Sabtu, 02 November 2013

(Prosa) - Metamoforsis (Franz Kafka)

Prosa







Jalan Pulang


Lihat betapa sesuatu kekuatan tenang udara setelah suatu badai! Kebaikanku menjadi terang dan menyergapku, meskipun aku tak membangun perlawanan apapun, aku menjaminmu.

Aku melangkah panjang dan waktuku adalah waktu semua sisi jalanku, seluruh jalan, seluruh bagian. Milikku merupakan pertangungjawaban, dan sangat benar, untuk semua ketukan pintu atau permukaan sebuah meja, untuk semua toast minum-minum, untuk para kekasih di tempat tidur mereka, di dalam tangga-tagngga bangunan baru, menekan satu sama lain ke dinding-dinding rumah dalam gang-gang, atau di atas tempat tidur sebuah rumah pelacuran.

Aku mempertimbangkan masa laluku melawan masa depanku, tetapi menemukan keduanya mengagumkan, juga tak dapat memberinya pilihan, dan tak menemukan apa pun untuk mengerutu dalam menyimpan ketidakadilan pemeliharaan yang begitu terang juga menyokongku.

Hanya ketika aku dating ke kamarku aku merasa sedikit meditative, tanpa menemukan apapun di tangga-tangga nilai bermeditasi. Tak banyak membantuku membuka candela lebar dan mendengarkan musik yang tetap dimainkan di sebuah taman.



Tamasya ke Gunung


Aku tak tahu, “ aku berteriak tanpa terdengar,” Aku tak tahu. Jika tak ada orang dating. Aku melakukan hal dimana orang tidak aku rugikan, tak ada orang melakukan dimana aku rugi, tetapi tak ada orang yang akan membantuku. Sekumpulan tanpa orang. Namun semua itu tidak semuanya benar. Hanya, bahwa tidak ada orang membantuku – sekumpulan tanpa orang akan menjadi lebih baik, di sisi lain. Aku suka pergi bertamasya – mengapa tidak? – dengan sekumpulan tanpa orang. Ke gunung-gunung, tentu saja, kemana lagi? Bagaimana orang-orang yang tak ada ini berdesak-desakan satu sama lain, semuanya mengangkat lengan berhubungan bersama-sama, kaki-kakiyang tak terhitung ini berjejak begitu dekat! Tentu saja semua mengenakan stelan. Kami pergi begitu riang gembira, angina bertiup menghembus kami dan jarak di antara rombongan kami. Kerongkongan kami membengkak dan bebas digunung! Ini suatu ke ajaiban yang tak kami desakkan ke dalam lagu.”.

Pepohonanan


Kita ini seperti batang-batang pohon di dalam salju. Di dalam penampakan mereka berbaring dengan licin dan sebuah tiupan kecil seharusnya cukup membuat membuat mereka berguling-guling. Tidak, itu tak dapat dilakukan, karena mereka dengan kokoh menyatu ke tanah. Tetapi lihat, bahwa itu cuma penampakan.

Jendela Jalan


Siapa pun yang menjalani kehidupan soliter namun sekarang dan kemudian ingin meletakkan dirinya di suatu tempat, siapa pun, menurut pergantian waktu hari, dan, musim, keadaan bisninnya, dan kesukaan, tiba-tiba berharap melihat banyak lengan pada semua yang ia mungkin pegang teguh – ia tak akan dapat mengatur untuk waktu yang lama tanpa sebuah jendela menghadap kejalanan. Dan jika ia tak berselera apapun dan hanya pergi ke ambang jendelanya sebagai seorang laki-laki lelah, dengan mata memandang bergantian orang-orangnya ke langit dan kemabali lagi, tidak ingin memandang dan menolehkan kepalanya sedikit, bahkan kemudian kuda-kuda di bawah akan membawanya kea rah kereta mereka dan gempar, dan kahirnya ke dalam suatu harmoni manusia.


Diambil dari Buku “ METAMOFORSIS”
Penterjemah : Eka Kurniawan
Penerbit : Yayasan Aksara Indonesia 2000




_______________

Sumber : http://perpustakaan-malang-bersastra.blogspot.com/2009/03/karyafranz-kafka.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar