Senin, 14 April 2014

(Seluk Beluk Sastra) - [Literatur] Musuh Utama Sekaligus Teman Paling Setia: Ide (Langit Amaravati)






Ide menurut KBBI adalah: rancangan yg tersusun di dl pikiran; gagasan; cita-cita. Ide menurut si Kumis a.k.a AK Basuki (cerpenis Kompas sekaligus mentor saya) adalah bagaimana menuliskan cerita mulai dari pembuka sampai akhir. Ide menurut saya adalah percikan api pertama yang kemudian menjadi bara. 

Dari hasil obrolan warung kopi, setiap penulis sepertinya selalu memiliki masalah dalam pencarian ide. Padahal ide selalu berkeliaran di sekitar kita ibarat partikel udara. Tugas penulis hanyalah menangkapnya. 

Karena dunia penulisan bukan matematika atau ilmu eksak, tentu tidak ada yang benar dan yang salah. Setiap penulis bisa mencari ide dengan cara apa saja. Tapi karena pertanyaan mengenai ide ini terus-menerus diajukan, maka saya akan berbagi mengenai pencarian ide. 



IDE CERITA YANG BAGUS

Beberapa hal di bawah ini bisa menjadi pertimbangan ketika Anda sedang mencari ide:



1. Orisinal

Memang, setiap tema yang ada di dunia sudah pernah dituangkan dalam bentuk cerita. Yang membedakan orisinal atau tidak adalah bagaimana cara Anda meramunya. Katakanlah ide itu sebagai ayam. Dari sepotong daging ayam, maka dapat dihasilkan berbagai macam masakan: ayam rica-rica, ayam bakar, ayam goreng tepung, ayam kluyuk, dan lain sebagainya. Tugas Anda sebagai sebagai koki cerpen adalah menghidangkan sebuah cerita dengan cita rasa Anda. 

Bagaimana cara mengetahui apakah ide yang Anda miliki itu orisinal atau tidak? Bandingkan dengan cerita lain dengan tema sejenis.

2. Unik

Ini berkenaan dengan sudut pandang. Biasakanlah berpikir lateral.

3. Kasual

Sederhana dan everlasting. Menuliskan cerpen dengan tema-tema faktual memang kedengarannya menarik, tapi cerpen Anda hanya akan bertahan satu minggu, paling lama dua atau tiga bulan setelah itu dilupakan. Misalnya, Anda menulis tentang korupsi pengadaan daging sapi yang dilakukan PKS. Ini memang isu seksi, tapi sampai kapan akan bertahan? Yang harus Anda ambil adalah esensinya; korupsi, bukan pengadaan daging sapinya atau PKS-nya.

Anda tahu mengapa cerpen "Robohnya Surau Kami" karya A.A. Navis terus dibaca sampai sekarang? Karena ide di dalamnya selalu relevan dari zaman ke zaman. Jadi biarkan isu-isu faktual menjadi pekerjaan wartawan dan hard news-nya, tak usahlah terlalu sering dibawa-bawa ke dalam cerpen.

4. Berkonflik

Pembaca menginginkan masalah. Maka sodorkanlah masalah. Menuliskan sebuah pernikahan bahagia, sakinah, mawaddah, warohmah, mungkin menyenangkan dan memberikan motivasi. Lalu apa? Apa masalah di dalamnya? Tidak ada? Yang akan terjadi adalah: satu, pembaca mati bosan. Dua, cerpen Anda akan ditinggalkan.

Ini cerpen, Saudara-Saudara! Bukan cerita motivasi atau nonfiksi inspirasi.

5. Kontemplatif

Penulis pemula biasanya tergoda untuk menjadi juru dakwah atau tukang ceramah dengan tujuan agar cerpennya memiliki AMANAH. Dengan tujuan "mulia"nya itu, dibuatlah cerpen berisi doktrin-doktrin, dogma-dogma, dan omong kosong lainnya. Sayangnya, tidak ada satupun pembaca yang ingin digurui, apalagi oleh Anda, pengarang yang tidak memiliki hubungan struktural apa-apa dengan mereka.

Cerpen yang baik adalah yang menggiring pembacanya ke dalam perenungan, bukan yang begitu saja melemparkan hikmah atau amanah. Lalu bagaimana memberikan efek kontemplatif tanpa menggurui? Membaca cerpen lain dan berlatih. As simple as it.

Sekali lagi, ingatlah bahwa Anda sedang menulis cerita, bukan sedang berdiri di atas mimbar untuk menyampaikan khutbah. 

6. Fokus

Dengan keterbatasan jumlah halaman, seorang penulis tidak akan memiliki ruang yang cukup untuk menyampaikan seluruh gagasan yang ia miliki. Di sinilah kepiawaian seorang penulis diuji. Tetapkan skala prioritas, fokuslah terhadap satu buah spot dan ramu dengan baik. Sebuah cerpen yang detail akan lebih berharga daripada cerpen dengan gagasan panjang kali lebar sama dengan luas tapi tidak tuntas.    

---



MENJARING IDE

Setiap penulis tentu memiliki proses kreatif sendiri-sendiri. Kuncinya adalah kepekaan sehingga bisa menangkap stimulan demi stimulan. Ide ada di mana-mana dan bisa berasal dari mana saja:

1. Buku/surat kabar/bacaan lain

Jangan pernah bermimpi menjadi penulis kalau Anda tidak pernah membaca. Di mata seorang penulis, bahkan plang jalan atau sebuah spanduk bisa menjadi ide untuk tulisan.

2. Media audio visual

Televisi, bioskop, VCD, dan media audio visual lainnya adalah idea box. Ada film, iklan, sinetron, berita, kurang apa lagi?

3. Nada & aroma

Musik dan aroma adalah kunci ingatan paling baik. Ada kenangan yang tak akan sanggup disimpan seluruhnya oleh otak. Maka sebagian ingatan akan dibuang ke dalam trash bin. Di sinilah fungsi aroma dan musik; sebagai alat untuk me-restore ingatan. 

4. Obrolan

Setiap orang memiliki kisah yang berbeda. Mengalami berbagai peristiwa yang tak pernah nyaris sama. Manusia adalah sumber ide yang tak penah habis. Banyak berbincang dengan orang lain akan memperkaya khazanah Anda. Belajarlah peka, belajarlah untuk memaknai setiap peristiwa.

5. Tempat umum

Ada beberapa tempat yang saya sarankan untuk Anda kunjungi; rumah sakit, pemakaman, terminal, bandara, stasiun, pasar, taman. Anda tinggal datang, duduk diam, dengarkan semua suara, amati orang-orang dan suasana di sekeliling Anda. Ada berbagai macam orang, berbagai macam peristiwa. Gudang ide cerita.

6. Transportasi publik

Saya paling senang naik kereta api dan bus antar kota. Di sana saya bisa bertemu dengan banyak orang yang tidak saya kenal kemudian mulai bertanya-tanya, siapa nama mereka, bagaimana jalan hidupnya, apakah mereka bahagia atau tidak. Setiap perjalanan tidak pernah sama, ada saja yang bisa saya ambil sebagai ide cerita.

---

Semoga bermanfaat.



Salam,

~eL




____________________


Sumber : Langit Amaravati's Page (Penulis/Cerpenis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar