-
Foto karya Frans Mendur yang mengabadikan Presiden Soekarno membacakan
naskah proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur, Nomor 56, Cikini, Jakarta.
Siapa yang tidak
kenal dengan foto proklamasi kemerdekaan Indonesia ini? Presiden
Soekarno membacakan naskah proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur. Wakil
Presiden Mohammad Hatta berdiri di sisi kiri. Banyak yang kenal foto
ini, tapi barangkali tak banyak yang tahu kisahnya. Tahukah Anda kisah
heroik di balik foto ini? Pendiri fotografer.net, Kristupa Saragih, pernah mengabadikan kisah dua fotografer di balik foto ini dan dimuat di Kompas.com. Berikut kisahnya.
________________________________________________
Suatu pagi di bulan puasa, 17 Agustus 1945. Frans Sumarto Mendur mendengar kabar dari sumber di harian Asia Raya
bahwa ada peristiwa penting di kediaman Soekarno. Alexius Impurung
Mendur, abangnya yang menjabat kepala bagian fotografi kantor berita
Jepang Domei, mendengar kabar serupa. Kedua Mendur bersaudara
ini lantas membawa kamera mereka dan mengambil rute terpisah menuju
kediaman Soekarno.
Kendati Jepang telah mengaku kalah pada sekutu beberapa hari
sebelumnya, kabar tersebut belum diketahui luas di Indonesia. Radio
masih disegel Jepang dan bendera Hinomaru masih berkibar di mana-mana.
Patroli tentara Jepang masih berkeliaran dan bersenjata lengkap.
Dengan
mengendap-endap, Mendur bersaudara berhasil merapat ke rumah di Jalan
Pegangsaan Timur Nomor 56, Cikini, Jakarta, tatkala jam masih
menunjukkan pukul 05.00 pagi.
Pukul 08.00, Soekarno masih tidur di kediamannya lantaran gejala
malaria. Soekarno juga masih lelah sepulang begadang merumuskan naskah
proklamasi di rumah Laksamana Maeda, Jalan Imam Bonjol Nomor 1.
Dibangunkan dokternya untuk minum obat, Soekarno lantas tidur lagi dan
bangun pukul 09.00.
Di Jakarta, pukul 10.00 pada hari Jumat pagi itu Soekarno dan
Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Upacara
proklamasi kemerdekaan berlangsung sederhana, tanpa protokol. Hanya
Mendur bersaudara yang hadir sebagai fotografer pengabadi peristiwa
bersejarah Indonesia.
Frans berhasil mengabadikan tiga foto, dari tiga frame film
yang tersisa. Foto pertama, Soekarno membaca teks proklamasi. Foto
kedua, pengibaran bendera Merah Putih oleh Latief Hendraningrat, anggota
PETA (Pembela Tanah Air). Foto ketiga, suasana upacara dan para pemuda
yang menyaksikan pengibaran bendera.
-
Foto karya Frans Mendur yang mengabadikan detik-detik proklamasi
Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Cikini, Jakarta, 17
Agustus 1945. Kiri, pengibaran bendera Merah Putih oleh Latief
Hendraningrat, anggota PETA (Pembela Tanah Air). Kanan, suasana upacara
dan para pemuda yang menyaksikan pengibaran bendera.
Diburu tentara Jepang
Usai upacara, Mendur bersaudara bergegas meninggalkan kediaman
Soekarno. Tentara Jepang memburu mereka. Alex Mendur tertangkap, tentara
Jepang menyita foto-foto yang baru saja dibuat dan memusnahkannya.
Adiknya, Frans Mendur, berhasil meloloskan diri. Negatif foto dikubur
di tanah dekat sebuah pohon di halaman belakang kantor harian Asia Raya. Tentara Jepang mendatanginya, tapi Frans mengaku negatif foto sudah diambil Barisan Pelopor.
Meski negatif foto selamat, perjuangan mencuci dan mencetak foto itu
pun tak mudah. Mendur bersaudara harus diam-diam menyelinap di malam
hari, memanjat pohon dan melompati pagar di samping kantor Domei, yang
sekarang kantor Antara.
Negatif foto lolos dan dicetak
di sebuah lab foto. Risiko bagi Mendur bersaudara jika tertangkap
tentara Jepang adalah penjara, bahkan hukuman mati. Tanpa foto karya
Frans Mendur, maka proklamasi Indonesia tak akan terdokumentasikan dalam
bentuk foto.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia hanya diberitakan singkat di harian Asia Raya, 18 Agustus 1945. Tanpa foto karena telah disensor Jepang.
Setelah proklamasi kemerdekaan, pada bulan September 1945,
fotografer-fotografer muda Indonesia bekas fotografer Domei di Jakarta
dan Surabaya mendirikan biro foto di kantor berita Antara.
Tanggal 1 Oktober 1945, BM Diah dan wartawan-wartawan eks harian Asia Raya merebut percetakan De Unie dan mendirikan Harian Merdeka. Alex Mendur pun pindah ke Harian Merdeka.
Foto bersejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia karya Frans Mendur
tersebut baru bisa dipublikasikan pertama kali pada 20 Februari 1946 di
halaman muka Harian Merdeka.
Setahun setelah kepindahan ke Harian Merdeka, kakak-beradik Frans dan Alex Mendur menggagas pendirian Indonesia Press Photo Service,
disingkat IPPHOS. Turut mendirikan biro foto pertama Indonesia
tersebut, kakak-beradik Justus dan Frank “Nyong” Umbas, Alex Mamusung,
dan Oscar Ganda. IPPHOS berkantor di Jalan Hayam Wuruk Nomor 30,
Jakarta, sejak berdiri 2 Oktober 1946 hingga 30 tahun kemudian.
IPHHOS
Koleksi foto IPPHOS pada kurun waktu
1945-1949 konon berjumlah 22.700 bingkai foto. Namun, hanya 1 persen
yang terpublikasikan. Foto-foto IPPHOS tak hanya dokumentasi
pejabat-pejabat negara, tetapi juga rekaman otentik kehidupan masyarakat
pada masa itu.
Keluarga Mendur adalah putra daerah Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi
Utara. Alex Mendur lahir pada 1907, sementara adiknya Frans Mendur lahir
tahun 1913. Frans belajar fotografi kepada Alex yang sudah lebih dahulu
menjadi wartawan Java Bode, koran berbahasa Belanda di Jakarta. Frans
lantas mengikuti jejak abangnya menjadi wartawan pada tahun 1935.
Foto monumental lain karya Alex Mendur adalah foto pidato Bung Tomo
yang berapi-api di Mojokerto tahun 1945, tetapi sering dianggap terjadi
di hotel Oranje, Surabaya. Foto monumental lain karya Frans Mendur
adalah foto Soeharto yang menjemput Panglima Besar Jendral Soedirman
pulang dari perang gerilya di Jogja, 10 Juli 1949.
Kala itu nama Mendur bersaudara sudah terkenal di mana-mana.
Keberadaan mereka diperhitungkan media-media asing. Namun, Mendur
bersaudara dan IPPHOS tetap idealis untuk loyal kepada Indonesia.
Padahal, secara etnis Minahasa, sebenarnya Mendur bersaudara bisa saja
dengan mudah merapat ke Belanda. IPPHOS tetap independen, di kala
kesempatan bagi Mendur bersaudara terbuka luas untuk meraup lebih banyak
uang dengan bekerja untuk media asing.
Meninggal dalam sepi
Semasa hidupnya, Frans
Mendur pernah menjadi penjual rokok di Surabaya. Di RS Sumber Waras
Jakarta pada tanggal 24 April 1971, fotografer pengabadi proklamasi
kemerdekaan RI ini meninggal dalam sepi.
Alex Mendur tutup usia
pada tahun 1984 juga dalam keadaan serupa. Hingga tutup usia,
kakak-beradik Frans dan Alex Mendur tercatat belum pernah menerima
penghargaan atas sumbangsih mereka pada negara ini. Konon, mereka berdua
pun ditolak untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Baru pada 9 November 2009 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menganugerahi kedua fotografer bersejarah Indonesia ini, Alexius
Impurung Mendur dan Frans Soemarto Mendur, penghargaan Bintang Jasa
Utama.
KOMPAS/ARIS PRASETYO
Jolly Rompas, pengelola Tugu Pers Mendur, berdiri di depan patung Alex
Impurung Mendur (kiri) dan Frans Soemarto Mendur di Kelurahan Talikuran,
Kecamatan Kawangkoan, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Rabu
(22/1/2014). Tugu Pers Mendur didirikan untuk mengenang jasa kakak
beradik tersebut yang mengabadikan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia lewat kamera mereka. Keduanya adalah putra asli Minahasa.
Tugu Pers Mendur
Untuk mengenang aksi heroik
Mendur bersaudara, keluarga besar Mendur mendirikan sebuah monumen yang
disebut "Tugu Pers Mendur". Tugu ini berupa patung Alex dan Frans serta
bangunan rumah adat Minahasa berbentuk panggung berbahan kayu.
Tugu
Pers Mendur didirikan di Kelurahan Talikuran, Kecamatan Kawangkoan
Utara, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, di tanah kelahiran mereka. Di
dalam rumah itu terdapat 113 foto karya Mendur bersaudara.
____________________
Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2014/08/17/13302561/Cerita.di.Balik.Foto.Proklamasi.Kemerdekaan.Indonesia.yang.Terkenal.Ini?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kpopwp