Senin, 07 April 2014

(Serba-Serbi) - Puisi Betawi






Puisi Betawi sebenarnya berangkat dari sastra lisan Betawi. Terbagi menjadi dua, yaitu puisi tradisional Betawi dan puisi modern Betawi. Pada awal abad ke-20 dan tahun-tahun berikutnya, sejumlah penerbit, mencoba menerbitkan buku-buku syair dan pantun. Dengan format yang lebih kecil dan tipis, buku itu dijual dengan harga yang relatif murah, yaitu berkisar di bawah f 1,- (satu gulden). Beberapa penerbit yang menerbitkan dan menjual buku-buku itu antara lain Boekhandel, Kwee Khe Soei, dan Kwee Seng Tjoan. Puisi tradisional Betawi yang masih hidup di masyarakat Betawi pada umumnya berupa pantun yang tidak mempunyai ikatan baku. Berikut contoh puisi tradisional Betawi yang berbentuk pantun:

Pantoen Kemoedahan
Kembang melati setangke lima
Kembang roempoet boeat papilis
Mengimpi tidoerlah sama-sama
Sewaktoe bangoen djadi
menangis...

Pengertian puisi modern Betawi dapat mengacu pada tiga hal, yaitu: bahasa yang digunakan, isi atau pesan yang disampaikan, dan siapa yang menyampaikannya. Puisi Betawi idealnya menggunakan bahasa atau dialek Betawi, sehingga ekspresi atau ungkapan yang hendak disampaikan penyair terasa lebih khas mewakili satu kebudayaan, yaitu kebudayaan Betawi. Berikut contoh puisi modern Betawi karya N. Susy Aminah Azis, berjudul Wajah Penuh:

Cipinang Muara
daerahku kini daerah perawan
berwajah rawan n'ndu berdandan
dalam beban kehidupan
daerahku kini berlangit lembut
sejuknya angin bergelut
ditiap detikjam mematut....

Segi yang terpenting dalam pantun Betawi adalah pesan yang ingin disampaikan. Jika isinya ingin menguraikan atau menceritakan seseorang, bisa saja jumlah lirik, baris, atau bait sarna sekali tidak dipentingkan, melainkan lebih menitik beratkan pada narasi atau pesan yang hendak disampaikannya. Karena perkembangan bahasa untuk sekarang ini jarang puisi Betawi ditulis dengan dialek atau bahasa Betawi tetapi cenderung menggunakan bahasa Indonesia. Oleh karena itu pengertian puisi Betawi lebih kepada isi daripada bahasa yang digunakannya.




Hits: 3830




 





_____________________

Sumber : Ensiklopedia Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar