Sumber Gambar : Facebook
“Pohon yang besarnya sepelukan,
tumbuh dari benih yang kecil saja.
Menara setinggi sembilan tingkat,
dibangun mulai dari seonggok tanah.
Perjalanan seribu li,
dimulai dari satu langkah.”
― Laozi
Dari
benih tinggi tiga puluh centimeter aku telah melihatmu tumbuh di dua
sisi kiri dan kanan, aku yakin burunglah yang membawamu ke sana. Setiap
tiba musim bertelur angin musim membawa mereka hinggap dan memenuhi
hamparan air yang penuh dengan ikan-ikan bersisik terang yang pasrah di
santap sang pelikan.
Beratahun-tahun lamanya siklus itu
tidak berubah dan aku tetap setia duduk dan menikmati fenomena alam ini,
entahlah sampai berapa tahun lagi burung-burung pelikan dan ikan-ikan
saling menghidupi dan bermain, hampir sepanjang musim di bumi ini, semua
jenis burung hadir, ada yang hanya mendarat sebentar lalu pergi, dan
apa juga yang hanya seminggu saja lalu melanjutkan perjalanan mereka ke
benua lainnya.
Ini adalah tanah, dan danau persinggahan
yang hanya ditandai oleh kedua pohon yang dengan setia berdiri teguh
acuh tak acuh, puluhan tahun pohon danau ini menjadi saksi kisah hidup
manusia yang bercinta dan menangis sambil bersandar punggung di pohon,
sudah banyak kekasih yang menikah dan memiliki keturunan dari generasi
ke generasi.
Seperti sebuah pohon Tamariska, di mana
Ibrahim menanam pohon sejarah bangsa-bangsa di gurun kering gersang. Ya,
sebuah pohon kesaksian yang tak pernah mengeluh dan menangis, hanya
diam meneduhkan setiap orang yang singgah ataupun sekedar melepas lelah.
Berbahagialah
engkau pohon yang hidup di pinggir danau, di mana setiap makhluk
terbang selalu merindukanmu untuk singgah ataupun sekedar mencium atau
melihatmu, engkaupun menjadi tempat semua orang seisi kota untuk bertemu
dan hanya sekedar berbicara, entah itu sebuah rahasia ataupun hanyalah
sebah kata yang harus didengar oleh telinga, entahlah.
Dua
pohon, mengapa engkau hanya dua tidak satu atau tiga, berbahagaialah
engkau, sebab siapapun yang memandangmu dari kejauhan ataupun dekat,
sesungguhnya engkau sepasang kekasih abadi.
Jaga Blengko, 13-3-14
Jack Phenomenon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar