Rabu, 23 April 2014

(Seluk Beluk Sastra) - Tjollie Poejie (Colliq Pujie) Sastrawan Perempuan Asal Barru, Sulawesi Selatan






Tjollie Poejie (Colliq Pujie), atau Ratna Kencana adalah sastrawan perempuan asal Barru, Sulawesi Selatan, yang karya-karyanya terkenal di dunia internasional. Lahir pada tahun 1812, dan wafat pada 1876.

Menurut D.A.F. Brautigam dan Dr. Benyamin Frederik Matthes, karya-karya Colliq Pujie dibicarakan di kalangan sastrawan dan intelektualis Eropa, sebagai karya-karya sastra yang cemerlang, dan diterima dalam tradisi literasi dunia Barat.

Lebih lanjut, Dr. Benyamin Frederik Matthes, tipologi Colliq Pujie membuatnya disegani dan disebut kalangan sastrawan Eropa sebagai satu-satunya tokoh perempuan dari dunia timur di bidang kesusastraan, yang kala itu sulit dicari sandingannya.

Colliq Pujie mewarisi darah intelektual kakeknya, Ince Muhammad Ali Abdullah Datu Pabean, kepala syahbandar Makassar pada fase awal abad ke-19. Dari kakeknya itulah, Colliq Pujie diajari dan fasih berbagai bahasa asing, termasuk tiga bahasa penting dalam dunia perdagangan kala itu: Belanda, Inggris dan Portugis.

Colliq Pujie telah menghasilkan berbagai buku, namun yang membuatnya mendunia adalah buku Sejarah Tanete, buku Syair Sarea Baweng, dan Naskah Epos La Galigo—untuk menyebut tiga di antaranya. Karya-karya tersebut berbicara tentang kesusteraan, dunia perempuan, termasuk mengisahkan berbagai cerita sedih rakyatnya saat melawan penindasan kolonialisme.

Namun yang membuat namanya melambung ke dunia sastra international adalah ketekunannya selama 20 tahun menyalin dan menerjemahkan 12 jilid naskah La Galigo yang fenomenal itu. Bersama Matthess, Colliq Pujie menyusunnya dengan teliti dan membukukannya. Naskah Epos La Galigo yang merupakan naskah kuno paling legendaris yang pernah ditulis, adalah karya sastra terpanjang di dunia: sekitar 300.000 bait, melampaui naskah Mahabrata dan Ramayana dari India dan naskah Homerus dari Yunani.

Colliq Pujie juga menyadur karya sastra Melayu dan Parsi, menciptakan aksara “bilang-bilang” yang terinspirasi dari huruf Lontara dan huruf Arab.

Sebagai sastrawan, Colliq Pujie menjalin persahabatan dengan seorang etnolog Austria, bernama Ida Pfeiffer pada tahun 1853, dan bekerja dalam identifikasi orang-orang di belahan timur nusantara. Pada 1870, Colliq Pujie menerima dukungan A. Lighvoed untuk menyusun buku-buku yang berisi catatan-catatan kesejarahan. Karya-karya Colliq Pujie kini tersimpan di beberapa perpustakaan di Leiden, Inggris dan Amerika Serikat.

Bukunya tentang sejarah Tanete Kuno diterbitkan Penerbit Niemann di Belanda. Adat kebiasaan kerajaan ditulisnya dalam buku berjudul La Toa diterbitkan dalam bahasa Belanda oleh Matthess, dengan judul Boegineesche Christomatie II. Peneliti Belanda A. Ligtvoet dan B.F. Mathes berkali-kali menyebut nama Colliq Pujié sebagai bangsawan Bugis yang benar-benar ahli sastra, terutama dalam bukunya Macassaarsche en Boegineesche Chrestathien (Kumpulan Bunga Rampai Bugis Makassar).

Dr. Ian Caldwel sejarahwan Inggris mengatakan, “terlalu kecil kalau seorang sekaliber Colliq Pujie dikurung dalam tempurung Indonesia, karena ia adalah milik dunia. Namanya tak bisa dipisahkan dari karya epos I La Galigo sebagai ikon kebudayaan Indonesia yang menjadi kanon sastra dunia, yang kemudian menjadi sumber inspirasi banyak orang dalam merekonstruksi sejarah dan kebudayaan Indonesia (Asdar Muis RMS, “Andi Muhammad Rum, Titisan Colliq Pujié”, hal. 13).

Banyak buku-buku dalam berbagai disiplin keilmuwan, serta naskah-naskah sastra dunia yang terkumpul di Kabupaten Baru (Sulawesi Selatan) adalah usaha sungguh-sungguh Colliq Pujie bersama Matthess mendorong masyarakatnya memahami harta kesusasteraan dunia. Sejak tahun 1850, Matthess mencari berbagai karya tersebut, lalu oleh Colliq Pujie disalin ulang dalam bahasa Melayu dan Bugis.

Ininnawakku muwita, Mau natuddu’ solo’, Mola linrung muwa.

(Lihatlah keadaan bathinku, Walaupun dihempas arus deras--kesusahan. Namun aku masih tetap mampu berdiri tegar)

*) Colliq Pujie, dalam buku Syair Sarea Baweng: 122 bait.




_____________________

Sumber : Facebook
Catatan Ilham Q Moehiddin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar