Minggu, 12 April 2015

(Serba-Serbi) - Ada Perpustakaan Pramoedya Ananta Toer di Blora



Ada Perpustakaan Pramoedya Ananta Toer di Blora
IST/HELENA LEA MANHARTSBERGER
Pengasuh Perpustakaan Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa (PATABA), Soesilo Toer, yang juga merupakan adik bungsu Pramoedya




TRIBUNJOGJA.COM, BLORA - Seorang penulis paling produktif dalam sejarah sastra Indonesia dan penuh kontroversial dilahirkan di Blora. Lebih dari 50 karya sastra yang ditulisnya telah diterjemahkan lebih dari 41 bahasa asing. Satu di antara karyanya berjudul ‘Cerita dari Blora’ (1952) dan menjadi meraih penghargaan sebagai karya sastra terbaik dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional, Jakarta, 1953. 

Adalah Pramoedya Ananta Toer seorang sastrawan besar yang hampir sebagian besar hidupnya dihabiskan di dalam penjara, mulai zaman kolonial Belanda, Jepang hingga rezim Orde Baru.
Pramoedya lahir pada 6 Februari 1925 dan meninggal di Jakarta, 30 April 2006. Setelah tragedi 1965, ia ditahan rezim Soeharto karena ideologi sosialis yang dianutnya. Buku-bukunya pun dilarang untuk beredar. Pramoedya ditahan di Nusakambangan tanpa menjalani proses pengadilan, selanjutnya dengan status tahanan politik, ia dipindahkan ke Pulau Buru, dan menghabiskan masa hidupnya selama 14 tahun.

Kini di rumahnya yang terletak di Jalan Sumbawa 40, Jetis, Blora didirikan Perpustakaan PATABA yang merupakan akronim dari Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa. Di depannya terdapat papan dengan tulisan tegas: BACALAH, BUKAN BAKARLAH!! Rumah tersebut kini menjadi kediaman Soesilo Toer, adik bungsu Pramoedya yang juga menjadi pengasuh perpustakaan.
Kurang lebih sebanyak 5.000 buku, mulai sastra, filsafat, hingga buku lainnya yang menjadi koleksi perpustakaan PATABA, buku-buku tersebut juga terdiri dari berbagai bahasa. Menurut Soesilo, koleksi tersebut sebagian adalah miliknya, milik Pramodya Ananta Toer, dan Koesalah Soebagya Toer, yang juga saudara kandungnya. 

Pengunjung perpustakaan PATABA tidak hanya masyarakat setempat, banyak juga mereka yang sengaja datang dari luar kota, bahkan dari mancanegara yang ingin membaca dan melakukan studi literatur. Bagi para pengunjung yang datang dari luar kota, Soes selalu memberi kesempatan untuk menginap di rumah tersebut. Bahkan dengan kesederhanaannya, ia juga memberi makanan dan minuman kepada para pengunjung perpustakaan.

Jika memasuki bagian depan rumah, kita bisa melihat berbagai foto Pramoedya Ananta Toer dan keluarga. Foto-foto tersebut terdiri dari ketika masa kecil, masa muda, hingga foto masa tua sang maestro. Selain itu juga terdapat foto tokoh-tokoh bangsa seperti, Soekarno, Tan Malaka, dan R.A Kartini.

Seperti kakaknya, Soesilo adalah seorang penulis sekaligus intelektual, ia menyelesaikan studi Master di Universitas Patrice Lumumba, serta PhD (Doktoral) di Institut Plekhanov Uni Soviet, kini Rusia. Tahun 1973, ketika kembali ke Indonesia, Soesilo terpaksa dipenjara oleh rezim yang berkuasa karena perbedaan pandangan politik.

Zaman sudah berlalu, rezim sudah berganti, namun pemerintah setempat tetap saja tidak mengakui perpustakaan tersebut, bahkan menjulukinya sebagai perpustakaan liar. Meski begitu lelaki kelahiran Jetis, Blora, 17 Februari 1937 ini akan terus mengelolanya dengan sepenuh hati. Bacalah, Bukan Bakarlah!! (*) 


Penulis: rap
Editor: wid

Laporan Reporter Tribun Jogja, Riezky Andhika Pradana



 
____________________

Sumber : http://jogja.tribunnews.com/2013/03/17/ada-perpustakaan-pramoedya-ananta-toer-di-blora

Tidak ada komentar:

Posting Komentar