Minggu, 08 Maret 2015

(Seluk Beluk Sastra) - Haiku: Menyampaikan Emosi Lewat 17 Silabel










Tugu Haiku Issa di Kawasan Kuroda-ku, Tokyo Hasil Jepretan Seorang Kawan 

Tugu Haiku Issa
di Kawasan Kuroda-ku, Tokyo
Hasil Jepretan Seorang Kawan



Saat mendengar kata haiku, apa yang terlintas di benak anda? Atau bisa jadi anda tidak pernah mendengar kata ini. Haiku menjadi salah satu kosa kata Jepang yang populer di seluruh dunia, seperti halnya ninja, manga, samurai dan karaoke. Haiku tidak hanya menjadi milik sastra Jepang, namun juga menjadi milik sastra dunia. Jadi apa sebenarnya haiku?

Haiku adalah salah satu jenis puisi Jepang yang dianggap sebagai puisi pendek dan berasal dari permainan haikai no renga yaitu permainan puisi berantai, semacam berbalas pantun di Indonesia yang populer pada abad ke-14. Sebelum dan saat zaman Edo (sekitar abad ke-17), istilah haikai maupun hokku, yang berarti bait pertama, lebih banyak digunakan. Baru pada zaman Meiji (sekitar abad ke-19), istilah haiku (berarti bait dari haikai) menjadi populer setelah dilakukan pembaharuan oleh Masaoka Shiki. Haiku memiliki aturan yang mengikatnya yaitu aturan teikei yang mengharuskan setiap haiku terdiri atas 17 silabel (5,7,5) disertai dengan penggunaan kigo. Kigo adalah kata yang menunjukkan musim kapan haiku tersebut dibuat.



Buku Kumpulan Haiku Issa yang Sering Saya Baca  

Buku Kumpulan Haiku Issa yang
Sering Saya Baca




Berikut adalah contoh haiku yang dikutip dari 'Issa Haikushuu' (Maruyama, 2010 : 202) :

「雪とけて村いっぱいの子どもかな」(小林一茶1763-1827)

Yu-ki-to-ke-te / mu-ra-i-p-pa-i-no / ko-do-mo-ka-na (Kobayashi Issa 1763-1827)

(5 silabel / 7 silabel / 5 silabel)

'Salju mencair/ desa pun penuh dengan/ anak-anak'

Kigo dalam haiku di atas terdapat pada kata 雪とけて(yuki tokete) yang berarti 'salju mencair'. Salju yang mencair menunjukkan suasana awal musim semi. Issa menggambarkan keceriaan awal musim semi di desa yang penuh dengan keramaian anak-anak menyambut musim semi setelah berakhirnya musim dingin yang beku.

Masyarakat Jepang sangat terbuka terhadap pengaruh dari luar, tetapi juga selalu berpegang erat pada tradisi bangsanya sendiri sehingga di Jepang bentuk puisi Barat menjadi populer, namun bentuk-bentuk puisi Jepang lama seperti haiku tetap digemari dan ditulis orang. Menurut Mandah (1992: 19) bentuk kesusastraan tradisional Jepang tetap hidup karena jenis kesusastraan tradisional semacam haiku dianggap sebagai bentuk yang paling cocok mengekspresikan emosi dan gerak hati orang Jepang.



Haiku Karya Basho yang Saya Temukan di Bungkus Senbei 

Haiku Karya Basho yang Saya Temukan
di Bungkus Senbei




Saat pertama kali mengenal dan mempelajari haiku, saya terkagum-kagum karena hanya dengan 17 silabel (suku kata), orang Jepang bisa mengekspresikan emosi yang dirasakannya. Sejak saat itu saya semakin jatuh cinta dengan Jepang dan berusaha mempelajari haiku. Penyair haiku favorit saya adalah Kobayashi Issa, karena haiku karyanya sangat naif dan penuh semangat. Saya sering membaca haiku Issa di kala senggang untuk membangkitkan semangat dalam diri saya. Jika ada kesempatan, saya ingin sekali berkunjung ke Shinano, Pref. Nagano untuk mengunjungi musium Issa (Issa Kinenkan).

Sebagai penutup saya akan melampirkan haiku yang saya buat:

「十月やデンパサールにも雨が降り」

'Bulan Oktober, hujan mulai membasahi Denpasar'





____________________

Sumber : http://www.denpasar.id.emb-japan.go.jp/indonesia/konnichiwa%2012/konnichiwa12_44.html



1 komentar:

  1. Maaf pak kalau mau cari bukunya dimana ya soalnya saya lagi cari buku Issa Haikushuu' untuk bahan skripsi. Terima Kasih

    BalasHapus