang sudah ketinggalan zaman, tetapi juga teknik yang paling baru serta paling progresif, dan memanfaatkan itu semua sepenuhnya dalam propaganda Kristen mereka. Untuk itu, mereka mulai menggunakan buku berhalaman dalam skala luas, yang kini digunakan di seluruh dunia. Injil yang mereka beritakan bukanlah suatu misteri yang khusus dan rahasia, melainkan sesuatu yang harus diumumkan di atas sotoh rumah, dan mereka menjadikannya sebagai pekerjaan mereka untuk melaksanakan slogan kuno para nabi, ’Umumkan kabar baik.’ Tentu saja, penulisan injil-injil itu merupakan hal yang luar biasa, tetapi pengumpulannya, dan juga penerbitannya sebagai sebuah karya, adalah tindakan yang sama sekali berbeda, yang hampir sama pentingnya dengan penulisan beberapa injil tersebut.”—Lihat juga Encyclopædia Britannica, 1971, Jil. 3, hlm. 922.

Berdasarkan pernyataan Profesor Sanders (yang diterbitkan dalam University of Michigan Quarterly Review, 1938, hlm. 109), Profesor Goodspeed mengemukakan dalam bukunya (hlm. 71) sebuah tabel untuk membandingkan antara temuan berupa karya-karya Yunani-Romawi dan temuan berupa karya-karya orang Kristen dari abad kedua, ketiga, dan keempat M, sehubungan dengan jumlah fragmen gulungan dan kodeks, atau buku berhalaman, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:


     YUNANI ROMAWI        KRISTEN
Abad  Gulungan  Kodeks     Gulungan  Kodeks
II                        1?       4
III      291     20         9?      38
IV      26     49          6?      64


Mengenai orang-orang Kristen masa awal selaku penerbit buku, Profesor Goodspeed selanjutnya mengatakan (hlm. 78), ”Mereka tidak hanya mengikuti zaman dalam hal-hal demikian, mereka bahkan mendahului zaman, dan para penerbit pada abad-abad berikutnya telah meniru mereka.” Lebih lanjut ia menyatakan (hlm. 99), ”Penerbitan Alkitablah yang memacu pengembangan buku berhalaman untuk tujuan kesusastraan pada abad kedua, dan penerbitan Alkitablah yang memacu penemuan mesin cetak.”

Profesor Goodspeed dengan berani berpendapat (hlm. 81), ”Pernyataan ganjil di II Tim. 4:13 ’Bawa . . . kitab-kitabku, terutama perkamen itu’, (kata-kata Yunaninya adalah biblia, membranas) membuat orang bertanya-tanya apakah biblia itu tidak memaksudkan gulungan-gulungan kitab orang Yahudi, dan membranai itu buku-buku berhalaman yang lebih baru yang berasal dari orang Kristen—injil-injil dan Paulus. Argumen Profesor Sanders dengan tegas menyiratkan bahwa di utara L. Tengah, buku-buku berhalaman pada mulanya kemungkinan besar terbuat dari perkamen.”

Palimpsest. Karena harganya mahal dan langka, alat tulis kadang-kadang digunakan kembali dan inilah yang disebut palimpsest. Manuskrip-manuskrip adakalanya dihapus sebagian dengan mengerik, membasahi dengan spons, atau dengan menggunakan berbagai ramuan untuk menghapus sebisa mungkin tulisan aslinya. Untuk papirus, tulisan dapat dihapus dengan spons jika tintanya masih cukup basah; atau, bisa juga tulisan lamanya dicoret, atau bagian belakangnya digunakan untuk menulis. Pada beberapa palimpsest, karena cuaca, dan kondisi-kondisi lainnya, tulisan yang asli mungkin tampak cukup jelas untuk diartikan. Di antaranya terdapat sejumlah manuskrip Alkitab, salah satu yang terkenal adalah Kodeks Efraem yang memuat sebagian Kitab-Kitab Ibrani dan Yunani yang diperkirakan ditulis pada abad ke-5 M, tetapi yang kemudian ditimpa dengan tulisan yang mungkin berasal dari abad ke-12.

Buku-Buku Lain yang Disebutkan dalam Alkitab. Alkitab menyebutkan sejumlah buku yang tidak terilham. Beberapa di antaranya menjadi sumber rujukan para penulis yang terilham. Ada yang tampaknya merupakan kumpulan jurnal dari arsip negara. Berikut ini beberapa di antaranya:

Buku Perang Yehuwa. Dikutip oleh Musa di Bilangan 21:14, 15; buku ini tentu merupakan catatan atau riwayat yang dapat diandalkan mengenai peperangan umat Allah. Buku ini mungkin diawali dengan peperangan Abraham yang berkemenangan melawan empat raja yang bersekutu yang menawan Lot beserta keluarganya.—Kej 14:1-16.

Buku Yasyar. Buku ini dikutip di Yosua 10:12, 13, sehubungan dengan permohonan Yosua agar matahari dan bulan tidak bergerak selama ia bertempur melawan orang Amori, dan di 2 Samuel 1:18-27, yang menyebutkan sebuah puisi berjudul ”Busur”, suatu nyanyian ratapan atas Saul dan Yonatan. Karena itu, ada anggapan bahwa buku ini merupakan kumpulan puisi, nyanyian, dan tulisan lainnya. Tentu saja buku-buku ini banyak diminati orang sepanjang sejarah dan banyak beredar di kalangan orang Ibrani.

Tulisan-tulisan sejarah lainnya. Beberapa tulisan sejarah lain yang tidak terilham disebutkan dalam buku Raja-Raja dan buku Tawarikh, salah satunya adalah ”buku catatan peristiwa pada masa raja-raja Israel”. (1Raj 14:19; 2Raj 15:31) ”Buku catatan peristiwa pada zaman raja-raja Yehuda” adalah padanannya untuk raja-raja dari kerajaan selatan, yang dimulai dari Rehoboam, putra Salomo. Buku ini disebutkan sebanyak 15 kali. (1Raj 14:29; 2Raj 24:5) Catatan lain mengenai pemerintahan Salomo disebutkan di 1 Raja-Raja 11:41 sebagai ”buku catatan peristiwa berkenaan dengan Salomo”.

Sewaktu menyusun dan menulis buku Tawarikh setelah pembuangan, Ezra merujuk sedikitnya 14 kali kepada sumber-sumber lain, termasuk ”Buku Raja-Raja Israel”, ”kisah tentang peristiwa-peristiwa pada masa Raja Daud”, dan ”Buku Raja-Raja Yehuda dan Israel”. (1Taw 9:1; 27:24; 2Taw 16:11; 20:34; 24:27; 27:7; 33:18) Ezra juga merujuk ke buku-buku yang ditulis oleh para penulis terilham sebelumnya. (1Taw 29:29; 2Taw 26:22; 32:32) Ezra menyebutkan bahwa nabi-nabi Yehuwa yang lain membuat catatan-catatan tertulis yang tidak dilestarikan dalam Tulisan-Tulisan Kudus yang terilham. (2Taw 9:29; 12:15; 13:22) Nehemia menyebutkan tentang ”buku catatan peristiwa pada zaman itu”. (Neh 12:23) Alkitab juga menyebutkan dokumen-dokumen pemerintah Persia, yang mencakup laporan-laporan tentang dinas kepada sang raja, misalnya ketika Mordekai mengungkap rencana pembunuhan.—Ezr 4:15; Est 2:23; 6:1, 2; 10:2.

Penulis buku Pengkhotbah yang arif memperingatkan terhadap pembuatan banyak buku yang tiada akhirnya, yakni buku-buku yang merupakan hasil penalaran duniawi dan bertentangan dengan hikmat ilahi, yang tidak menanamkan pentingnya memiliki rasa takut kepada Allah yang benar dan menjalankan perintah-perintah Allah. (Pkh 12:12, 13) Contoh buku-buku seperti itu terdapat di Efesus, tempat merajalelanya spiritisme dan demonisme. Setelah pemberitaan kabar baik tentang Kristus, orang-orang yang percaya mengumpulkan buku-buku ilmu gaib mereka dan membakarnya di hadapan umum; harga semua buku itu ditaksir bernilai 50.000 keping perak (jika dinar, $37.200).—Kis 19:19.

Di Keluaran 17:14 ada perintah Yehuwa untuk menuliskan penghakiman-Nya terhadap Amalek dalam ”buku”, yang menyiratkan bahwa tulisan-tulisan Musa, yakni tulisan-tulisan pertama yang diketahui keterilhamannya, sudah mulai dibuat pada tahun 1513 SM.

Beberapa keterangan lain yang merujuk ke Alkitab atau bagian-bagiannya adalah: ”Buku perjanjian”, tampaknya berisi hukum-hukum yang diuraikan di Keluaran 20:22 sampai 23:33 (Kel 24:7); dan ”gulungan kitab”, yakni Kitab-Kitab Ibrani.—Ibr 10:7.

Sebagai Kiasan. Alkitab beberapa kali menggunakan kata ”buku” secara kiasan, misalnya dalam ungkapan ”bukumu [milik Allah]” (Kel 32:32), ”buku peringatan” (Mal 3:16), dan ”buku kehidupan” (Flp 4:3; Pny 3:5; 20:15). Tampaknya, ungkapan-ungkapan itu pada dasarnya memaksudkan hal yang sama, yakni semua ”buku” peringatan milik Allah agar Ia dapat memberikan upah berupa kehidupan kekal (di surga atau di bumi) kepada orang-orang yang namanya tertulis di situ. Ada syaratnya agar nama seseorang tertulis dalam ”buku” Allah, sebab Alkitab memperlihatkan bahwa nama orang dapat ’dihapus’ dari buku ini. (Kel 32:32, 33; Pny 3:5) Jadi, nama seseorang akan tetap tertulis dalam buku tersebut hanya apabila ia terus setia.—Lihat HIDUP, KEHIDUPAN.




___________________


Sumber :
http://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/1200000789

Sabtu, 24 Januari 2015

(Serba-Serbi) - Maunsell Forts, Benteng Di Atas Air





Bangkit dari air seperti monster berkarat dari HG Wells, Maunsell Army Forts di Thames Estuary yang berkarat menjadi pengingat hari-hari paling gelap dari Perang Dunia II.

The Maunsell Forts adalah menara berbenteng kecil yang dibangun di Sungai Thames dan Mersey muara selama Perang Dunia Kedua untuk membantu membela Inggris. Mereka beroperasi sebagai tentara dan angkatan laut benteng, dan dinamai dari desainer mereka, Guy Maunsell.

Bagian dari jaringan pertahanan Thames Estuary, menara sekaligus benteng anti pesawat yang dibangun pada tahun 1942, dengan masing-masing benteng terdiri dari sekelompok tujuh bangunan di sekitar menara komando pusat. Ketika operasional, catwalk menghubungkan bangunan. Dibangun di atas tanah dan kemudian diangkut ke rumah berair mereka, benteng-benteng yang dirancang oleh Guy Maunsell, seorang insinyur sipil Inggris, kemudian dikenal dengan inovasi dalam desain jembatan beton. Awalnya ada tiga benteng tersebut, namun hanya dua yang masih tersisa : the Redsands Fort and the Shivering Sands Fort.

Berikut adalah cuplikan foto fotonya:







The Nore Army Fort rusak parah dalam badai dan tertabrak oleh sebuah kapal, dan dibongkar pada 1959-1960. Pada tahun 1960 dan 70-an, benteng-benteng ditinggalkan sisanya diambil alih stasiun radio bajak laut.

Pada tahun 2003, organisasi Proyek Redsands dibentuk dengan tujuan untuk melindungi dan untuk memulihkan Redsands Fort, Shivering Sands dipilih karena keadaan yang lebih baik pelestarian. Baru-baru ini, yang Shivering Sands Fort diduduki oleh seniman Stephen Turner selama 36 hari pada tahun 2005, kira-kira jumlah yang sama dari waktu reparasi Perang Dunia II.

Menurut Underground Kent, sebuah organisasi yang didedikasikan untuk menjelajahi dan mendokumentasikan instalasi militer di Kent. "Akses untuk laki-laki ke benteng ini adalah melalui pintu masuk di dasar platform Bagian dari tangga. Memang, mencoba untuk mengakses masuk ke benteng ini sangat berbahaya, dan mereka yang ingin melihat hanya dari perahu pada jarak yang aman. "

Benteng ini sekarang sudah berkarat. Namun, mereka dapat dilihat dengan perahu atau, pada hari yang cerah, dari Shoeburyness East Beach. Anda tertarik?




______________________

Sumber : http://koaladigital.blogspot.com/2015/01/maunsell-forts-benteng-di-atas-air.html




(Serba-Serbi) - 6 Kebutuhan Dasar Manusia untuk Merasa Bahagia


6 Kebutuhan Dasar Manusia untuk Merasa Bahagia




Kebahagiaan adalah hal berharga yang didambakan oleh setiap orang. Ketika pemberitaan-pemberitaan negatif bermunculan, kebahagiaan seolah menjadi sesuatu yang langka. Tapi tahukah kamu bahwa ada enam kebutuhan dasar bagi manusia agar bisa merasa bahagia. Tony Robins, motivational speaker asal Amerika Serikat menemukan enam kebutuhan dasar tersebut. Kebutuhan dasar ini berlaku secara umum di segala zaman dan implementasinya bisa berbeda-beda bagi setiap orang. Apa saja kebutuhan dasar tersebut? Simak ulasannya berikut ini.

 

1. Kepastian

 




Sesuatu yang tidak pasti seringkali membuat manusia menjadi khawatir. Misalnya, khawatir tidak diterima di universitas idaman, kita menjadi khawatir dan gelisah terus menerus. Faktanya, kepastian yang absolut itu hanya dari Tuhan YME. Lalu, bagaimana cara agar bisa mendapatkan kepastian? Ya, dengan berusaha. Kita harus bisa realistis dalam keadaan yang tidak pasti itu. Ibarat kata pepatah, sedia payung sebelum hujan. Kalau mau diterima di universitas impian, ya harus mau belajar lebih giat dari biasanya.

2. Keberagaman

 




Beda itu baik…

Manusia sangat mudah dihampiri rasa bosan. Bahkan untuk hal-hal yang menyenangkan sekalipun, manusia bisa merasa bosan. Maka dari itu, manusia selalu membutuhkan sesuatu yang baru/sesuatu yang beragam. Sesuatu yang baru itu bisa berupa kegiatan-kegiatan yang belum pernah sama sekali dilakukan. Misalnya, mencoba mengunjungi tempat wisata baru yang masih jarang dikunjungi oleh orang-orang bisa menjadi hal yang menyenangkan.

3. Signifikan

 


Temukan keahlianmu dan jadilah juara dalam hal itu!

Signifikan yang dimaksud dalam hal ini adalah kebutuhan dasar untuk merasa unik dan penting. Dalam diri manusia, ada semacam keinginan untuk dianggap penting dan berharga. Bagaimana untuk mendapatkannya? You have to be very good at something. Setiap manusia pasti memilki kekuatannya masing-masing. Temukan kekuatanmu dan asah terus menerus dan jangan malu untuk menunjukkannya pada dunia. Cepat atau lambat, the world will notice you!

4. Hubungan

 



Berhubunganlah dengan manusia, karena itulah kodratmu…

Sesuai dengan kodratnya, manusia adalah makhluk sosial. Seberapapun introvert-nya seseorang, ia pasti membutuhkan seorang teman. Bagaimana caranya agar mendapatkan hubungan yang baik? Be a good friend! Menjadi teman yang baik bisa sangat mudah bila kita tulus dan jujur. Tulus dan jujur menjadi teman akan menemukanmu pada orang yang tulus dan jujur juga. Apa yang kamu lakukan, akan kembali padamu.

5. Perkembangan

 




Perkembangan, selambat apapun, adalah perkembangan…

Semalas-malasnya seseorang, jauh di dalam lubuk hatinya pasti ia juga ingin ada perkembangan pada dirinya. Seseorang menginginkan kualitas hidupnya naik. Seperti sifat manusia pada umumnya, tidak mudah puas terhadap sesuatu. Selalu ingin yang lebih dan lebih. Agar kualitas hidup kita naik, coba terapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Ini akan memberikanmu semangat untuk menjalani hari-hari dengan usaha meraih mimpi.

 

6. Kontribusi

 




Bukankah berbagi dengan sesama itu menyenangkan?

Percaya atau tidak, selalu ada kepuasan tersendiri ketika kita mampu berbagi terhadap sesama. Saat kita telah memberikan kontribusi kita terhadap sesuatu, kita menjadi merasa keberadaan kita di dunia ini berarti. Untuk dapat menjadi seorang kontributor yang baik tidak perlu sesuatu yang muluk-muluk. Cukup berikan saja apa yang kamu punya dan apa yang kamu bisa. Tenaga, waktu, informasi, dan skill bisa menjadi pilihan yang sederhana untuk berbagi.

Bahagia adalah soal keputusan. Keputusan untuk melakukan sesautu. Keputusan untuk berbuat baik dan berguna untuk merasa lebih bahagia.

Sumber: Majalah Gogirl! edisi 114




_____________________

Sumber : http://www.isigood.com/2015/01/24/6-kebutuhan-dasar-manusia-untuk-merasa-bahagia/





(Sudut Pandang/Referensi) - Penderitaan


Seorang pria sedang duduk di reruntuhan sambil menatap foto dengan sedih




PANDANGAN ALKITAB



Penderitaan

Ada yang berpikir bahwa Allah yang membuat manusia menderita atau paling tidak, Ia tak peduli. Tapi, apakah itu yang Alkitab ajarkan? Anda mungkin terkejut dengan jawabannya.

Apakah Allah yang membuat kita menderita?
”Allah Yang Mahakuasa tidak melakukan kejahatan.”Ayub 34:12, Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK).

APA KATA ORANG Ada yang berkata bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Allah. Jadi, mereka percaya bahwa Allah yang membuat kita menderita. Misalnya, mereka berpikir bahwa bencana alam adalah hukuman Allah untuk orang-orang berdosa.

APA KATA ALKITAB Allah tidak membuat kita menderita. Alkitab berkata bahwa sewaktu kita menghadapi cobaan, sungguh salah jika kita berkata, ”Aku sedang dicobai Allah.” Mengapa salah? ”Karena sehubungan dengan hal-hal yang jahat Allah tidak dapat dicobai dan dia juga tidak mencobai siapa pun.” (Yakobus 1:13) Jadi, Allah tidak pernah memberi kita cobaan, ataupun penderitaan akibat cobaan itu. Perbuatan seperti itu jahat, sedangkan ”Allah Yang Mahakuasa tidak melakukan kejahatan”.—Ayub 34:12, BIMK.

Jika bukan Allah, lalu siapa atau apa yang menyebabkan kita menderita? Manusia sering ditindas oleh manusia tak sempurna lainnya. (Pengkhotbah 8:9) Ditambah lagi, kita bisa mengalami malapetaka karena ”kejadian yang tidak terduga”, yaitu karena berada pada tempat dan waktu yang salah. (Pengkhotbah 9:11) Alkitab mengajarkan bahwa yang paling bertanggung jawab atas penderitaan manusia adalah ”penguasa dunia ini”, Setan Si Iblis, karena ”seluruh dunia berada dalam kuasa si fasik” itu. (Yohanes 12:31; 1 Yohanes 5:19) Setan—bukan Allah—yang membuat orang-orang menderita.

Apakah Allah peduli dengan penderitaan kita?
”Selama kesesakan mereka, hal itu menyesakkan baginya.”Yesaya 63:9.

APA KATA ORANG Ada yang berpikir bahwa Allah tidak peduli dengan cobaan yang kita hadapi. Misalnya, seorang penulis mengutip apa yang ia sebut sebagai sikap Allah yang ”jelas-jelas tidak kasihan melihat penderitaan kita”. Penulis ini menegaskan bahwa kalaupun Allah memang ada, Ia pasti sudah ”mati rasa” terhadap manusia.

APA KATA ALKITAB Alkitab tidak menggambarkan Allah sebagai pribadi yang tak berbelaskasihan. Sebaliknya, Alkitab mengajarkan bahwa Allah sangat sedih melihat penderitaan kita dan akan segera mengakhirinya. Perhatikan tiga kebenaran yang menghibur dari Alkitab.

Allah tahu penderitaan kita. Sejak manusia pertama kali menderita, tak ada setetes air mata pun yang luput dari perhatian Yehuwa,* yang ”matanya sendiri memperhatikan” segala sesuatu. (Mazmur 11:4; 56:8) Dahulu, sewaktu para penyembah-Nya ditindas, Allah berkata, ”Aku telah melihat penderitaan umatku.” Tapi, apakah Ia hanya sekadar melihat kepedihan mereka? Tidak, karena Ia menambahkan, ”Aku tahu benar kepedihan yang mereka derita.” (Keluaran 3:7) Banyak orang sudah merasa terhibur dengan mengetahui kebenaran itu saja, yaitu bahwa Allah tahu segala penderitaan kita, termasuk yang orang lain mungkin tidak ketahui atau mengerti.—Mazmur 31:7; Amsal 14:10.

Allah sedih melihat kita menderita. Allah Yehuwa tidak hanya tahu tentang penderitaan manusia, tapi juga sedih melihatnya. Misalnya, Allah benar-benar resah sewaktu para penyembah-Nya di zaman dulu menghadapi cobaan. Alkitab berkata, ”Selama kesesakan mereka, hal itu menyesakkan baginya.” (Yesaya 63:9) Meski jauh lebih berkuasa daripada manusia, Allah berempati terhadap orang-orang yang menderita, seolah-olah kepedihan mereka ada dalam hati-Nya! Ya, ”Yehuwa sangat lembut dalam kasih sayang dan ia berbelaskasihan”. (Yakobus 5:11) Selain itu, Yehuwa membuat kita mampu menanggung penderitaan kita.—Filipi 4:12, 13.

Allah akan mengakhiri semua penderitaan manusia. Menurut Alkitab, Allah akan mengakhiri penderitaan semua manusia di planet ini. Melalui Kerajaan surgawi-Nya, Yehuwa akan membuat keadaan manusia berubah total, menjadi lebih baik. Mengenai masa itu, Alkitab berjanji bahwa Allah ”akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan kematian tidak akan ada lagi, juga tidak akan ada lagi perkabungan atau jeritan atau rasa sakit. Perkara-perkara yang terdahulu telah berlalu”. (Penyingkapan [Wahyu] 21:4) Bagaimana dengan orang-orang yang telah meninggal? Allah akan menghidupkan mereka kembali di bumi ini agar mereka juga bisa menikmati kehidupan yang bebas penderitaan. (Yohanes 5:28, 29) Akankah ada yang dibayang-bayangi ingatan menyedihkan tentang penderitaan di masa lalu? Tidak, karena Yehuwa berjanji, ”Hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, ataupun timbul lagi di dalam hati.”—Yesaya 65:17.*

[Catatan Kaki]

Yehuwa adalah nama Allah yang disebutkan dalam Alkitab.

Mengenai alasan Allah mengizinkan penderitaan untuk sementara dan bagaimana Ia akan mengakhirinya, lihat pasal 8 dan pasal 11 buku Apa yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan? yang diterbitkan Saksi-Saksi Yehuwa. Juga tersedia di www.jw.org/id.




_____________________


Sumber : Majalah Sedarlah! Januari 2015

Minggu, 18 Januari 2015

(Cerita Penjuru Dunia) - Buku Penyelamat Prajurit pada Perang Dunia II



Buku Penyelamat Prajurit pada Perang Dunia II
Ilustrasi buku (Getty Images/iStock)



Jakarta, CNN Indonesia -- Bahkan di Amerika, Perang Dunia II membuat suasana mencekam. Tahun 1939 hingga 1945, para pria harus rela mendadak dicerabut dari kehidupannya. Tuntutan medan perang tak pernah pandang bulu: pekerja kantoran, guru, pemain musik, atau pemain peran.

Suatu hari, mereka dituntut siap mengubah arah hidup. Meninggalkan anak istri dan kehangatan rumah, menjelajah antah berantah. Horor perang mengepung. Desing peluru, gempuran bom, sampai semburat tanah yang bercampur potongan tubuh atau darah. Kematian menjelang di depan mata.

Tidak ada yang bisa menolong itu semua. Prajurit, siap atau tidak, harus mengenakan seragam penuh lumpur, tas ransel berat penuh ransum, dan berjibaku dengan senjata penuh peluru tajam.

Mereka jelas butuh hiburan. Jika bukan foto keluarga, maka candaan sesama rekan. Tapi mengutip Huffington Post, ada satu hal yang pernah sangat membantu meringankan mental para prajurit di medan perang. Yakni, sebuah buku karya Betty Smith berjudul A Tree Grows in Brooklyn.

PD II merupakan salah satu masa paling produktif bagi industri percetakan Amerika. Sekitar 123 juta kopi buku digratiskan. Berbagai genre buku disebar: misteri, komik, humor, antologi, kumpulan puisi, cerpen, sejarah, biografi, sampai fiksi klasik dan kontemporer.

Lebih dari 70 perusahaan penerbitan membuat desain khusus buku untuk para prajurit. Ukurannya disesuaikan, harus pas diletakkan di pinggang atau kantung seragam perang.

Buku, pada masa itu dijadikan 'miniatur'. Sehingga bisa dibawa-bawa ke medan perang, rumah sakit, maupun sarang musuh. Itu satu-satunya media yang bisa membuat terlena pikiran para prajurit. Mereka merasa jauh dari medan perang, ke tempat imajinatif yang entah di mana.

Tidak banyak penulis yang mampu membuat buku bagus untuk mereka. Nama Smith-lah yang sering digaungkan. Efek dari buku A Tree Growns in Brooklyn-nya benar-benar positif untuk para prajurit. Usai menulis buku itu, Smith kebanjiran surat dari mereka. Semua mengapresiasi karyanya.

"Apakah Anda pernah merasa sangat putus asa secara emosional sampai Anda harus berbicara dengan seseorang, duduk, dan menuliskannya? Sejak pertama harus bertempur dengan lutut terbenam di lumpur atau membawa tubuh rekan yang berdarah-darah dan saya tak mampu menolongnya, saya merasa sangat berat dan sinis terhadap kehidupan," tulis salah seorang marinir.

Tapi segala depresi yang dirasakannya menguap seiring halaman demi halaman ia membaca A Tree Growns in Brooklyn.

"Saya tidak bisa menjelaskan reaksi emosional di hati saya yang telah mati. Saya hanya tahu, itu terjadi. Saya merasa dilanda gelombang kepercayaan diri dan berpikir mungkin ada kelompok yang punya kesempatan setelah perang ini berakhir," ia melanjutkan dalam suratnya ke Smith.

Marinir itu hanya satu dari mereka yang terbantu dengan buku karya Smith. Masih ada ribuan lain. Ada yang merasa mendapat surat dari rumah. Ada yang merasa mendapat suntikan kekuatan untuk terus berjuang.

"Anda membantu saya melewati hari-hari perang, yang melelahkan dan membuat depresi," kata seorang prajurit lain. Buku itu membantunya fokus pada tujuan memenangkan perang. Saking terinspirasinya, ia sampai akan menamai anaknya kelak dengan Betty Smith.

A Tree Growns in Brooklyn seperti terapi bagi mereka. Karya itu seperti memunculkan harapan baru yang telah terbenam dalam lumpur serta darah di medan perang.

Buku itu sendiri bercerita tentang seorang gadis muda bernama Francie Nolan, yang berasal dari keluarga miskin. Ayahnya seorang pecandu alkohol. Ibunya asisten rumah tangga bergaji minim. Tapi, Francie bermimpi untuk tetap melanjutkan kuliah.

Sayang, setelah ayahnya meninggal Francie justru harus berhenti sekolah untuk bekerja. Meski begitu, mimpinya tak bisa dibendung. Ia tetap belajar tekun agar lolos ujian masuk perguruan tinggi, dan menyisihkan uang sedikit demi sedikit.

Kisah Francie menginspirasi para prajurit untuk tidak menyerah, apapun kondisinya. Mereka merasa bagai pohon yang bisa tumbuh di manapun. Semangat adalah pupuk sekaligus airnya. Tak hanya itu, humanisme Francie juga menyentuh para prajurit, mengingatkan mereka akan kampung halaman.

Kini, setelah 70 tahun berlalu sejak buku itu terbit dan meledak, memang susah mencari A Tree Growns in Brooklyn lagi. Tapi memori soal bagaimana buku bisa menginspirasi khalayak, bahkan mereka yang di medan perang, masih bisa dijadikan pegangan hingga kapanpun.



(rsa/mer)




___________________

Sumber : http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20141209175234-241-17039/buku-penyelamat-prajurit-pada-perang-dunia-ii/

Jumat, 16 Januari 2015

(Tokoh-Tokoh Dunia Sastra) - Emily Dickinson: The Woman balik Mitos tersebut






Generasi-generasi mendebarkan di seluruh dunia, yang terbesar dari semua penyair Amerika adalah seorang wanita: Emily Dickinson, menurut Otto Maria Carpeaux, dalam buku Sejarah Sastra Universal. Dijelaskan dalam beberapa penelitian sebagai kesepian dan "besar Pertapa," penulis lahir di 10 Desember 1830 di Amherst, Massachusetts (USA) dan meninggal di tempat yang sama Mei 15 1886, memiliki pendidikan yang sangat ketat dan hidup tanpa banyak petualangan, hanya penuh perasaan, kesan yang masuk ke kertas.

Emily Dickinson diproduksi dan diterbitkan sangat sedikit. Ada sekitar puisi 1.800 dan surat hampir 1000, pernah menerbitkan sebuah buku tentang kehidupan, hanya beberapa ayat anonim. Bahkan, empat tahun setelah kematiannya, dirilis dalam Puisi 1890 oleh Emily Dickinson, oleh Robert Brothers dan dari sana semua terbuka mengakui. Di Brazil, hanya 1940, puisi-puisinya diterjemahkan oleh Manuel Bandeira dan kemudian di 1954 oleh Meireles Cecilia.








Tapi apa intrik bahkan pembaca karya Dickinson adalah lintasan, yang untuk beberapa sarjana sepenuhnya saling berhubungan dengan peristiwa hidupnya. Rasa ingin tahu adalah bahwa kehidupan penyair mengingatkan lain penulis besar, wanita Inggris Jane Austen (1775-1817). Meskipun ayah Emily jauh lebih ketat daripada Austen (Emily benar-benar membaca ayah tersembunyi Shakespeare), keduanya beruntung memiliki adik (Lavinia Dickinson), dan para pendukung mereka tidak pernah menikah, hidup bersama sampai jam kematiannya.

Keingintahuan lain adalah tentang pertandingan karena semua yang diketahui tentang kehidupan batin dan keluarga Dickinson adalah karena membaca surat-surat ditukar dengan adik Susan Dickinson dan beberapa intelektual seperti Samuel Bowles, Thomas Higginson dan Helen Hunt. Namun, tidak ada yang dianggap potret otentik dari penulis serta novelis Inggris. Meninggalkan perbandingan dan keingintahuan samping, biarkan fakta-fakta pembangunan mitos yang disebut Emily Dickinson.




Dengan sensibilitas sastra ke permukaan, Emily Dickinson memiliki produksi intens. Jiwanya sangat sensitif, tertutup hidup selama beberapa tahun hidupnya, mungkin untuk memiliki lebih banyak waktu untuk menulis. Dia menulis tentang cinta dan kematian pada intensitas yang sama, mencari inspirasi dalam di alam, di obyek sederhana dan gairah tak terbalas. Sulit untuk membayangkan bagaimana hal itu telah benar-benar kehidupan pribadi Anda, tapi menurut beberapa kritikus, penulis puisi Cinta yang terinspirasi oleh seorang pendeta yang ia temui di salah satu perjalanan yang langka ke Philadelphia. Charles Wedsworth pengaruh ini disebut-sebut sebagai target sebagian besar puisi.


"Emily Dickinson menggambarkan sifat dan kualitas puisi Amerika secara keseluruhan. Dalam karyanya ada penyair Amerika sangat sedikit yang gambar belum ditargetkan olehnya, yang visi dia belum direkap, dikritik, atau diantisipasi. Puisi-puisinya menunjukkan bagaimana hal-hal comezinhas kehidupan di negara rasa praktis yang besar, dapat vitalized dan dibuat berharga untuk semangat, puisi berubah menjadi tingkat tinggi "(FERNANDES, 2006).




Dari unsur-unsur, penyair memberikan kehidupan kepada tulisannya dan memecahkan konvensi pada isi teks mereka. Dickinson terus bergaya ringkas nya, modern dan inovatif. Selain itu, penulis juga memiliki rasa humor dalam tulisannya, tutup dengan tema sehari-hari. Dia masih menunjukkan kesadaran eksistensial menakutkan dan sebagai Edgar Allan Poe, mengeksplorasi bagian gelap dan tersembunyi dari pikiran, dalam bahasa sering miring dan tidak jelas, mendramatisir cinta dan kematian. Sering membangkitkan paradoks macet manusia dalam batas waktu. Ambil sebuah puisi tentang kematian:


Absen The disembodies
Ketidakhadiran The disembodies - dan begitu juga Kematian
Menyembunyikan individu dari Bumi
Bantuan Superstition, seperti cinta -
Kelembutan menurun sebagai pengalaman -


Sekarang tenang dan kadang-kadang putus asa, kepribadian dan karya Emily Dickinson melampaui generasi dan mengganggu, dengan mengubah penyair, dalam mitos. Pekerjaan bahkan mungkin bisa dipahami oleh beberapa orang, serta rincian kehidupan Anda, tetapi Anda tidak dapat menyangkal bahwa dia adalah seorang wanita yang berani, kreatif dan memiliki pandangan yang fenomenal alam semesta dan manusia, dan bahkan tidak memiliki hidup atau menikmati kebebasan yang terbatas dalam hidup, jauh di dalam jiwa melampaui dia tahu apa yang lebih kuat dan lebih intens dalam, cinta menulis.


Jiwa itu sendiri
Perusahaan adalah penting -
atau - sebagai musuh -
Ini adalah mata-mata menyiksa.
Aman terhadap dirinya sendiri -
Mengkhianati seseorang tidak seharusnya -
Tetapi menjadi diri ratu -
Dia menanamkan teror.

Tip: Salah satu yang terakhir adalah terjemahan dalam Lira José Portugis, dengan iluminasi Penerbit, 2008.









(Seluk Beluk Sastra) - Menulis Resensi? 6 Hal Tentangnya dan 11 Jurus Menulisnya


Maman S. Mahayana dikenal sebagai dosen dan kritikus sastra Indonesia. Ia rajin menulis esai dan resensi di media massa. Kebiasaan menulis di media sudah dilakukannya sejak masih kuliah di Universitas Indonesia. Kepada Spoila, ia pernah mengungkapkan bahwa setiap kali membeli sebuah buku, ia harus menghasilkan uang dari buku itu. Caranya? Dengan menulis resensi buku tersebut dan mengirimkannya ke media massa. Ia akan mendapat honor ketika resensinya dimuat di media massa dan mendapat buku-buku dari penerbit.


Iustrasi Resensi Buku. Sumber: lacesandlattes.com


Iustrasi Resensi Buku. Sumber: lacesandlattes.com


Saat Spoila meminta tips mengenai penulisan resensi, penulis yang pernah menjadi dosen tamu di Universitas Hankuk, Korea Selatan itu, langsung membagikannya. Spoila ingin membagikannya untuk pembaca setia.

Maman S. Mahayana mengungkapkan 6 hal yang harus kamu tahu tentang resensi.

  1. Resensi buku adalah apresiasi penulis resensi terhadap buku yang dibacanya.
  2. Bentuk resensi boleh seperti ringkasan, ikhtisar, sinopsis, atau resume.
  3. Cakupan resensi, boleh mengungkapkan keseluruhan isi karangan, boleh juga hanya sebagian saja.
  4. Di dalam resensi, perlu ada penilaian yang menyangkut berbagai hal mengenai isi karangan.
  5. Boleh juga membandingkan buku yang diresensi dengan buku lain yang sejenis atau yang temanya sama.
  6. Jika mungkin, buku yang diresensi boleh juga ditempatkan dalam konteks sejarah ilmu atau bidang yang bersangkutan.
  7.  
Kamu sudah mulai mengenal makhluk bernama resensi ini, kan? Sekarang, saatnya kamu mengikuti jurus-jurus sakti yang bisa kamu praktikan saat menulis resensi. Maman S. Mahayana memberikan 10 jurus strategis dan 1 jurus pamungkas yang harus kamu lakukan saat meresensi sebuah buku.


Jurus #1:

Sebelum membaca isi buku, cermati daftar isi (jika kamu meresensi buku nonfiksi).

Jurus #2:

Baca dan cermati Kata Pengantar yang ditulis pengarangnya atau yang ditulis orang lain.

Jurus #3:

Cermati sungguh-sungguh bagian Pendahuluan buku itu.

Jurus #4:

Baca isi buku atau karangan itu secara kritis, lalu tandai bagian-bagian yang dianggap penting yang menyangkut kelebihan atau kekurangan buku itu.

Jurus #5:

Cermati sungguh-sungguh bagian Simpulan atau Penutup.

Jurus #6:

Pelajari seperlunya bagian lampiran (jika ada).

Jurus #7:

Pahami wacana buku yang bersangkutan, berikut pesan yang hendak disampaikan pengarang.

Jurus #8:

Simpan buku aslinya lalu ungkapkan berdasarkan pemahaman sendiri.

Jurus #9:

Kutip bagian-bagian yang penting untuk mendukung pernyataan atau uraian yang disampaikan.

Jurus #10:

Jika pembicaraannya melebar dan menambahkan bahan-bahan lain yang lebih komprehensif, itulah yang disebut artikel ilmiah populer.

Jurus Pamungkas: SELAMAT MENCOBA! Sebab tanpa kamu mencoba, jurus ini akan sia-sia. [Spoila]




_____________________

Sumber : https://spoilaaa.wordpress.com/2015/01/15/menulis-resensi-6-hal-tentangnya-dan-11-jurus-menulisnya/


Rabu, 14 Januari 2015

(Puisi) - Pertemuan Tembikar dan Surat Dalam Botol


Sumber : Google Images





Sesaat sebelum semua menjadi tembikar
pikaranku kacau balau, tanah lempang yang kuaduk dan injak-injak
menjerit keras kepadaku

'jangan kau sayat diriku lagi, biarkan aku kembali menjadi tanah di bumi,
biarkan aku selalu di bawahmu,
biarkan terika matahari membakar merah tanahku
biarkan aku kembali tak berharga

setelah itu tanah kembali diam
tergeletak pasrah dalam kolam baskom giling
kubiarkan dia seperti itu
selanjutnya dia mengeras kembali tak beraturan bentuknya

sejenak aku mencari udara segar
dan keluar huma mencari angin laut yang meniup ke darat sepoi-sepoi
kunikmati suara gelombang yang datang bergemuruh
menerjang pantai dan pecah terbuyar di kaki telanjangku

kubiarkan gelombang dan ombak datang bergulung menimpa tubuhku
kubiarkan kekuatan alam membentuk aku menjadi tembikar
seperti tanganku yang meliuk-liuk menekan tanah lempang liat itu








Tubuhku basah kuyup oleh hantaman gelombang
dan seperti ceper tubuhku, aku ingat bentuk sebuah gelas yang kosong
ya aku kembali ingat sesuatu benda menyerupai gelas kosong

Dan aku terkejut bukan gelas yang kosong,
tapi sebuah botol panjang berbentuk silender
dengan katup kayu menjadi penyumbatnya
aku ambil botol itu, dan kuamati ada sebuh gulungan kertas di dalamnya

aku pun kembali berlari pulang
ingin segera membukanya di dalam rumah
ada apa dengan semua ini
secara tak terduga menimpaku
dengan kejadian-kejadian yang unik
mulai dengan tanah yang tiba-tiba menjerit dan berbicara padaku
sampai penemuan botol isi sebuah kertas

aku kembali ke dalam humaku
kembali menjadi seorang pembuat tembikar.










Jaga Blengko, 14-1-15
Jack Phenomenon

(Puisi) - Senandung Tukang Tembikar dan Penyair






Sumber : Sottosopra 69






perih tubuhmu ingin kutanam dalam genggam tanganku
seperti aku mengulung-gulung tanah liat yang becek
dan membentuknya menjadi bejana

kutumpuk-tumpuk kumpulan tanah liat yang berbentuk bola
kuletakkan dalam peralatan tukang periuk
sampai kumpulan tanah bundar itu cukup

aku bayangkan dirimu
di tempatmu biasa duduk
di sebuah meja yang menghadapap jendela kaca
yang terlihat adalah punggungmu
dan kepalamu yang tertunduk
dalam kertas kosong dan sebuah pena

kita tiada beda aku tukang tembikar dan kamu
tukang menulis syair

dalam membuat periuk bejana seringkali aku lelah
dengan tenaga dan pikiran yang berkecamuk dalam
kehendak dan keinginan, dan keringat dan air mata
turut serta jatuh dalam adonan loyang periuk itu

kadang tanah liat yang kubentuk menjadi keras kembali
keringat dan air mata membantuku membuat tanah keras
kembali menjadi liat dan mudah kukendalikan dan kubentuk

sekarang aku ingat wajah sahabatku nun di sana
berjuta-juta batu jauhnya sedang tertunduk dan masih
menatap kertas kosong tak ada isi satu hurufpun

demikian pun aku tanah yang kubentuk kembali hancur
tak menentu melihat kertas kosong itu masih belum terisi penuh

aku menunggu dengan sabar sampai ada titisan sedikit saja,
maka tangan ini akan bergerak membentuk bejana




[Seri 1 - bersambung] 








Jaga Blengko, 14-1-2015
Jack Phenomenon

Senin, 12 Januari 2015

(Puisi Tamu) Sepanjang Jalan Kita Karya Nova Linda









jalan ini panjang, sayang!
penuh ketikil tajam menghadang
bongkahan perih melintang
mengiris pedih, hingga belulang

ini jalan kita, sayang!
jangan surut atau lintang pukang
katupkan gigi saat tak kuasa menahan dera
pejam netra saat luka terasa nganga

ini jalan cinta, sayang!
tempat kita tumpahkan beribu cerita
melumuri tiap jejak dengan tetes airmata
menyisa rindu di rapuh telapak jiwa

di sinilah kita, sayang!
di jalan penuh doa
menyusuri liku garisNya
menuju temu, akhir sebuah jiwa



Pekanbaru, 12 Jan 2015




_____________________

Penyair Nova Linda, tinggal di Pekanbaru, Riau