Rabu, 12 Februari 2014

(Artikel Sastra) - Seraut Wajah










"Seraut wajah
bak kembang pesona
duhai kekasih abadi."



Jaga Blengko, 11-2-14
Jack Phenomenon





Wajah adalah lukisan tubuh, gambar yang kelihatan dan mudah untuk diingat, dan wajah memiliki daya tarik yang kuat dalam memikat lawan jenis untuk menyukainya. Ada banyak sekali persepsi manusia tentang wajah, malah ada yang berani mengatakan dengan percaya diri : 'cinta pada pandangan pertama'.

Wajah adalah rumah bagi tubuh, tampilan kepribadian yang dapat dilihat dengan jelas melalui mimik, senyum, marah, diam, masa bodoh, berpaling muka dan tatapan dingin serta sambutan yang hangat.


Nilai Sebuah Wajah


Banyak para ahli yang menghubungkan wajah seseorang dengan kepribadiannya, misalnya dalam teori Lombrosso (1) : "bentuk struktur  wajah seseorang mencerminkan kepribadiannya." Apakah memang demikian ? Coba kita perhatikan penjelasan di bawah ini.

Sebuah Referensi mengatakan antara kaitan wajah seseorang dengan rohaninya yang paling dalam, misalnya : "Pelita tubuh adalah mata (wajah). Maka, jika matamu sederhana, seluruh tubuhmu akan cemerlang; tetapi jika matamu fasik, seluruh tubuhmu akan gelap. Jika dalam kenyataannya terang yang ada padamu adalah kegelapan, betapa hebat kegelapan itu! (2).

Seseorang yang memiliki kecenderungan hati yang sederhana, jujur, apa adanya serta memiliki religiositas dalam hidupnya itu akan tercermin di wajahnya, (mata yang sederhana) seperti dijelaskan oleh Referensi di atas, dan sudah tentu juga dalam sikapnya dalam kebersahajaan hidupnya, jika ia seorang katakan saja penyair atau sastrawan hal ini tertuang dalam perjalanannya lintas waktu dalam karya-karyanya.

Menurut Y.B. Mangunwijaya, penulis buku 'Sastra dan Religiositas', kata religiositas (3) itu mengandung :             "Religioitas lebih melihat aspek yang 'di dalama lubuk hati', riak getaran hati nurani pribadi; sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain. Pada dasarnya religiositas mengatasi, atau lebih dalam dari agama yang tampak formal, resmi ... "

Ini adalah gambaran umum dari wajah dan kepribadian seseorang, tentu saja adakalanya prediksi wajah seseorang bila dikaitkan dengan kepribadiannya juga seringkali meleset atau melenceng dari perkiraan banyak orang, misalnya saja jika kita perhatikan dan mengamati talk show di media elektronik televisi yang bisa secara lengkap memperlihatkan objeknya serta bahasa tubuhnya, kita dapat mengamatai dari kaca mata awam saja. Para kaum politik, tokoh-tokoh nasional ataupun tokoh-tokoh berbagai ulama dari berbagai agama serta para budayawan, sastrawan, para ahli ekonomi, pengamat akademisi, komentator, semua penampilan mereka telanjang di mata kita..

mereka semua yang tampil di mass media berupaya untuk menjaga image mereka agar terkesan bahwa mereka "baik, beradab, inteletual, bermoral, bisa dipercaya" dan lain-lain, namun ada juga yang berpenampilan apa adanya tidak dibuat-buat.

Seringkali kita merasa kesulitan untuk menganalisa mereka berdasarkan apa yang tampak di mata melalui pemberitaan mass media, walaupun kehadiran mereka di mass media bisa dikatakan sering tampil. Memang diperlukan seorang ahli dalam membaca gerak-gerik tubuh mereka atau menganalisis ucapan-ucapan para politikus yang dihubungkan dengan janji-janjinya semasa dia berkampanye dengan semasa dia setelah terpilih menjadi atau menduduki jabatan tertentu di kekuasaan atau eksekutif pemerintahan.

Ada ilmu khusus dalam ilmu komunikas politik atau dalam salah satu cabang ilmu psikologi dalam menilai gerak-gerik tubuh/wajah seseorang itu. Saya jadi teringat dengan tantangan seorang tokoh sastra Cecep Syamsu Hari yang menantang debat publik terbuka dengan Denny JA untuk menghadirkan seorang ahli : "Sangat penting, dan menjadi syarat utama debat publik itu dilakukan, adalah kehadiran seorang psikolog yang secara sukarela dan di bawah sumpah bersedia bertindak sebagai pengamat aktif selama debat publik itu berlangsung. Psikolog itu haruslah yang memiliki keahlian/spesialisasi dan kompetensi dalam bidang ekspresi-mikro tubuh untuk mendeteksi sekecil apa pun kemungkinan terdapatnya dusta atau kebohongan dari masing-masing pelaku debat publik." (4)

Untuk memastikan bahwa seseorang itu berbohong dengan ucapannya tidak semata-mata bisa sembarangan orang menilainya, dalam perkara kriminalitas ataupun dunia peradilan banyak perangkat yang digunakan, selain kadang-kadang seseorang itu diperiksa sering membuat pernyataan yang rumit dan bertentangan sampai diragukan. Di kepolisian ada sebuah alat yang dinamakan 'polygraph' (5)  (mesin detektor kebohongan), mesin ini dijalankan oleh seorang ahli yang bisa mengetahui bahwa orang ini bohong atau jujur dengan beberapa metode.

Namun bagi beberapa orang yang sudah profesional dan seringkali berurusan dengan mesin polygraph ini, adakalanya bisa mengelabui cara kerja mesin ini, mereka bisa lolos dari cara kerja mesin ini, mental dan otak mereka lebih kuat dari cara kerja mesin ini, melampaui metode mesin, sebab prinsip mesin ini adalah salah satunya : 'Berbohong adalah kerja keras bagi otak' (6)


Buka Dulu Topengmu


Tidak semua orang mau berbagi wajahnya dengan apa adanya, banyak alasannya, kejujuran kata sebuah Referensi 'adalah suatu sikap yang mulia, namun tidak praktis bagi banyak orang', ditambah lagi dengan pencurian identitas seseorang untuk tujuan kejahatan membuat manusia lebih bersikap 'tertutup dengan rapat', bahkan dalam suatu keluarga ruang privasi juga dibutuhkan.

Seringkali juga kejujuran seseorang dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, jika demikian hendaknya kita selektif dalam melakukannya itu. Namun nilai kejujuran tetap harus diketahui banyak orang, karena 'kepercayaan', masih menempati urutan yang mulia dalam melakukan kehendak apa saja.

Ingatlah sebuah lagu dari album Peterpan dulu yang memiliki lirik lagu cinta ini :


Topeng (7)


Kudapat melintas bumi
Kudapat merajai hari
Kudapat melukis langit
Kudapat buatmu berseri

Tapi kudapat melangkah pergi,
bila kau tipu aku di sini
kudapat melangkah pergi,
kudapat itu

Tapi buka dul topengmu
buka dulu topengmu
biar kulihat warnamu,
kan kulihat warnamu

Kau dapat cerahkan aku
Kau dapat buatku berseri
Kau dapat buatku mati
Kau dapat hitamkan pelangi

Kau dapat hitamkan pelangi, demikianlah sebah lagu mengungkapkan sebuah arti atau nilai kejujuran dari sebuah wajah, atau jangan ada lagi dusta di antara kita. Bagi sastra nilai sebuah kejujuran adalah harga mati yang harus diperjuangkan seumur hidup, dia sangat erat berhubungan dengan keyakinan kita, dogma kita, nilai-nilai yang kita anut secara konsisten dan tidak berubah dalam sikap hidup sehari-hari ataupun dalam kegiatan tulis menulis.

Untuk menjadi konsisten dan berarti bagi orang lain itu tidaklah mudah, banyak liku-liku yang harus dilaluinya, tetaplah netral secara politik, walaupun banyak penulis atau sastrawan juga berpolitik dan memperjuangkan sikap politiknya itu melalui berbagai macam tulisannya. Wajah politik itu hanya sementara dan menyakitkan, pilihlah wajah yang netral, wajah yang mudah dibaca oleh umum, bahkan seorang anak kecilpun bisa mengetahui apa yang ada dalam diri Anda.
Jangan remehkan anak kecil kata sebuah Referensi.


Wajah Yang Bersinar


Aku Hanyalah Sebuah Wajah (8)


Aku hanyalah sebuah wajah dari tanah liat berwarna coklat
seandainya bernafas itu pun pemberian karunia Ilahi
Apa yang kupunya ?
Semua karunia, siapalah aku ?
Sejenis rumput bergoyang dihembus angin sebentar kering dan mati
Aku hanya sebuah wajah mewarisi ketiadaan
sebentar bergaduh sebentar pula menguap
bagai asap menghilang dalam badai angin
siapalah aku hanya sebuah wajah
sebentar diingat lalu lupa selamanya
wajah yang sebentar mengerut
bagai bunga yang layu


09 Juni 2013



Kita mengenal arti dari typografi (perwajahan) dalam puisi, typografi juga menduduki tempat yang strategis dalam puisi dan menentukan puisi itu menjadi lebih indah dan bermakna. Demikianpun dengan kita, hendaknya wajah kita selalu mencerminkan kebaikan, sehingga sampai kapanpun nama atau wajah kita selalu dikenang, diingat dan diketahui sebagai 'orang yang baik', orang yang meninggalkan jejak-jejak yang patut diteladani, dikenal sebagai orang yang memiliki kepekaan sosial, cinta damai dan tidak suka berpolemik dari hal-hal yang kecil yang bisa dibicarakan dengan baik tanpa harus bertengkar, atau pak Jokowi (Gubernur DKI Jakarta) sering menggunakan istilah ini :

"Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha. Berjuang tanpa perlu membawa massa. Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan atau keturunan. Kaya tanpa didasari kebendaan." (9)

"Semua sastra yang baik selalu religius." (10) Seraut wajah semoga engkau mengenalnya dengan baik! 





Jaga Blengko, 12-2-14
Jack Phenomenon

















____________________



Daftar Referensi/Pustaka :


# Koleksi Puisi diambil dari koleksi pribadi Jack Phenomenon (Sonny H. Sayangbati)
(1) http://www.duniapsikologi.com/arti-kepribadian-dibalik-wajah-seseorang/
(2) Watchtower Library - New World Translation of The Holly Scriptres (Indonesian Edition)
(3) Sastra dan Religuisitas, Y.B. Mangunwijaya, Sinar Harapan, h. 11-12.
(4) TANTANGAN DEBAT PUBLIK KEPADA DENNY JA (Status Facebook Cecep Syamsu Hari - 11-2-14)
(5) http://rifkymedia.wordpress.com/2009/11/06/bagaimana-cara-kerja-lie-detector/
(6) http://alam.web.id/membaca-kebohongan/
(7) Lagu dengan judul Topeng, Album Peterpan
(8) http://www.karyapuisi.com/2013/07/puisi-aku-hanyalah-sebuah-wajah-sonny-h.html#.Uvse7bRoLIU
(9) http://gubernurdki.wordpress.com/2012/04/08/10-falsafah-hidup-jokowi/
(10) Sastra dan Religiositas, Y. B. Mangunwijaya, Sinar Harapan, h. 15.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar