Senin, 31 Maret 2014

(Seluk Beluk Sastra) - Mengapa Cinta Sejati Sulit Ditemukan






Kita tidak kekurangan nasihat tentang cinta asmara.  Para ahli terapi dan penasihat menawarkan bimbingan. Masalah ini sering diperbincangkan di berbagai acara temu wicara di televisi.



DI INTERNET, banyak situs menawarkan tips-tips caranya menemukan cinta. Anda mungkin diiming-imingi akan menemukan ”rahasia yang luar biasa dan menakjubkan” dan akan belajar dari ”biro jodoh profesional”, ”pakar hubungan antarmanusia”, dan ”dokter cinta”, belum lagi dari para ahli terapi kejiwaan, psikolog, dan ahli perbintangan.

Topik tentang cinta juga membuat buku dan majalah laku keras. Beberapa di antaranya memuat janji yang muluk-muluk. Misalnya, sebuah buku mengaku dapat menunjukkan ”caranya membuat siapa pun jatuh cinta kepada Anda”. Yang lain menyingkapkan caranya Anda bisa menemukan ”pasangan yang sempurna hanya dalam waktu satu bulan saja”. Apakah satu bulan terlalu lama? Ada lagi buku yang membeberkan bagaimana dalam waktu ”90 menit atau kurang”, Anda bisa membuat orang mencintai Anda selamanya.

Sebagian besar nasihat itu bukannya cuma-cuma. Dan, banyak orang harus membayar dua kali. Pertama, mereka mengeluarkan uang untuk memperoleh nasihat itu. Lalu, ketika saran itu ternyata salah, dan sering begitu, mereka harus membayarnya dengan penderitaan emosi sewaktu hasilnya tidaklah seperti yang diharapkan.

Tetapi, ada satu buku berisi nasihat yang jika diterapkan tidak akan pernah salah. Buku itu juga membahas pokok ini dengan jujur, tanpa pernyataan yang sensasional dan janji yang tidak realistis. Meskipun ditulis lama berselang, nasihatnya tidak pernah ketinggalan zaman. Pengarangnya memiliki hikmat yang tiada bandingnya dan kasih yang tiada duanya. Barangkali, Anda sudah memiliki hadiah istimewa itu—Alkitab. Tidak soal keadaan atau latar belakang kita, Alkitab mengajarkan apa yang perlu kita ketahui tentang kasih. Dan, nasihatnya cuma-cuma.

Apakah Alkitab akan membantu kita memiliki hubungan baik dengan semua orang? Tidak. Ada orang yang memang tidak mau berteman dengan kita, seberapa kerasnya pun upaya kita. Dan, cinta sejati tidak dapat dipaksakan. (Kidung Agung 8:4) Namun, dengan menerapkan bimbingan Alkitab, kesempatan kita untuk memiliki hubungan yang penuh kasih dengan orang lain akan bertambah, meskipun untuk itu dibutuhkan waktu dan upaya. Aspek kasih ini akan dibahas di artikel berikutnya, tetapi pertama-tama, mari kita bahas mengapa kasih sejati semakin sulit ditemukan dewasa ini.

Kasih ”Akan Mendingin”

Dalam nubuat besarnya tentang ”penutup sistem ini”, Yesus dengan akurat menubuatkan kondisi dan tren pada zaman kita. Ia mengatakan bahwa dunia akan dicirikan oleh pelanggaran hukum dan perang, yang justru adalah kebalikan dari kasih! Ia juga mengatakan bahwa ”banyak yang akan . . . mengkhianati satu sama lain dan membenci satu sama lain” dan bahwa ”kasih kebanyakan orang akan mendingin”. (Matius 24:3-12) Tidakkah Anda setuju bahwa kasih di dunia ini semakin mendingin dan bahwa kasih yang tulus sulit ditemukan, sekalipun di dalam keluarga?

Selain kata-kata Yesus, rasul Paulus memberikan gambaran yang terperinci mengenai perilaku manusia pada ”hari-hari terakhir”. Ia menulis bahwa orang-orang akan menjadi ”pencinta diri sendiri, pencinta uang, congkak, angkuh, penghujah, tidak taat kepada orang-tua, tidak berterima kasih, tidak loyal, tidak memiliki kasih sayang alami, tidak suka bersepakat, pemfitnah, tidak mempunyai pengendalian diri, garang, tidak mengasihi kebaikan, pengkhianat, keras kepala, besar kepala karena sombong, mencintai kesenangan sebaliknya daripada mengasihi Allah”. (2 Timotius 3:1-4) Di banyak negeri, sifat-sifat itu telah menjadi sangat umum.

Pikirkan: Apakah Anda akan tertarik kepada orang yang angkuh dan tak tahu berterima kasih, yang tidak loyal, yang akan memfitnah atau mengkhianati Anda? Apakah Anda senang dengan orang yang hanya mencintai diri sendiri, yang cinta uang, atau yang cinta kesenangan? Karena orang yang egoistis membina hubungan atas dasar ketamakan dan keinginan pribadi, kepedulian apa pun yang mereka perlihatkan kepada orang lain kemungkinan besar bersifat mementingkan diri. Dengan bijaksana, Alkitab menasihatkan, ”Dari mereka berpalinglah.”—2 Timotius 3:5.

Perhatikan juga pernyataan bahwa orang-orang yang hidup pada hari-hari terakhir ”tidak memiliki kasih sayang alami”, atau, menurut terjemahan lain, mereka ”tidak memiliki kasih sayang yang normal bagi keluarganya”. Sungguh menyedihkan, semakin banyak anak yang tumbuh dalam keluarga seperti itu. Sering kali, anak-anak muda ini belajar tentang kasih dari apa yang mereka serap dari media. Tetapi, apakah media melukiskan gambaran yang akurat tentang kasih, yang akan benar-benar menghasilkan hubungan yang lebih baik?

Cinta Khayalan atau Cinta dalam Kehidupan Nyata?

Sampai taraf tertentu, kebanyakan dari kita dipengaruhi oleh media. Seorang peneliti menulis, ”Sejak kecil, kita telah dibombardir dengan dongeng dan kisah klise yang sulit dilupakan tentang seks, cinta, dan asmara dalam kebudayaan yang dipopulerkan oleh media—film dan televisi, buku dan majalah, radio dan musik, iklan, dan bahkan warta berita.” Ia juga menjelaskan, ”Sebagian besar gambaran media massa tentang seks, cinta dan asmara membentuk atau memperkuat harapan-harapan yang tidak realistis yang tidak dapat diabaikan sepenuhnya oleh kebanyakan dari kita. Media massa membuat kita tidak puas dengan teman hidup kita dalam kehidupan nyata juga terhadap diri kita sendiri.”

Ya, buku, film, dan lagu jarang menyajikan gambaran yang akurat tentang cinta. Memang, tujuan utama mereka adalah untuk menghibur, bukan mendidik. Jadi, para penulis terus memproduksi kisah-kisah romantis yang dibumbui dengan hal-hal fantastis yang akan menghasilkan uang. Sayangnya, sulit untuk membedakan antara fiksi dan realita. Karena itu, orang sering kecewa ketika hubungan mereka tidak sesuai dengan kehidupan para tokoh fiksi. Jadi, bagaimana kita bisa membedakan antara khayalan dan realita, antara asmara ala media dan cinta sejati? Pertimbangkan perbandingan berikut ini.

Cinta—ala Novel Versus Realita

Entah itu di buku, film, atau drama, kisah cinta mungkin bervariasi, tetapi bentuk dasarnya, atau rumusnya, tidak banyak berubah. Majalah Writer menyatakan, ”Sebagian besar penulisan kisah cinta tetap mengikuti rumus yang sama. Hal ini bukannya tanpa alasan. Rumus paten ’jejaka bertemu sang dara, sang dara raib, dan kembali ke pelukan’ telah terbukti ampuh untuk terus memikat pembaca, tidak soal latar atau zaman yang disajikan dalam novel itu.” Mari kita cermati rumus populer ini.

Jejaka bertemu sang dara: Seorang pangeran tampan bertemu seorang dara cantik, dan cinta pun bersemi. Seorang pengarang yang sukses memberi tahu para calon penulis novel asmara bahwa ”haruslah jelas bagi pembaca bahwa sejak pandangan pertama, kedua sejoli itu sudah saling berjodoh”.

Konsep cinta pada pandangan pertama menyiratkan bahwa cinta sejati hanyalah suatu perasaan—emosi yang tak terbendung yang melanda Anda sewaktu Anda bertemu sang belahan jiwa—bahwa cinta itu muncul begitu saja tanpa perlu banyak upaya atau pengenalan. Tetapi di dunia nyata, cinta lebih dari sekadar perasaan. Memang, perasaan tersangkut, tetapi cinta adalah hubungan yang teramat dalam antarmanusia yang juga melibatkan prinsip dan norma dan yang akan terus bertumbuh, asalkan dipupuk dan dibina dengan benar.—Kolose 3:14.

Lagi pula, dibutuhkan waktu untuk mengenal seseorang. Dugaan bahwa Anda sudah dapat menemukan pasangan yang sempurna pada pandangan pertama adalah ciri dari dongeng dan biasanya berakhir dengan kekecewaan. Selain itu, jika Anda cepat-cepat mengira bahwa Anda telah menemukan cinta sejati, Anda mungkin akan menutup mata terhadap kenyataan yang sebaliknya. Memilih teman hidup yang cocok membutuhkan lebih dari sekadar kesan kuat yang dipengaruhi oleh luapan perasaan tergila-gila. Jadi, jangan terburu-buru. Kenyataannya, banyak penelitian yang memperlihatkan bahwa pilihan teman hidup yang salah dapat berdampak negatif atas performa kerja, kesehatan mental dan fisik, dan bahkan memperpendek usia.

Sang dara raib: Seorang bangsawan jahat menculik dan melarikan sang dara cantik. Pangeran melakukan petualangan berbahaya guna menemukannya. Seorang juru bicara dari Persatuan Penulis Novel Percintaan di Amerika menyatakan, ”Alur utama kisah cinta haruslah tentang dua sejoli yang jatuh cinta dan berjuang untuk menyukseskan hubungan mereka.” Di kebanyakan novel, hubungan itu akan berhasil—pembaca sudah mengetahuinya. Berbagai rintangan, yang sering kali disebabkan faktor luar, dapat diatasi.

Dalam kehidupan nyata, biasanya ada problem karena faktor luar maupun faktor dalam. Problem itu bisa menyangkut uang, pekerjaan, kerabat, dan sahabat. Problem juga timbul ketika pihak yang satu tidak memenuhi harapan pihak yang lainnya. Pada tokoh-tokoh fiksi, kelemahan mereka biasanya sepele, tetapi halnya tidak selalu demikian dalam kehidupan nyata. Lagi pula di kehidupan nyata, tanpa upaya di pihak kita, cinta tidak dapat mengatasi cobaan atau perbedaan dalam hal pandangan, latar belakang, keinginan, dan kepribadian. Sebaliknya, cinta membutuhkan kerja sama, kerendahan hati, kelembutan hati, kesabaran, dan kepanjangsabaran—sifat-sifat yang tidak selalu berkembang secara alami atau mudah.—1 Korintus 13:4-7.

Sang dara kembali ke pelukan kekasihnya. Pangeran itu menyelamatkan sang dara cantik dan menyingkirkan si bangsawan. Mereka menikah dan hidup bahagia selama-lamanya. Seorang 

editor novel percintaan memberi saran berikut kepada para calon penulis, ”Kisahnya harus selalu berakhir dengan ’hidup bahagia selama-lamanya’. . . . Pembaca harus merasa senang karena pasangan itu bisa hidup bersama dan bahagia.” Novel percintaan jarang menceritakan tokoh-tokohnya selama tahun-tahun pascapernikahan. Selama masa itu, ketidaksesuaian dan segudang masalah serta kesulitan lainnya bisa jadi telah menguji hubungan tersebut. Sebagaimana diperlihatkan statistik perceraian, banyak perkawinan yang akhirnya tidak lulus dari ujian itu.

Ya, cinta ala novel tampak relatif mudah; cinta di dunia nyata butuh upaya. Jika Anda memahami perbedaan di antara kedua hal itu, Anda tidak akan mengembangkan harapan yang naif dan tidak realistis. Anda juga akan dibantu untuk tidak tergesa-gesa membuat komitmen yang akan Anda sesali di kemudian hari. Artikel berikut akan membahas cara mengembangkan kasih sejati yang tidak mementingkan diri dan cara Anda bisa menjadi orang yang lebih mudah dikasihi.





[Blurb di hlm. 5]

Orang yang kurang mengasihi akan kurang dikasihi

[Blurb di hlm. 7]

Cinta ala novel tampak relatif mudah; cinta di dunia nyata butuh upaya

[Kotak/Gambar di hlm. 6]

Tokoh-Tokoh dalam Novel Percintaan
  
Di Amerika Serikat, setiap tahun novel percintaan mengeruk lebih dari satu miliar dolar dalam penjualannya. Kira-kira setengah dari novel yang terjual di negeri itu adalah novel percintaan. Menurut statistik yang dikeluarkan oleh Persatuan Penulis Novel Percintaan di Amerika, tiga ciri utama yang dicari oleh pembaca, yang sekitar 90 persennya adalah wanita, dalam diri tokoh pria adalah otot, ketampanan, dan kecerdasan. Sedangkan untuk tokoh wanita, tiga ciri yang paling populer adalah kecerdasan, kepribadian yang kuat, dan penampilan yang menarik.

[Gambar di hlm. 6, 7]

Media jarang menyajikan gambaran yang akurat tentang cinta




___________________

Sumber : Watchtower Library
Majalah Sedarlah 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar