Google Images
"Penyair atau sastrawan sesungguhnya dikutuk untuk terus menyuarakan kenyataan-kenyataan di lingkungannya.”
― Asep Sambodja #AyatAyatSastra (1)
Menurut sebuah referensi arti kata 'kutuk' atau 'dikutuk' itu bermakna: "kesusahan atau bencana yang menimpa seseorang disebabkan doa atau kata-kata yang diucapkan orang lain; laknat; sumpah" (2).
Kutuk sama artinya dengan laknat atau dilaknat. Umumnya kata kutuk ini
berarti sesuatu yang buruk yang menimpa seseorang, atau dihukum oleh
sesuatu yang lebih berkuasa dari dirinya atau derajatnya lebih tinggi,
bisa juga seorang ibu mengutuk anaknya atau dalam cerita-cerita kitab
sui dikatakan sang Maha Kuasa memberikan kutukan kepada nenek moyang
manusia pertama yaitu Adam dan Hawa.
Misalnya
jika kita membaca cerita Malin Kundang, sebuah legenda dari Sumatera
Barat, di mana sang anak yang durhaka mendapat kutukan dari ibunya
sendiri: "Tuhan! Jika benar ia Malin anakku, KUKUTUK DIA JADI BATU!". (3) Dan dalam legenda itu sang anak benar-benar menjadi batu.
Kutukan
adalah sebuah kata yang sangat menyeramkan sekali, dan paling dihindari
oleh banyak manusia, dan tidak ada manusia yang mau dikutuk oleh
apapun, karena hal itu berarti suatu malapetaka.
Kutukan juga bisa berarti sumpah, dalam sebuah referensi dikatakan: "diterjemahkan
menjadi ”sumpah” dan juga ”kutukan”, menyiratkan sumpah yang mengandung
kutukan sebagai hukumannya jika sumpah itu dilanggar, atau jika sumpah
itu ternyata palsu". (4)
Kita juga mengenal
sumpah atau kutukan jika Anda sekolah di kodekteran, sumpah sebagai
pegawai negeri sipil, atau sumpah seorang mafia. Profesi tersebut
memiliki sumpahnya sendiri atau kutukannya sendiri, apabila Anda seorang
dokter maka hukuman tertinggi dari sumpah tersebut adalah pemecatan,
jika menyangkut pidana maka hukuman penjara menantinya, demikian juga
dengan seorang pegawai negeri sipil, melanggar sumpahnya bisa dipecat
dan dipenjara. Bagaimana dengan sumpah mafia ? Di Amerika dikenal dengan
istilah Cosa Nostra (milik kita), yaitu para mafia yang tinggal di
Amerika keturunan Itali dari pulau Sisilia.
Para
mafia di seluruh dunia memiliki sumpah atau kutukan bagi mereka yang
melanggar hal tersebut, biasanya adalah kematian menjadi taruhannya, dan
ini menjadi ciri dari kutukan para mafia di seluruh dunia, sama halnya
dengan para pasukan khusus suatu negara atau agen intelejen dibekali pil
bunuh diri apabila mereka ketangkap, kenapa demikian karena mereka
sangat terikat dengan sumpah atau kutukan yang mereka yakini tersebut.
Kesetiaan
Kesetiaan
sangat berkaitan erat dengan sumpah atau kutukan, mungkin kata yang
lebih indah dan dewasa adalah komitmen, ya jika sumpah/laknat atau
kutukan kelihatan sangatlah seram tidak demikian dengan komitmen,
istilah-istilah tersebut memiliki pengertiannya yang sama, hanya saja
komitmen kedudukan antara dua orang yang berjanji saling terikat dan
mengikat, tidak demikian dengan sumpah/laknat dan kutukan, karena salah
satu atau seseorang memiliki kedudukan yang lebih mulia, lebih tinggi
dan lebih berkuasa, sehingga apabila terjadi pelanggaran, maka hak
mutlak ada padanya, tiada maaf bagimu, sedangkan pada komitmen
kedua-duanya terikat dan memiliki kedudukan yang sama apabila salah satu
melanggarnya.
Menjadi seorang penyair atau
sastrawan yang dikenal luas oleh masyarakat, tidak ada proses
pengangkatan resmi atau bentuk-bentuk resmi menyandang seorang penyair
atau sastrawan, prosesnya sangatlah unik dan berkaitan dengan pengakuan
masyarakat sastrawan dan penyair serta hasil karyanya memiliki tempat di
hati berbagai macam lapisan masyarakat.
Pengakuannya
lebih kepada popularitas serta banyaknya media-media menampilkan
sosoknya, serta memiliki jam terbang yang tinggi berkaitan dengan seni
sastra yang digelutinya, gelar dan pengakuan sebagai penyair atau
sastrawan tidak di dapat dari pendidikan formalnya di sebuah universitas
atau akademi, akan tetapi gelarnya diperoleh dari universitas kehidupan
masyarakat luas, di sinilah uniknya menjadi seorang penyair atau
sastrawan itu.
Salah satu ciri dari penyair adalah kesetiaan, setia terhadap apa ? Menurut Dr. Hasan Abduh kesetiaan berarti: "ketulusan,
tidak melanggar janji atau berkhianat, perjuangan dan anugerah, serta
mempertahankan cinta dan menjaga janji bersama."
Lebih lanjut dijelaskan oleh Dr. Hasan Abduh, "Sifat
setia tidak akan berkumpul dengan perasaan curiga, cemburu,
merendahkan, mendzalimi, mengingkari, menyakiti, menuduh dan lain
sebagainya."
Timbul
pertanyaan: penyair itu bersumpah atau dikutuk oleh apa dan kepada
siapa ? Pertanyaan ini penjelasannya akan berbeda-beda, jika seorang
penyair memiliki ambisi politiknya sendiri ia akan berprinsip sesuai
dengan garis kebijaksanaannya atau sering disebut 'tak terpisahkan
dengan ideologinya atau bahkan yang paling religius dalam dirinya, yakni
kepercayaannya.
Masih menurut Dr. Hasan Abduh, bahwa kesetiaan yaitu : "kesetiaan
pada pengertian yang lebih luas tidak akan terwujud kecuali bila
hubungan yang mengikat keduanya berdiri di atas pondasi yang kuat, yang
baik, kokoh dan ditopang prinsip-prinsip serta tujuan-tujuan yang
jelas."
Untuk itu saya sependapat dengan pernyataan Dr. Hasan Abduh bahwa ada tiga unsur kesetiaan itu: "cinta, humanis, dan iman.
Cinta berfungsi sebagai penggerak, humanis berfungsi sebagai penjaga
dan media untuk berkelanjutan, serta iman berfungsi sebagai penguat,
penyempurna dan pengembang.
Penyair
terikat dengan sumpah dan dikutuk untuk setia terhadap setidak-tidaknya
tiga unsur universal dalam kehidupan ini, yaitu : Cinta, humanis dan
iman
***---***
____________________
Daftar Referensi :
(1). Ayat-Ayat Sastra
(2). http://renunganrohani.com/2010/11/10/kutukan.aspx
(3). http://id.wikipedia.org/wiki/Malin_Kundang
(4). Watchtower Library
(5). Sumber Gambar : Google Images
(6). Dr. Hasan Abduh, http://www.jasadesainwebsite.net/renungan/kesetiaan-adalah-perjuangan-dan-anugerah.php
Tidak ada komentar:
Posting Komentar